Course

147 6 0
                                    

Dave menarik tangan Jess, ia mengangkat tubuhnya dan membopongnya.

Dave segera melesat pergi.
Namun Jess meronta diantara pegangan Dave yang erat, "lepaskan aku!"
"Dengar, manusia! Aku tahu jalanmu itu lambat. Begini lebih cepat." Balas Dave mengejek. "Sebaiknya kau tunjukan jalannya!"

Jess hanya pasrah dan memberengut sembari menunjukan arah.

Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah istana kerajaan manusia.

Jess memintanya untuk mengantarnya langsung ke biliknya. Dave menurunkannya disana, sedang ia bertengger diambang jendela.

"Jangan pernah muncul dihadapku lagi. Lain kali aku tidak akan melepaskanmu!"

Suara Jess kembali menjejali telinganya.

"Ada dongeng yang mengatakan, keturunan raja para penyihir memiliki mantra pelindung di jantung mereka yang tidak bisa ditembus. Mantra itu tidak bisa dipelajari dan tidak bisa dihancurkan. Kurasa kita bisa menemukan Randall dengan itu."

Dave terbelalak, ia bergeming dengan pandangan yang mengerikan. "Tutup mulutmu! Aku tidak ingin mendengar suaramu lagi..."

"Kau tidak percaya padaku..."

Dave membalikkan badan, "atau bahkan melihat wajahmu. jangan pernah berani berdiri dihadapanku lagi. Lain kali aku tidak akan melepaskanmu!" Kemudian ia pergi begitu saja.

"Karena kau terlalu takut untuk melihat kenyataan..."

***

"Isabelle!!!"

Jess terperanjat dari mimpinya. Ia terduduk dengan setengah sadar. Rambut pirangnya yang tertata rapi semalam kini berbanding terbalik. "Bisakah kau tidak berteriak-teriak, Rosaline!"

Seorang gadis yang tampak lebih dewasa darinya menerobos masuk. Ia berlari kecil dengan semangat menuju jendela. Gadis bergaun merah itu segera menyibak tirai. Gadis yang dipanggil Rosaline itu tersenyum ketika cahaya matahari melewati jendela.

"Bangun! Kau harus mengantarku ke desa! Raja memerintahkan kita untuk mengatur pengiriman persediaan bahan pangan!" Rosaline berbalik dan berjalan dengan garang, nadanya ketus.

Jess kembali terhenyak. Rosaline segera kembali setelah mengetahuinya, "bangun, Isabelle!"

Jess kembali terlonjak, "iya iya," ia mendengus, "berhenti memanggilku seperti itu!"

Jess yang sebenarnya bernama Isabelle adalah seorang putri raja dari kerajaan manusia. Ia putri dari Raja Levergne dan Ratu Venessa, dan merupakan adik dari Putri Mahkota Rosaline.

"Kenapa emosinya mudah sekali berubah..." ia memberengut dan bergumam.

Seorang gadis yang berpakaian lucu melompat ke depan ambang pintu dengan senyum sumringah sembari menyapa, "Isabelle."

Jess alias Isabelle menengadah seraya menyingkirkan selimutnya. "Miranda," Isabelle balas menyapa tak kalah girang, "apa yang sedang kau lakukan di istana?"

"Aku diperintahkan untuk membantu para tabib, mereka kekurangan tenaga," jawab Miranda.

"Aku benar-benar sangat senang bertemu denganmu, tapi aku harus pergi membantu Rosaline," Isabelle kembali memberengut.

Miranda yang mengetahui tingkah dua bersaudara itu terkekeh, "baiklah, aku hanya ingin menengokmu, lagi pula aku masih banyak pekerjaan. Kalau kau membutuhkanku, aku akan ada di sini sampai besok," Miranda tersenyum hangat.

"Tinggalah disini sebentar, jangan terburu-buru keluar," Isabelle segera berlari ke kamar mandi, "aku akan segera kembali."

"Ah, pasti dia membutuhkan bantuan untuk mengikat gaunnya," batin Miranda dengan ekspresi masam.

***

Suasana terasa begitu tenang tak seperti biasanya. Tampak semuanya akan berjalan lancar sesuai dugaan.

Langit biru yang bersih seakan berkata hari ini hari yang cerah untuk bepergian. Tak ada awan hitam yang akan merefleksikan hal yang sebaliknya. Angin dan suara kicauan terdengar ceria.

Suasana riang pun diiringi teriakan komplain Isabelle.

"Aaaaww! Kau mengikatnya terlalu ketat!"

Dan benar dugaan Miranda, ia pun membantu Isabelle berias. "Ini sudah yang keberapa kali? Kenapa kau tidak meminta bantuan dayangmu?"

"Setiap kali mereka membantuku mengikat benda ini, aku merasa mereka ingin membunuhku."

Miranda tersenyum sangsi.

"Isabelle!!!!!" Teriakan Rosaline kembali terdengar.

The Cursed Half-bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang