Disalah satu sudut rumah terlihat 2 orang laki-laki muda sedang memegang sebuah tongkat dan menatap meja billiard. Salah satu dari mereka yang berwajah tampan tampak bersiap memukul bolanya. Setelah merasa pas, dia langsung memukul bolanya dan masuk.
Teman bermain billiardnya tampak tersenyum lalu mengambil giliran. Yang satunya juga tampak menawan tapi dia memiliki wajah yang manis untuk ukuran laki-laki. Dia juga mulai bersiap memukul salah satu bola. Tapi bolanya tak tepat sasaran.
Tiba-tiba dia ingat dengan Naomi yang baru saja dia tantang bermain basket pagi tadi. Dia pun ingin mendengar pendapat temannya yang merupakan ketua basket. Akhirnya laki-laki berwajah manis itu langsung membuka suaranya.
"Jadi? Gimana?" Tanya Keenan.
"Apanya yang gimana?" Sahut Vernando bingung.
"Naomi. Anak baru yang gue tantang tadi. Menurut loe dia layak gak jadi pemain inti basket putri?" Tanya Keenan gemas.
"Bagus."
"Bagus? Cuma itu yang loe bilang?"
"Emang harus bilang apa lagi?"
"Ya apa gitu. Hebat kek, amazing kek atau loe bisa muji dia."
"Kamu tahu kan aku bukan orang yang bisa memuji."
"Ya tapi gak usah segitunya juga Ver. Loe kan ketua tim basket."
"Justru itu aku harus melakukan hal adil tanpa membeda-bedakan anggota."
"Iya-iya gue ngerti. Susah emang ngomong sama loe."
Vernando membidik bolanya dan langsung memukulnya sampai masuk ke salah satu lubangnya. Kini giliran Keenan yang memukul. Vernando tampak menatap meja billiard miliknya dengan datar. Melihat sahabatnya menjadi orang seperti sekarang membuatnya sedih.
Dulu Vernando tak sedingin ini. Tapi setelah kepergian orang tua dan satu orang lagi yang Gracia sayang membuat Vernando seperti sekarang. Ya Keenan mengerti bagaimana perasaan Vernando dan Gracia saat itu dan hingga kini.
Tapi dia juga tak ingin sahabatnya terus menjadi orang yang dingin. Dia sangat ingin menjadikan Vernando seperti dulu. Walaupun dia tahu sifat asli Vernando memang sangat datar. Terutama pada wanita. Kecuali Gracia. Satu-satunya wanita yang sangat Vernando cintai dan sayangi.
"Hei ayo main. Bengong aja." Tegur Vernando.
"Eh iya Ver. Ngomong-ngomong Gracia kemana? Kok gak keliatan?" Tanya Keenan.
"Lagi belajar kelompok sama temen-temennya." Sahut Vernando santai.
"Loe jemput gak pulangnya?"
"Iya. Kenapa? Mau jemput dia?"
"Tahu aja loe Ver."
"Hari ini dia gak mau dijemput kamu. Maunya sama aku."
"Yah kok gitu?"
"Dia yang minta. Bukan aku."
"Iya-iya deh. Kakak tersayang sih."
Mendengar nada sahabatnya, Vernando hanya mengangkat bahu lalu kembali bermain. Mereka pun kembali bermain sambil membahas hal lain.
***
Sementara itu, Naomi tampak sedang bermain basket bersama Sinka dihalaman belakang. Sejak pindah dari Bandung ke Jakarta mereka sudah meminta pada orang tuanya untuk membuatkan mereka sebuah lapangan basket mini.
Untunglah permintaan mereka dikabulkan dan mereka cukup sering bermain dan selalu lupa waktu. Tapi walaupun begitu, Naomi selalu memantau Sinka dalam hal belajar. Sebenarnya Naomi sudah menawarkan pada Sinka untuk mendatangkan guru kursus ke rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Here (END)
RandomKarena urusan pekerjaan Ayahnya, Naomi dan Adiknya terpaksa pindah rumah dan sekolah. tapi disekolah barunya Naomi harus mengalami kejadian tak mengenakkannya. saat itulah seorang yang misterius dan terkesan menyendiri datang dan seakan melindunginy...