Desire

133 8 0
                                    

Seorang dayang berjalan dilorong ia bermaksut mencari Isabelle. Ia pun mengetuk pintu kamar gadis itu, "nona, hari ini anda harus mengikuti pertemuan kerajaan."

Isabelle melihatnya segera berlari, "ada apa Lucida?"

"Nona, hari ini anda harus menghadiri pertemuan kerajaan," dayang bernama Lucida itu mengulanginya.

"Tentu, tentu saja," Jess tergagap, "sekarang tinggalkan aku sendiri, aku harus bersiap-siap." Jess meninggalkan Sarah yang mengangguk mengerti dengan hormat. Ia masuk ke kamarnya yag gelap.

Gadis itu menatap pria yang tidur seperti orang mati di ranjangnya. Jess segera membersihkan diri dan bersiap untuk mengurus urusannya.

"Kurasa aku harus mengurungmu, Dave," ia berbisik pada dirinya sendiri.

Putri Isabelle meninggalkan kamarnya dalam keadaan terkunci mantra pelindung.

Ia mendatangi beberapa pemburu kerajaan, "pengawal, beri aku rusa hidup!" Jess terus berjalan menuju aula utama.

***

"Oh yang benar saja," Miranda kembali mengeluh melihat Jess meminta bantuannya untuk menyembelih rusa.

"Kumohon, Miranda. Aku terlanjur mengatakan pada ayah kalau aku akan melakukan penelitian denganmu. Dia mengawasiku."

"Bagaimana bisa?" Miranda semakin tak mengerti.

"Dia bertanya padaku, ketika aku mendapat rusa dari pengawal yang kusuruh."

Miranda tanpa basa basi langsung memotong rusa itu.

***

Dave kembali sadar dimalam hari, ia terbangun dengan rersengal.

Jess yang berada disana sedikit tergelitik, "santai saja, kawan. Apa kau selalu terbangun seperti itu?" Ia sedikit terkikik.

"Lepaskan aku!" Dave kembali mengganas.

Jess membawa segelas cairan berwarna merah kental.
Dave menelengkan kepalanya dan mengangkat alis kanannya, ia tahu aroma darah di gelas itu, "rusa? Untuk apa?"

"Tentu saja untukmu. Kau pikir aku meminum benda ini? Yang benar saja," Jess tertawa mengejek.

"Aku akan melepaskanmu, berjanjilah untuk tidak membuat kekacauan," Jess melepas mantranya.

Dave menyeringai, "kau membuat perjanjian dengan orang yang salah." Ia pun melesat dan menyambar gelas itu, seketika darah menyebar di lantai. Gelas itu pun pecah.

Dave mendekatkan bibirnya ke telinga Jess, "kau tahu? Aku selalu tergoda untuk menghisap darah mu sampai kering...sejak malam itu, di danau." Ia beranjak menghirup aroma darah di sekitar leher Jess.

Dave mencengkram wajah Jess dan menutupi mulutnya, mencegahnya berteriak. Kuku kuku jarinya terbenam dalam pipi Jess yang lembut dan putih. Wajahnya mulai memerah karena tegang.

Dunia membeku disekitar Jess, namun tidak dengan Dave. Ia masih bergerak dengan gesit.

Kini vampire itu menarik tangan Jess. Dave mengendus bau darah gadis itu diatas kulit pergelangan tangannya, "kali ini aku tidak akan melepaskanmu." Ia menjilatnya sembari menyeringai menang.

Jess membeku, ia menahan nafasnya. Gadis itu bergidik tak percaya apa yang menimpanya. Ia menutup matanya.
Sesuatu yang tajam menusuk pergelangannya.

Sesuatu tang lunak dan lembut membilas tempat dimana ia merasa sakit. Jess pun membuka matanya penasaran, Dave menjilat pergelangan tangannya yang berlumuran darah.

Vampire itu menengadah, "kelinci kecil, apa yang kau lihat?" Ia menggodanya, "sebaiknya kau lihat wajahmu itu. Ekspresi mangsaku yang paling manis," Dave menyambungkan, "kau mau melihat reka ulang?"

Dave menusuk tangan Jess dengan kuku ibu jarinya yang tajam tanpa basa basi. Gadis itu terkesiap dan ternganga. Dave semakin menjadi.

Vampire itu memeras darah Jess keluar. Dave berlutut sembari memegangi tangan gadis itu. Darah mengalir perlahan ke ujung jari-jarinya. Dave mewadahi darah yang menetes itu dengan mulutnya.

"Baiklah sudah cukup main mainnya," Dave bangkit dan menatap Jess yang berkaca-kaca.

"Kau yang mulai duluan, Jess. Aku sudah peringatkan padamu," Dave berbisik didekat telinganya. Suaranya seperti angin yang membelai telinganya.

Dave pun pergi, tenggelam di kegelapan malam.

The Cursed Half-bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang