Pagi itu Naomi terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Sinar matahari tampak memancar dari sela-sela gorden kamarnya. Kini dirinya sudah kelas 12 dan musim ujian dan tes akan dimulai. Naomi juga mulai ikut kursus matematika dengan Melody. Ya dia akui kalau cara mengajar Melody galak tapi mudah dimengerti.
Hari ini sekolahnya dan sekolah Sinka libur tapi Naomi tetap bangun untuk membuatkan sarapan untuknya dan Sinka. Naomi bangun dari ranjang dan langsung menuju dapur. Sesampainya didapur, Naomi membuka kulkas dan melihat ke dalamnya.
Bahan makanan dikulkasnya lengkap karena kemarin dia sempat belanja bersama Frieska dan Melody. Mengingat Melody, Naomi jadi tersenyum sendiri. Pasalnya kini Melody mulai berhijab dan akan segera menikah dalam waktu dekat.
Frieska sangat antusias untuk menyambut pernikahan Kakaknya dalam waktu dekat. Dan ternyata Melody menikah lebih dulu melangkahi Kakak sulungnya, Citra. Mengenai itu Citra tidak keberatan dan bahkan bahagia mendengarnya.
Rencananya pernikahan akan dilaksanakan di Bandung. Dirumah lamanya. Tempat masa kecil dari ketiga saudara yang sangat akrab satu sama lain. Menikah. Mendengar kata-kata menikah, Naomi tersenyum miris bila mengingat tentang pernikahan.
Bagaimana tidak. Pernikahan kedua orang tuanya sedang diambang perceraian. Bahkan dari surat cerai yang ditemukan olehnya saat itu, sidang perdana perceraian orang tuanya akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Naomi juga menduga kalau kedua orang tuanya pasti akan meributkan hak asuh anak-anaknya.
Walaupun begitu pasti Naomi tidak akan ikut salah satu dari keduanya. Naomi memutuskan untuk hidup mandiri dan mengasuh Sinka sendirian. Biar dia saja yang mencari nafkah untuk Anak dan dirinya sendiri. Naomi akan melakukan apapun asalkan Sinka bahagia.
Akhirnya sarapan pagi selesai dihidangkan tepat dengan Sinka yang turun dari tangga dengan wajah mengantuk. Naomi menuangkan susu untuk Sinka dan duduk di kursi makan. Sinka duduk sambil menatap makanan yang terhidang di meja. Ada nasi goreng dan roti tawar.
Naomi mengambil roti tawar lalu mengoleskan selai coklat ke rotinya. Sinka mengambil piring dan mulai menyendok nasi goreng. Mereka pun makan dengan lahap. Tak ada pembicaraan selama sarapan hingga mereka berdua selesai sarapan. Sinka mengambil piring dan membawanya ke wastafel.
Saat Sinka melewatinya, Naomi merasa aneh saat melihat pipi kiri Sinka yang terlihat lebam bekas pukulan. Tapi Sinka hanya diam dan langsung mencuci piring. Tentu saja ini diluar kebiasaan Sinka yang setelah makan langsung pergi ke ruang tengah untuk menonton TV sambil memakan cemilan.
Perlahan didekatinya Adiknya dengan perlahan. Sinka masih mencuci piringnya sambil melamun. Benar dugaannya. Pipi Sinka tampak lebam kebiruan. Disentuhnya pipi Sinka pelan dan Sinka langsung merintih kesakitan. Naomi sampai kaget saat melihat Sinka kesakitan. Naomi langsung bertanya pada Sinka.
"Sin, ini kenapa? Kok lebam begini?" Tanya Naomi.
"Gak apa-apa Ci. Cuma jatuh kemarin dikelas." Sahut Sinka pelan.
Jatuh? Kok aku gak percaya ya? Batin Naomi dalam hati. Sinka masih tak berani menatap Naomi. Dan itu membuat Naomi semakin heran. Tak biasanya Sinka tak mau menatapnya jika ditanya olehnya. Juga tidak biasanya Sinka hanya menjawab singkat.
"Tumben kamu mau nyuci piring. Biasanya kamu langsung nonton TV didepan." Ujar Naomi heran.
"Gak apa-apa. Lagi pengen aja." Kembali Sinka menjawab dengan suara pelan.
"Ya udah Cici ke depan ya. Nanti jangan lupa dilap piringnya." Pesan Naomi.
"Iya Ci."
Naomi langsung meninggalkan Sinka sendirian didapur untuk membereskan rumah. Sinka yang sejak tadi membelakangi Naomi ternyata menangis. Air matanya mengalir deras setelah dirinya menahannya sejak Naomi berdiri dibelakangnya. Sinka tak ingin menangis didepan Kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Here (END)
RandomKarena urusan pekerjaan Ayahnya, Naomi dan Adiknya terpaksa pindah rumah dan sekolah. tapi disekolah barunya Naomi harus mengalami kejadian tak mengenakkannya. saat itulah seorang yang misterius dan terkesan menyendiri datang dan seakan melindunginy...