Chapter 18

460 35 3
                                    

      "Ah gila rasanya kepala gue mau pecah" Dhea mendesah frustasi melihat soal - soal yang ada di LKS Matematika nya.

      "Ini soal dari planet mana sih? Gimana mau ngerjain coba, buat di baca aja susah banget" Lanjut Dhea sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Kepalanya rasanya berdenyut - denyut melihat banyak sekali tulisan sin cos tan hingga huruf - huruf tunggal x dan y.

      Sofi menoleh dan melihat kertas jawaban milik Dhea, Sofi menggelengkan kepalanya saat melihat kertas jawaban Dhea yang masih kosong dan hanya terisi di kolom nama saja.

     "Mau nyontek gak ? " Tanya Sofi.

     Dhea mengangkat kepalaya dan menatap Sofi bingung. Sejak kapan Sofi jadi suka menawarkan jawaban dari hasilnya sendiri. Tapi, daripada kepalanya pusing memikirkan soal yang sulit dipahami seperti doi. Dhea mengambil kertas jawaban milik Sofi dan langsung menganga. Jawaban mana yang ditawarkan Sofi ? Jelas - jelas kertas jawabanya masih kosong.

    "Mana jawabanya ?" Tanya Dhea.

    "Hehehehe" Sofi terkekeh dan mengambil kembali kertas jawabanya yang masih putih bersih seperti bayi.

     Akhirnya dengan segala keterpaksaan. Dhea melirik ke kanan dan kiri lalu ke arah meja guru. Semua sibuk dengan urusan mereka masing - masing. Sofi melirik gerak - gerik Dhea, Dhea tersenyum aneh dan mengulurkan tanganya pada laci meja. Sofi mengerti apa yang akan dilakukan Dhea, dan dengan semangat Sofi menyuruh Dhea agar cepat melakukanya. Sofi dan Dhea terkekeh - kekeh aneh sambil mengetik soal matematika pada kolom pencarian dk handphone milik Dhea.

     "Bodo amat yang penting ngumpulin" Ucap mereka bersamaan.

  •••

     30 menit kemudian bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi, tapi tidak ada pergerakan sama sekali dari Dhea yang sudah menantikan berbunyinya bel pulang sekolah. Memang setelah selesai mengerjakan dan mengumpulkan soal matematika tadi Dhea langsung menelungkupkan kepalanya di tas atas lipatan tanganya.

     "Dhea lo kok diem aja sih? " Sofi menggoyangkan lengan Dhea yang masih belum bergerak sama sekali.

     "Kenapa sih ?" Jawab Dhea. Dhea mengangkat kepalanya sambil mengusap matanya yang memerah setelah tertidur.

     "Dasar kebo"

     "Jam berapa nih? " Dhea bertanya pada Sofi setelah melihat keadaan kelas yang sudah kosong.

     "Setengah 4"

     "Yaudah yuk pulang" Ajak Dhea sambil berdiri dan mengambil tasnya yang tergeletak di bawah meja.

      "Lo naik apa Sof? " Tanya Dhea saat mereka berjalan di koridor yang sangat sepi. Freya dan Afrill sudah pulang terlebih dahulu karena sudah ditunggu oleh Bryan dan Egha. Ya, beginilah nasib jomblo.

     "Taksi" Jawab Sofi singkat.

     Tak lama setelah itu Dhea dan Sofi telah sampai di parkiran mobil. Dhea melihat ke sekeliling mencari mobil Malvin namun Dhea tak menemukan mobil Malvin.

     Drt drt drt

     Ponsel Dhea berdering dan Dhea langsung membuka aplikasi garis nya. Malvin mengirim pesan pada Dhea dan mengatakan bahwa dirinya pulang duluan. Dhea sekarang menjadi sangat kesal pada Malvin karena meninggalkannya padahal kan cuma setengah jam. Dhea menggerutu dalam hati.

     "Kakak lo mana?" Tanya Sofi.

     "Pulang" Jawab Dhea ketus.

     "Lo ditinggalin? " Tawa Sofi berderai saat melihat ekspresi kesal Dhea. "Mampus, mau pulang naik apa lo ?" Lanjut Sofi.

     "Gue pulang ya Dhe" Sofi berlari meninggalkan Dhea yang menghentak - hentakkan kakinya karena kesal.

     Dhea mengumpati Malvin dalam hati. Jika Malvin bukan kakaknya, mungkin Dhea sudah membuang kakaknya itu ketempat sampah. Malvin itu memang kakak yang kejam.


•••

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang