Rosaline menatap keluar kaca kereta kuda. Pikirannya menangkap pemandangan padang rumput liar yang tak terurus. Banyak tanaman belukar dan pohon-pohon besar yang berdiri di sana-sini.
"Tempat ini akan menjadi ladang anggur, bagaimana menurutmu?" Tanyanya pada Isabelle yang duduk dengan bosan di depannya.
"Kau akan mendapatkannya tuan putri," balasnya sekenanya.
"Frederic?" Rosaline memutar kepalanya 45 derajat dengan tempo yang anggun menatap penasihat raja.
"Itu ide yang bagus tuan putri, tetapi anda masih membutuhkan banyak pertimbangan," jawab Frederic tanpa mengurangi rasa hormatnya pada Rosaline.
Gadis itu hanya mengangkat alis seraya mengalihkan pandangannya keluar.
Dua puluh menit perjalanan mereka tiba di desa. Rosaline dan Isabelle turun dari kereta diiringi Frederic dan beberapa pengawal. Mereka menyusuri jalan menuju sebuah balai.
***
Udara dingin menyeruak masuk ke tubuh Dave. Ia menatap kosong ke arah desa dari bukit di antara dahan pohon yang besar. Pikirannya terus berkecamuk. Batinnya bergolak ingin meledak murka.
Tiba-tiba ia limbung. Dave beringsut duduk seraya memegangi lehernya dimana terdapat tanda kutukan yang semakin hari semakin terasa membakar kulitnya yang diikatkan Drac padanya.
Kini ia kembali merasa tersiksa oleh rasa hausnya pada darah. Kali ini Dave tak memikirkan rusa melainkan manusia.
***
"Tuan, kerajaan manusia membutuhkan pengawal untuk mengawal anggota kerajaan di distrik B, valley custle. Aku akan pergi jika Tuan mengijinkan," Rolland menemui ayahnya, Raja Redmond, di balkon mansion malam itu.
"Pergilah, nak," Redmond menepuk lembut pundak anaknya, "jaga dirimu baik-baik," kiranya ia khawatir dengan keadaan Rolland terakhir.
"Ayah tidak perlu khawatir, Regina memberiku senjata barunya, dan ini sudah diuji," Rolland tersenyum--mereka kembali bicara dalam hubungan ayah dan anak.
***
Dave tak dapat menahan insting alaminya. Warna gelap merah darah pun menyelimuti matanya, darahnya berdesir hingga pembuluh darahnya lebih timbul diantara kulitnya yang pucat.
Dave melesat ke desa. Ia menyelinap diantara gedung dan bayangan malam. Ia masuk ke sebuah bar dengan menyeringai bengis.
Kontan para penghuni bar pun panik. Mereka menodongkan senjata kearah Dave. Tanpa ragu deretan peluru meluncur kearahnya. Mudah bagi Dave untuk menghindar. Kini ia sudah berdiri dibelakang meja bar. Ia mematahkan leher pelayan yang menyerangnya dan menghisap habis darahnya.
Dave kembali menyerang, ia mencabik habis pengunjung bar.
Dave meninggalkan keadaan tempat itu yang dibanjiri darah.Vampire itu menyerang membabi buta penduduk desa. Kekacauan pun terdengar hingga ke telinga anggota kerajaan di balai.
Jess alias Isabelle berlari keluar, kiranya ia tahu siapa yang membuat kekacauan ini.
Sampailah di balai. Dave berdiri dengan kejamnya dengan tawa gilanya. Ia mengahadang langkah Jess.
Dave pun sadar, ia menatap Jess, mengingat terakhir kali ia melihatnya. "Sudah ku katakan padamu, sebaiknya kau tidak berhadapan denganku lagi. Kali ini aku tidak akan melepaskanmu!" Nadanya rendah.
"Aku tidak akan membiarkanmu menyerang rakyatku!" Teriak Jess geram.
Dave melesat secepat mungkin hendak menghabisi gadis yang menghalanginya itu. Namun, tiba-tiba jantungnya tersentak, perasaan seolah ia meraskan keberadaan dirinya yang lain kembali.
Rolland membidik sasarannya. Anak panah pun melesat menusuk Dave sebelum ia menyentuh Jess.
Semua kaget melihat kedatangan pasukan berkuda yang tiba-tiba. Tak terkecuali Dave. Ia menggeram penuh dendam.
Ia tak dapat melawan, posisinya telah dikepung, ia akan mati atau ditangkap, pikirnya. Ia pun beringsut bersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Half-blood
Fantasía[COMPLETED] Dave bukanlah vampir berdarah murni. Kutukan itu telah mendarah daging dalam dirinya. Ia telah menghisap banyak darah manusia, dan mengalahkan kaum penyihir, para pemburu vampir. Hingga suatu malam ia mendapati hal yang sangat tidak disa...