Darker

97 7 0
                                    

Dave dalam perjalanan menuju kerajaan manusia. Ia mengenali kegelapan malam, ia mencium aroma apapun disekitarnya, ia melihat apapun yang menghadangnya. Namun kali ini ia tak mengenali kegelapan apa yang ditanamkan di hatinya. Ia merasakan kebingungan. Dave pun mengaum mengikis keraguannya.

Kini ia sampai di sekitar kastil. Penjagaan lebih ketat dari biasanya. Namun, hal itu tak dapat mengalahkan kegesitan Dave. Ia menyelinap, bergerak seperti angin.

Dave mengintip dari balik bayang ke bilik Isabelle. Gadis itu tengah terdiam, entah apa yang dipikirannya sehingga membuatnya melamun.

Dave melompat masuk. Tubuhnya hanya terlihat seperti siluet.

"Dave?" Isabelle langsung mengenalinya. Ia mendekat.

Seketika Dave menerkamnya. Isabelle tak menduga bahwa ia akan diserang pujaan hatinya.

"Jess?" Dave tersadar setelah Jess membeturkan sebuah batu biru bercahaya ke kepala Dave.

Gadis itu terlambat melakukannya. Dave telah menusukan cakarnya ke perut Jess. Ia mencabutnya.

Jess mengerang lemah, "sudah kuduga kau berada di bawah pengaruh ilusi," ia tersenyum lemah.

Dave terbelalak, ia tak percaya telah melakukan ini pada Jess. "Oh tidak!" Dave melukai tangannya untuk menyembuhkan luka di perut Jess. Luka itu menganga lebar dan tampak mengerikan, darah mengalir keluar lebih deras ketika Jess bernafas. Gadis itu sekarat. Dave telah menusuknya sampai ke dasar perutnya hingga merusak beberapa organ dalamnya dan menggores tulang punggungnya.

Ia membutuhkan lebih banyak darah vampire untuk menyembuhkan luka yang parah itu. Dave merobek kulit tangannya dengan kuku jarinya yang tajam. Ia mengalirkan darahnya ke luka Jess. "Bertahanlah Jess!"

Seseorang mendobrak pintu kamar Jess. Miranda berdiri di ambang pintu dan membawa tali pelontar. Gadis itu menatap Jess yang terkapar di lantai dan Dave dengan tangannya berlumuran darah.

Segera Miranda membidikan senjatanya ke arah Dave. Kail itu menutup, melesat kemudian menusuk bahu Dave. Kail bermata empat itu membuka setelah menembus bahunya. Darah menetes dari ujung mata kail itu. Dave hanya mengernyit dan meringis kesakitan, ini hayalah senjata biasa baginya belum apa apa. Dave segera memotong tali yang mengikat kail dengan pelontarnya sebelum Miranda menariknya. Ia mencabut kail itu dari belakang, Dave hanya menarik nafas berat menahan perih lukanya.

Ia segera pergi meninggalkan Jess yang terluka parah. Untungnya Dave sempat mengobatinya, lukanya tengah meregenasi, duganya.

Luka di bahu Dave menutup perlahan. Untungnya tali pelontar itu hanya senjata biasa bukan senjata yang dimantrai.

Dave berhenti di hutan. Nafasnya yang sedingin es melebur dengan udara yang berhembus malam itu ketika ia menggeram. Tiba-tiba ia mendengar deru langkah kuda dan mencium aroma para penyihir.

Dave telah dikepung.

Pandangan matanya yang tajam sebagai pemangsa memerhatikan sasarannya--penyihir berjubah dengan tudung kepala. Begitupun si pemburu, ia mengarahkan ujung anak panah ke arah buruannya itu--mereka saling incar.

Namun kali ini Dave tidak akan sampai membunuh pemburu itu, tatapannya berubah nanar. Ujung-ujung jari kakinya menolak batang pohon yang ia tenggeri, seketika ia melesat dengan cepat. Si pemburu nampak sedikit tersentak kontan tangan kanannya melepaskan anak panah dari busurnya. Anak panah itu meluncur mengarah ke kepala Dave. Seketika ia menelengkan kepala ke kiri menghindarinya dengan wajah santai tanpa ekspresi, agaknya perhitungannya tepat.

Pemburu itu menjatuhkan busurnya tanpa mengubah posisi tangannya. Ketika itu Dave sudah sangat dekat ia tak bisa menghentikan langkahnya. Tangan pemburu itu menerkam Dave, mencengkeram dan mencekik lehernya.

Dave terbelalak kaget, ia tak memperkirakan hal itu. Pemburu itu tersenyum menang di balik tudung kepalanya dengan aksen bengis.

Sekali lagi ia tersentak kaget. Nalurinya merasakan darah murni dengan bau yang sama dengan darahnya mengalir di telapak tangan pemburu itu, ia bisa merasakan denyut darah mengalir menyentuh kulit lehernya.

Dave menemukan dirinya yang lain, ia tersenyum angkuh di ujung kanan bibirnya, seketika itu membuat senyum si pemburu pudar. Dave berusaha meraih tudung kepala itu dan menyibaknya. Wajah yang berseri dan berkulit pucat karena udara dingin terlihat. Ia menatap Dave dengan geram. Pemburu itu membanting Dave ke tanah dengan keras. Vampire itu hanya meringis tergelitik kendati tulang-tulangnya berkertak. Sel-sel tubuhnya yang rusak segera meregenerasi dengan cepat. Ia meraih penutup wajahnya dan membukanya, menunjukkan wajah vampire yang selama ini penyihir itu buru.

Dave masih tersenyum jenaka menatap wajah pria yang mirip dengannya. Bahkan ia tahu siapa penyihir yang terus mengusik hidupnya sebagai musuhnya, yang kabarnya ia adalah saudara kembarnya sendiri--Rolland.

Rolland masih terkesiap menatap wajah musuhnya.

The Cursed Half-bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang