Sense

116 8 0
                                    

Jess jatuh berlutut. Tubuhnya bergetar. Ia melihat Dave tersenyum jenaka sebelum menghilang melalui jendela kamarnya.

Angin menyibak tirai berwarna gelap itu. Malam selalu dingin dan udara menemani kepergian Dave.

Jess segera membersihkan lukanya dan membalutnya. Ia segera membersihkan darah yang mengotori karpetnya.

Tiba-tiba Sarah, dayangnya masuk, "nona, makan malam."

"Keluar!!!" Isabelle menyalak. Wajahnya merah padam dan matanya masih berkaca-kaca.

Sarah segera beringsut dari sana.

"Biar ku bantu," suara Miranda menyelinap. Ia berjalan keluar dari cermin. "Aku melihatnya," gadis itu menarik nafas berat, "kau baik-baik saja?"

Tawa Jess tiba-tiba meledak, "ah sial, dia mengejekku!"

Miranda mendengus.

***

Drac berdiri di balkon di tengah malam, menatap ke langit, merasakan hawa dingin.

Batinnya mengutuk Dave. Ia memperburuk radarnya, tanda kutukan itu akan semakin menyiksa Dave sendiri jika ia semakin jauh dari tuannya.

Sebuah cawan berisi darah yang di letakan di palang pembatas pecah ketika Drac mengerutkan alisnya.

Maleficus menghampirinya, "tuan, aku menemukannya."

"Biarkan dia. Aku sendiri yang akan menangkapnya."

***

Seekor anjing raksasa berkepala tiga berlarian dan menyerang orang-orang di pesta dansa. Anjing itu menangkap Rosaline dan memakannya. Isabelle yang melihatnya seketika terperanjat, hingga ia sadar itu hanya mimpi. Mimpi yang mengerikan.

Wush...
Angin masuk begitu saja di tengah malam, mendobrak jendela dan mengibarkan tirainya. Tampak seseorang berdiri, bersandar di ambangnya.

Jess mengenali postur tubuh itu, Dave. Jess bangkit dan melangkah mendekat, seolah ia tengah menunggu kedatangannya.

Sesosok itu melompat dari sana. Mereka saling menghampiri. Jess menatapnya penuh keheranan, kini ia bertanya-tanya untuk apa Dave ke sini?

Dave meraih tangan Jess yang terluka, ia membuka balutannya. Luka itu tampak buruk, membiru, bengkak, dan bercak darah yang mengering.

Dave melukai tangannya dan meneteskan darahnya ke luka ditangan Jess. Seketika luka itu menutup dengan cepat.

Gadis itu terdiam takjub, "bagaimana...?"

"Darah vampire bisa menyembuhkan luka, ini rahasia, jadi jangan katakan pada siapapun, mengerti?"

Jess mengangguk dengan lugu.
Dave balas tersenyum di ujung kanan bibirnya.

"Jadi, kau kesini untuk menyembuhkanku?" Jess bersikap sinis. Ia melipat tangannya di depan.

Dave beranjak duduk diambang jendela, "tidak, tentu saja tidak. Aku hanya merasa aku ingin kembali kesini. Aroma darahmu memenuhi ruangan ini."

Jess mendengus, "wow lihat, siapa yang merindukanku?"

Dave menatapnya tajam, ia menggeram untuk menakutinya.

"Kau tidak mau menyangkal?"

Dave melesat dan meraih lingkar pinggang Jess, menariknya mendekat, "kau makhluk sialan yang mengganggu pikiranku."

Jess mengangkat sebelah alisnya, "sekarang kau mengutukku?!"

"Aroma darahmu membuatku ingin merasakannya lagi dan lagi."

Jess terdiam, "coba saja..." ucapnya agak gemetar.
Dave mengubah raut wajahnya memelas, "tapi ada perasaan di hatiku yang mencegahku melakukannya."

The Cursed Half-bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang