Hari turnamen hampir tiba. Naomi yang masih tinggal dirumah Frieska tampak sedang membuka perban coklat yang melingkar dipergelangan kakinya. Kakinya sudah tak terasa sakit lagi. Menurut Dokter yang memeriksa kakinya, kaki Naomi sudah membaik. Tapi belum boleh banyak digerakkan.
Kakinya sudah tidak bengkak lagi. Naomi menghela nafasnya. Bagaimana bila nanti saat turnamen kakinya kembali kambuh. Dan dia kembali dicadangkan sementara dirinya tahu kalau Frieska hidungnya juga belum sembuh total walaupun sudah tak mengeluarkan darah lagi.
Didalam hatinya Naomi sangat ingin bisa mengikuti turnamen basket antar sekolah itu. Pikirannya kembali bimbang. Apakah dia harus ikut atau tidak. Akhirnya setelah mempertimbangkan segala resikonya, Naomi memutuskan untuk tetap ikut turnamen.
Pintu kamar terbuka dan terlihat Frieska masuk sambil membawa kotak P3K. Naomi menggeser tubuhnya dan Frieska langsung duduk disebelah Naomi. Naomi hanya memperhatikan Frieska yang sedang mengambil perban dan kapas juga hansaplast roll kain.
"Kamu udah siap?" Tanya Frieska.
"Siap untuk turnamen? Tentu saja." Sahut Naomi semangat.
"Semangat yang bagus. Aku juga udah gak sabar." Ujar Frieska.
"Tapi kamu gak apa-apa ikut turnamen?"
"Kenapa kamu nanya begitu?"
"Hidung kamu."
"Harusnya aku yang nanya begitu."
"Kok begitu?"
"Kaki kamu gimana? Udah sembuh?"
"Udah kok. Udah gak sakit lagi."
Frieska hanya mengangguk. Dia melangkah menuju cermin dan mulai mengganti perban lamanya dengan yang baru. Wajah mereka sudah tak terlalu memar lagi. Walaupun masih tersisa memar berwarna biru tapi tak terlalu kentara.
"Tapi kamu jangan terlalu maksain diri. Pergelangan kaki sulit sembuh loh." Kata Frieska.
"Aku tahu." Sahut Naomi.
"Dan persiapkan diri. Karena lawan kita berat." Ujar Frieska.
"Tentu saja. Yang penting kita main kan?"
Frieska mengangguk sambil tersenyum.
"Eh Sinka masih dibawah?" Tanya Naomi.
"Masih. Lagi belajar matematika." Sahut Frieska.
"Oh gitu." Kata Naomi.
"Mau lihat?"
"Nanti aja."
Naomi membereskan baju basketnya yang dia bawa. Saat dia melihat kopr yang diletakkan didekat nakas sebelah tempat tidur Frieska, Naomi jadi ingat dengan rumahnya yang sudah beberapa hari dia tinggalkan karena menginap dirumah Frieska.
Sudah berapa hari dia tinggalkan juga sudah tidak ingat lagi. Mungkin saja orang tuanya pulag. Tapi Naomi meragukannya. Karena mereka lebih suka tinggal dihotel atau apartemen yang mereka sewa daripada pulang bertemu anak mereka. Naomi menghela nafasnya dengan berat.
Frieska mengerutkan keningnya heran lalu bertanya. "Kamu kenapa?"
"Aku rasa aku akan pulang besok Fries." Sahut Naomi yakin.
"Loh kenapa?" Tanya Frieska heran.
"Gak mungkin aku terus disini. Aku kan masih punya rumah."
"Kamu gak suka tinggal disini ya?"
"Bukan begitu Fries. Tapi aku mau pulang aja. Aku gak mau ngerepotin kamu sama Bu Melody lebih banyak lagi."
"Kamu gak ngerepotin kok Mi. Jangan berpikiran begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Here (END)
RandomKarena urusan pekerjaan Ayahnya, Naomi dan Adiknya terpaksa pindah rumah dan sekolah. tapi disekolah barunya Naomi harus mengalami kejadian tak mengenakkannya. saat itulah seorang yang misterius dan terkesan menyendiri datang dan seakan melindunginy...