Black Magic

202 9 0
                                    

Dave terkapar di sebuah meja batu, tangan dan kakinya diikat seutas tali yang berwarna hijau menyala.

"Apa yang akan kau lakukan padaku, Maleficus?!" Bentak Dave.

"Tenanglah Dave. Kau hanya  kebingungan, pikiranmu dipermainkan dengan ilusi. Aku akan mengembalikan akalmu," Maleficus tersenyum diujung kanan bibirnya diiringi dengusan kecil, seolah ia tergelitik sesuatu yang lucu.

"Katakan! Apa ilusi itu menunjukan kebenaran?" Nada suara Dave terdengar lebih tenang.

Maleficus melekatkan ujung telunjuk dan jari tengahnya ke kening Dave, "mereka mempermainkanmu, Dave. Hanya itu." Maleficus bicara dengan lembut.

Seketika cahaya hijau berpendar melalui ujung jarinya dan melebur didalam kepala Dave. Seketika anak laki-laki itu tak sadarkan diri.

Tampak cahaya hijau itu menyelimuti urat leher Dave yang timbul. Ia membuka mata dengan pandangan kosong, tiba-tiba warna hitam menjalar menyelimuti bola matanya hingga penuh. Dave menganga menarik nafas dalam tanpa henti hingga timbul suara parau dari tenggorokannya.

Maleficus terkesiap, ia bergegas memasukkan kedua jarinya kedalam rongga mulut Dave, ia menarik sesuatu keluar dari sana. Dave menggelepar-gelepar dengan suara geraman yang melengking. Segera ia sadarkan diri dan tersedak hebat.

Pandangan mata Dave kembali normal, ia terbelalak kaget. Sebuah batu hitam kecil yang memiliki dua sisi runcing keluar dari tenggorokannya.

"Sial! Benda apa itu?!" Rutuk Dave setelah memuntahkan batu itu.

"Black magic. Mereka memperalatmu, Dave. Mereka sengaja membuatmu kacau kemudian agar kau mengkhianati Lord Drac. Kurasa mereka mengincar kita."

"Lebih tepatnya mereka mengincar Drac, mereka ingin menangkapnya. Apa lagi kemungkinannya." Dave masih  terengah-engah.

Maleficus tercenung sejenak, kemudian beralih menatap Dave dengan jenaka, "bagaimana benda ini bisa di dalam tenggorokanmu, Dave?"

"Cih! Mana ku tahu!" Dave bersungut dan membuang pandangannya. "Lepaskan aku, Maleficus! Sampai kapan kau mau mengikatku seperti ini?!"

Maleficus bergegas sembari tertawa ringan.

***

"Salah satu dari mereka adalah penyihir," ucap salah seorang laki-laki yang memiliki suara berat.

Remang tampak dalam ruangan pertemuan itu di kala senja, menambah sosok misterius segerombolan orang yang mengenakan pakian hitam yang longgar dan panjang dilengkapi jubah dan penutup kepala.

"Tidak mungkin!" bantah salah seorang, "bukti macam apa yang membuatmu berspekulasi semacam itu, Lucius."

"Dari laporan, mereka menggunakan lingkaran setan untuk mengalahkan dua pengawal itu dan bangsawan Gerald," tambah seorang yang duduk di ujung meja.

Seketika ruangan menjadi gaduh, tidak sedikit dari mereka yang bergumam riuh rendah. Nuansa tegang semakin menjadi dengan ditambah berita yang membuat mereka siaga.

"Siapa yang telah mengkhianati kaum kita? Dan mengadakan kontrak dengan vampir?!"

Beberapa puluh tahun silam telah berlalu, masa kehancuran kaum penyihir karena pengkhianatan. Maleficus berlari dalam pelariannya. Abad terakhir perang di tahun perburuan.

Maleficus berhenti, ia melihat seseorang dibalik jubah hitam duduk bersandar pada sebuah batang pohon. Ia menarik langkah mundur dan berlari menghindarinya.

"Berhenti! Kembali!" Perintah seseorang itu membuat Maleficus merasa tertangkap basah dan tak dapat berkelit. Ia membalikkan badan dan menatap laki-laki disana. Vampir.

Maleficus tak mengambil resiko mendekat tanpa senjata, ia terpaku ditempatnya berdiri.

"Aku tahu kau mencari keluargamu. Mereka mengkhianatimu," vampir itu menatapnya tanpa bergerak, dengan prihatin. "Para bangsawan penyihir telah membuat kontrak dengan para bangsawan vampir, taruhannya jantung dan nyawa. Para penyihir melanggar kontrak dan nyawa sebagai bayarannya, mereka percaya mitos bodoh tentang jantung vampir, jika mereka memakannya mereka akan kekal. Mereka menyerang keluargaku, sebelum keluargaku memusnahkan mereka," ia terdiam sejenak, "dan aku tahu, kau yang membuat mantra hitam itu. Mendekatlah, aku membutuhkanmu!"

Maleficus mendekat, ia mempercayai vampir itu ia rasa, karena ia tahu semuanya.

Maleficus menatap Count Dracula yang terluka parah, ia hanya terdiam seraya memulihkan diri.

***

The Cursed Half-bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang