Seorang pelayan wanita berlari di lorong. Parasnya tampak cemas, terlihat dari alisnya yang bertaut dan sinar matanya. Ia terus berlari hingga bertemu wanita yang berdiri di bilik baca di mansion itu.
"Nyonya, tuan muda terluka!"
Eleanor terbelalak dan tubuhnya bergetar, lututnya limbung, ia tak sanggup berdiri. Pelayan itu segera memapahnya. "Dimana dia sekarang?"
"Tuan muda berada di lab Miranda."
Mereka berdua melangkah dengan cepat ke basement mansion.
***
Nafas Rolland tersengal-sengal, ia hampir tak bisa bernafas dan detak jantungnya tidak teratur. Tulang rusuknya yang patah mengganggu pernafasannya.
"Diagnosis!"
"Paru-paru kiri bergerak abnormal", ujar asistennya.Gadis sebaya dengan Rolland, yang bernama Miranda itu merupakan penyihir medis. Ia dipercaya sebagai ahli bedah di klan penyihir. Ia beranjak memberi ventilasi ke paru-paru Rolland.
"Hentikan pendarahannya!"
Miranda menembakan cairan ramuan racikannya ke dada Rolland.
Tangan Miranda meraih pisau kecil yang mengilat dan tampak sangat tajam, peralatan lain dalam nampan perak di sandingnya.
Miranda menusukan pisau itu dan merobek daging di dada kiri Rolland. Ia hendak membetulkan letak tulang rusuk yang patah itu.
Tampak bibirnya berkelumit dan membisikan beberapa kalimat. Ujung jari-jari kanannya menyala titik hijau. Tangannya menerobos masuk ruang yang dibuatnya di tubuh Rolland.
Beberapa jam telah berlalu. Detak jantung Rolland telah kembali normal.
"Pernafasannya telah normal."
Tiba-tiba tubuh Rolland tersentak dan menggelepar beberapa kali. Miranda dan beberapa asistennya menahan nafas lega. Mereka bergegas menanganinya.
Miranda membuka kelopak mata Rolland. Serabut pembuluh darahnya sangat tampak. "Dia terinfeksi!"
Para asistennya segera menangkap keadaan. Salah satu dari mereka menarik sebuah alat seperti jarum suntik dengan tabung yang besar yang terhubung dengan kantung berisi cairan penawar melalui selang yang yang dipompa dengan alat mekanik.
Miranda menusukan alat itu ke jantung Rolland. Seketika cairan itu mengalir dengan deras masuk ke tubuhnya. Gadis itu menusukan kedua jarinya yang bercahaya ke ulu hati Rolland.
Pasiennya mulai memuntahkan darah dan ia berhenti mengejang. "Tekan jantungnya!" Perintah Miranda.
"Miranda, itu akan mematahkan tulang rusuknya lagi!" Bantah salah satu asistennya, "tuan muda bisa mati!"
Miranda benar-benar panik kali ini, "tambah penawarnya!" Kalau begitu tidak ada cara lain selain membiarkannya memuntahkan banyak darah.
Mereka mulai menancapkan alat itu dibanyak titik. "Jantungnya tidak bisa bertahan!"
Hanya kakakku yang bisa melakukan ritual mencabut kutukan, pikir Miranda. "Panggil Regina," ucap Miranda murung.
Salah satu asisten pun berlari keluar.
Eleanor menghadang, "apa yang terjadi?!"
"Nyonya, sebaiknya nyonya tetap tenang. Aku harus mencari Regina," ia terus berlari.
Mata Eleanor pun berkaca-kaca. Eleanor segera memahami keadaan, jika Rolland membutuhkan Regina berarti keadaannya telah terancam.
***
Gadis asisten itu menerobos masuk ke lab milik Regina di sebuah menara.
"Regina! Kau harus melakukan ritual itu! Rolland terinfeksi!"
Regina yang tengah berdiri memandang keluar jendela berbalik dengan santai, "seberapa parah?" Regina tampak santai sembari membuka-buka sebuah jurnal.
"Jantungnya mulai lemah dan racunnya mulai menyebar. Kita harus cepat sebelum dia menjadi level 1!!!"
"Tidak, dia akan menjadi vampir level 2," Regina tampak berpikir, "aku harus berkemas, katakan pada Miranda dia harus menyiapkan ramuan yang kuminta kemarin!"
Regina bergegas mengangkut beberapa buku tua dan ramuan.
Ia segera melangkah pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cursed Half-blood
Fantasy[COMPLETED] Dave bukanlah vampir berdarah murni. Kutukan itu telah mendarah daging dalam dirinya. Ia telah menghisap banyak darah manusia, dan mengalahkan kaum penyihir, para pemburu vampir. Hingga suatu malam ia mendapati hal yang sangat tidak disa...