Suara lonceng jam di menara terdengar nyaring menunujukkan pukul 12 malam.
Dave melilitkan dasinya diantara kerah tinggi yang hampir menutupi seluruh lehernya, dasi itu tampak seperti tumpukan kain berlayer yang disampirkan di depan lehernya. Ia memasangkan long coat biru tua dari beludru menutupi kemeja putihnya dan vest yang ia kenakan. Lengan kemejanya yang melebar dan panjang menghiasi pergelangan tangannya di ujung lengan coat-nya dengan aksen berlayer. Benar-benar setelan elegan yang menawan, berbeda dari gaya berpakaiannya yang biasanya serba hitam.
Dave melangkah keluar menuju aula besar, tampak Lord Drac duduk di singgasananya dan Maleficus masih setia berdiri dibelakangnya dengan hikmat. "Temukan bangsawan itu, Dave. Awasi dia,"
"Apa sebaiknya kubunuh dia?" Tanya Dave dingin.
"Tidak malam ini. Dia tahu kau akan datang, ikuti saja permainannya. Kau hanya perlu mengawasinya jika dia melanggar rule dari perjanjiannya," Drac berdiri, "keretanya sudah datang."
Kali ini Maleficus berjalan di depan tuannya membuntuti Dave sampai halaman depan, kemudian ia memberikan sebuah topeng berwarna merah kehitaman yang menutupi bagian matanya dengan hiasan beberapa kilauan sebelum Dave menaiki kereta berkuda itu.
Sang kusir menarik tali kekang kudanya sehingga kuda itu berlari membawa mereka pergi ke sebuah mansion di kota.
Halaman mansion itu ramai para tamu yang mengenakan topeng yang menutupi setengah wajah mereka dan dengan pakaian pesta mereka yang berkilauan. Dave turun sembari menggerutu, "jika saja aku punya kehidupan lain, akan kupastikan aku tidak akan pernah berdiri di tempat konyol ini...." ia mendengus.
Seorang pelayan menjemputnya di pintu masuk. Ia membungkuk dengan hormat, "young master, tuan Gerald sudah menunggu anda di aula utama. Mari ikuti saya," pelayan itu menarik tangan kirinya ke belakang dan mengayunkan tangan satunya menunjukkan jalan.
Dave sampai di sebuah ruangan dengan nuansa merah, hal itu membuatnya kagum, tapi ia tak begitu menampakannya. Tampak sebuah meja besar dan panjang dikelilingi kursi-kursi, ornamen dan tekstur yang menunjukkan benda itu dibuat dari kayu jati yang bagus. Ruangan itu tampak semakin indah dengan hiasan tiga lampu gantung yang serasi. Sebuah ruangan pertemuan.
Pelayan itu segera pergi dan menutup pintu.
"Aku menunggu anda bicara, tuan. Apa anda akan membiarkan saya diam berdiri di sini?" Tanya Dave berusaha menutupi kegeramannya karena mengucapkan kata-kata hormat yang tidak ingin ia ucapkan, setelah membuatnya menunggu laki-laki itu yang tak hentinya memandang keluar jendela untuk berbalik dan angkat bicara.
"Oh maaf," ia berbalik dan tersenyum mencemooh, "tidak perlu menutup diri...kau bukan tamu undanganku, jadi ada keperluan apa?" Ia menghela nafas, "omong-omong, setelan yang indah, Dave..." kali ini ia tersenyum tulus.
Dave melepas topengnya, "aku?---aku hanya merasa tersinggung tidak diundang ke pesta besarmu ini..." ia tersenyum diiringi dengusan, "dan terima kasih atas pujiannya untuk pakaian bodoh ini."
Gerald tertawa dan menggeleng. Segera setelahnya ia memandang arlojinya dan mengembalikannya ke dalam saku jas. "Karena kau sudah ada di sini, sebaiknya kita menikmati pestanya sambil membicarakan urusan kita nanti..." Ia membimbing Dave keluar.
***
Suasana yang menyenangkan memenuhi udara di aula dansa, alunan musik diputar dan para tamu undangan menari-nari. Gaun-gaun yang mereka kenakan terayun-ayun seirama dengan nada, seolah menari sendiri. Diiringi suara hentakan sepatu-sepatu yang lembut, dan gumaman riang, bangga, kecewa, murung, dan lainnya bercampur mewarnai nuansa pesta topeng malam itu.
Mata Dave mengawasi dari balik topengnya. Ia hanya bertengger di tepian, bersandar ke dinding sembari melipat tangannya. Tangan kirinya menggoyang goyangkan gelas berisi minuman yang ia biarkan terus penuh tanpa meminumnya.
Waktu terus berlalu, alunan musik waltz semakin meredam dan hilang seiring larut malam.
Gerald dan kawan-kawannya duduk di meja berbentuk bundar. Suara sorakan yang meraung-raung terdengar setiap kali salah satu dari dua pasang yang bersaing memenangkan penawaran dalam bridge.
Pasangan Gerald dan istrinya memenagkan putaran terakhir. Seketika sorakan yang paling ramai dan nyaring terdengar. Istrinya tampak membisikan sesuatu dan pergi ke lantai dua setelahnya. Gerald bangkit dari kursinya dan bergerak mendatangi Dave yang terus bergeming di tempatnya. "Kenapa kau tidak ikut bergabung saja dengan kami. Aku ingin menunjukan permainan yang menarik."
Dave berjalan membuntutinya tanpa berkata-kata, ia ingin mencari tahu rencana Gerald sesuai tugasnya.
"Kau pernah membaca kartu tarot?"
"Aku tidak percaya pada ramalan," jawab Dave dingin.
"Ini hanya permainan sederhana seperti bermain dengan papan ouija--kita hanya bermain-main," ucapnya ringan seperti pada seorang teman.
Mereka berdua duduk berhadapan di meja bundar itu. Keadaan aula menjadi sedikit senyap, para tamu mulai beringsut ke meja hidangan menikmati sajian.
"Kita akan mulai dengan spread yang sederhana, kita mulai dengan tiga kartu," Gerald mengambil deck kartunya kemudian mengacaknya, "katakan berhenti jika kau ingin aku berhenti..."
Beberapa kali Gerald mengacak, barulah Dave memberi perintah berhenti.
Gerald menebar kartu itu di meja secara terbalik, "ambil tiga kartu." ia diam sejenak, "kurasa kau punya masalah dengan tujuan," pria itu mencoba menebak dan tersenyum girang setelah mengetahui reaksi Dave yang menunjukkan pengakuan.
Dave mengambil tiga kartu secara acak.
"Bagaimana kalau kita sedikit mengintip masa lalumu?" Gerald mengambil kartu pertama yang dipilih Dave. "Wow, lihat ini...death."
Dave menatap kartunya, prajurit tengkorak mengenakan armour dan berkuda putih berdiri dihadapan seorang yang tampak memohon, dua orang berlutut, dan satu lagi terkapar. Salah satu kaki kuda itu seolah hendak mendepak. Ia melihat warna kuning, biru, putih, dan hitam.
Ia mengangkat pandangannya, tiba-tiba ruangan tampak bersih, tak seorangpun berdiri di aula itu termasuk Gerald....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Half-blood
Fantasy[COMPLETED] Dave bukanlah vampir berdarah murni. Kutukan itu telah mendarah daging dalam dirinya. Ia telah menghisap banyak darah manusia, dan mengalahkan kaum penyihir, para pemburu vampir. Hingga suatu malam ia mendapati hal yang sangat tidak disa...