Breathless

146 9 0
                                    

Fajar menunggu malam menyingkir dari langit. Udara dan kabut masih bercerita, sayup-sayup antara dingin dan angin. Maleficus berhenti di dahan pohon besar. Dave menggeliat dan mengerang kesakita di gendongan Maleficus.
Pria penyihir itu segera turun dan membaringkan Dave di tanah.

"Aggghrr!!! Sial!!! Cepat lakukan sesuatu Maleficus!!! Bahuku seperti terbakar!!!"

Luka itu terus meluas perlahan. Darahnya terus mengalir. Dave semakin meronta-ronta. Ia mulai memegangi dengan sangat erat bahunya. Namun itu membuat darahnya meluap ke luar.

Maleficus mulai merapal mantra hingga kedua ujung jarinya bercahaya. Ia menusuk luka di bahu Dave dengan kedua jarinya itu. Ia menarik mantra yang membakar bahu Dave.

Dave berhenti memaki dan mengerang sangat keras. Ia terengah-engah dan mulai bernafas lega, namun lukanya belum menutup.

"Kau yang membuat senjata itu?" Dave bangkit terduduk sembari menyeringai perih.

Maleficus menggeleng, "senjata yang kubuat hampir sama, tapi yang itu lebih cepat dan sangat efektif menghabisi vampir. Kurasa Regina sudah berhasil mengembangkannya."

Dave mendengus dan terkekeh sinis, "aku mengutukmu!"

Maleficus tersenyum, "coba saja."

Dave kembali terhenyak merebahkan tubuhnya seraya memulihkan lukanya.

"Apa Drac akan menghukumku?" tanya Dave dengan suara lemah.

Maleficus angkat bahu.

"Sampai kapan aku harus jadi anjingnya?"
Maleficus menoleh dengan reflek, "kau mau mati?"
Dave mengangkat sebelah alisnya.
"Perjanjian yang mengikatmu akan terlepas jika kau mati, Drac sendiri tidak bisa melepasnya begitu saja, dia harus mengorbankan dirinya. Begitulah perjanjian terkutuk itu," Maleficus menelaah.
"Bodoh!" Bisik Dave pada diri sendiri.

"Kau tidak bergerak sesuai rencana, Dave!" Maleficus mulai mengungkit-ungkit kembali masalah, "sebenarnya apa yang ada dipikiranmu, menyerang pasukan penyerang, itu bukan bagian dari rencana?!"

Dave kembali mengingat perasaan itu, perasaan seolah ia bertemu dirinya yang lain. Ia mengerutkan dahi, "aku hanya merasa tidak asing dengan panglima yang memimpin pasukan itu," Dave mengalihkan pandangannya, sesuatu melintas dipikirannya, "kau tahu? Jantungnya dilindungi mantra pelindung. Karena itu aku tidak bisa menusuknya. Kau tahu kenapa?"

Maleficus terkesiap, "mantra pelindung itu defend tingkat 1. Tidak ada yang bisa menembus pertahanan pelindung itu kecuali dari dalam, klan penyihir sendiri. Walau begitu bukan sembarangan senjata penyihir bisa menusuk jantung dengan pelindung itu. Mantra yang melindungi jantung penyihir itu diturunkan dari para raja, ada kemungkinan dia keturunan para pemimpin klan. Bahkan aku tidak bisa mempelajari mantra itu."

Dave mendengus, "lalu kau sendiri, sebagai penyihir tertua, kau punya senjata untuk melawannya?" Ia menatap tajam, "aku ingin menghancurkannya."

"Jangan bodoh, Dave." Kau akan tahu nanti, batin Maleficus. "Sebaiknya kita kembali, sebelum fajar," lanjutnya.

***

Grab!
Tangan Drac menangkap Dave kemudian mencengkeran lehernya, "kuperingatkan padamu! Jangan melakukan hal bodoh diluar rencana!!"

Maleficus berdiri terdiam dibelakang Dave.

Krak!
Leher Dave berkertak. Ia tadinya terdiam membiarkan dirinya tercekik namun kini ia meronta, "a..ku... ti-ti...dak a...ka-an me...la...ku...kannya lagi"

"Jika kau melakukan kesalahan lagi aku akan mengambil jiwamu!"

Drac melepas cengkramannya setelah kuku-kuku jarinya melukai leher Dave. Anak laki-laki itu terjatuh begitu saja, ia tersengal beberapa kali dan menggeliat bangkit.

Drac melangkah meninggalkan aula utama kastilnya. Maleficus membuntuti tuannya dengan santai.

Dave melangkah sempoyongan kembali ke kamarnya. Iangatannya tentang penyihir itu kembali terbesit.

Sebenarnya siapa dia?
Kenapa aku merasa sangat mengenalnya?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengusik pikiran Dave. Kesadarannya kembali tenggelam seiring terbitnya matahari....

The Cursed Half-bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang