1

161 9 0
                                    

"Ini dia..." bisik suara misterius terdengar dihembus angin.

Ia memasang tudung kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya kemudian segera melompat dari tebing goa. Mendarat di pundak salah seorang penyihir. Kontan ia terperanjat. Sebelum sempat ia melawan--sesosok vampir bertubuh remaja dengan mata merah menyala, dan tawa yang tak asing, vampir buronan yang mereka cari-cari yang telah membunuh ratusan nyawa--Dave--telah memegangi kepala penyihir itu dan memelintir lehernya hingga patah.

Seketika prajurit lainnya melakukan pertahanan dan menyerang. Namun Dave lebih cepat, seolah ia mampu menghentikan waktu. Tangannya telah menembus perut salah satu prajurit. Cairan merah kental mengalir ke lengannya, "sayangnya aku tidak meminum darah penyihir."

Baiklah, aku hanya perlu memancing mereka untuk mengelilingiku, batin Dave. Ia segera melompat kesana kemari menebas dan menusuk dengan tangannya yang disertai kuku yang tajam bak pedang.

Dave telah melihat tanda lingkaran yang dibuat Maleficus, dan tikus telah masuk ke dalam perangkap. "Tinggal memotong setiap inci dagingnya," Dave menyeringai jijik.

Ia melukai tangannya. Segera darah yang mengucur keluar ia teteskan ke tengah lingkaran.

Dave melompat keluar lingkaran dengan cekatan sebelum para penyihir menyadari.

Garis lingkaran mulai menyala merah dan mengeluarkan sulur-sulur pembunuh. Para penyihir telah ditelan untuk persembahan iblis.

Maleficus dan Dave menonton dari kejauhan, sulur-sulur itu mengoyak dan merobek tubuh para penyihir.

"Malfie, kapan Drac akan merasa cukup dengan menelan banyak jiwa?" Dave terkekeh heran.

"Bersihkan sisanya, Dave," balas Maleficus kaku. Ia segera pergi.

"Cih" Dave bersikap sinis.

***

Dave segera melesat ke desa. Memusnahkan para prajurit penyihir yang tersisa dengan caranya.

Namun tiba-tiba ia merasakan hawa keberadaan seseorang yang tak asing, seperti menemukan dirinya ditempat lain. Perasaan itu semakin kuat ketika ia mendapati kerumunan penyihir menyebrang perbatasan.

Dave mendarat dihadapan mereka dengan nekat. Ia menyerang para prajurit itu satu persatu mencari bau darah incarannya. Semakin kuat dan bertambah kuat, hingga ia berhenti dan menemukan laki-laki yang duduk di sadel dengan gagah seraya menodongkan sebilah pedang ke leher Dave.

"Siapa kau?" Bisik Dave. Ia  menyeringai. Ingin rasanya helm besi dikepala laki-laki itu ia singkirkan.

Dave melompat mendekat berusaha meraihnya. Namun laki-laki berhelm besi itu mempunyai reflek yang tak kalah cepat. Ia berhasil menusuk bahu kanan Dave. "Wah meleset..." ucapnya agak memberengut, "tapi itu akan sampai membakar jantungmu."

Kepala Dave seolah membeku. Jantungnya bergetar mendengar suara yang keluar dari mulut penyihir itu. Seolah ia bicara pada dirinya sendiri. Dave membiarkan tubuhnya tertusuk. Kali ini ia benar-benar marah.

Ia mengayunkan tangannya dan mematahkan pedang itu. Mata Dave membara. Ia tersenyum puas.

Penyihir itu terkesiap, namun ia terus mengayunkan pedangnya yang tinggal setengah bagian.

Dave mengarahkan tusukan tangannya ke dada laki-laki itu. Mereka saling terpental menjauh.

"Mantra pelindung?!" Batin Dave.

Panglima penyihir itu terjatuh dari kudanya. Dave hanya berhasil menembus baju besinya dan melukai kulitnya hingga mematahkan tulang rusuknya. Namun, Dave tak berhasil menembus jantungnya.

"Aaaagghhrrr!" Luka dibahu Dave melebar, seperti bahan plastik yang terbakar. Ia jatuh berlutut.

Tiba-tiba tubuh Dave tersambar makhluk tinggi yang mengenakan pakaian yang melebihi besar tubuh yang mengenakannya yang tampak berkibar-kibar diserbu angin. Dave segera mengenali Maleficus.

"Mereka bukan bagian dari rencana!" Seru Maleficus.

Dave menatap penyihir itu terkapar tak sadarkan diri.

The Cursed Half-bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang