Chapter 6

786 46 1
                                    

Kulepas semua yang kuinginkan
Tak akan ku ulangi
Maafkan jika kau ku sayangi
Dan bila ku menanti
Pernahkah engkau coba mengerti
Lihatlah ku disini
Mungkinkah jika aku bermimpi
Salahkah tuk menanti

Tak kan lelah aku menanti
Tak kan hilang cinta ku ini
Hingga saat kau tak kembali
Kan ku kenang dihati saja
Kau telah tinggalkan hati yang terdalam
Hingga tiada cinta yang tersisa di jiwa

- Yang Terdalam

×××××

       Setelah berjalan - jalan seharian, pada malam harinya mereka harus menghadiri pesta ulang tahun salah satu teman sekolah mereka. Pesta ulang tahun sweet seventeen ini di gelar dengan mewah di salah satu hotel ternama di Jakarta dan bertemakan formal. Dhea malas datang sebenarnya, Dhea lelah tapi karena yang mengundang adalah temen sekelasnya akhirnya Dhea datang walaupun dengan sangat terpaksa. Selain alasan tadi, Dhea mau menghadiri pesta ini juga karena ada David, tadi David juga yang menjemputnya.

       "Boleh juga kalau pakai gaun"

      Dhea menoleh saat mendengar suara David dari arah belakangnya. David terlihat tampan dengan pakaian formalnya, cocok juga dengan Dhea. Dhea memakai dress pendek berwarna ungu tua, Dhea terlihat cocok memakainya.

      "Gak usah muji okey, trauma dedeq bang" Dhea menepuk - nepuk dada sebelah kirinya dengan wajah merana. David tergelak melihat tingkah Dhea.

       Dalam hati Dhea menyuruh agar David tak memujinya bukan karena dirinya trauma, hanya saja Dhea takut tidak bisa menahan gejolak di dalam hatinya, kupu - kupu berterbangan di dalam perutnya dan panas yang menjalar di pipinya jika David kembali memujinya. Malaikat tanpa sayapnya Dhea ini memang sukses dalam hal membuat Dhea tidak bisa bersikap biasa saja.

       "Nyari makan aja yuk !" David manarik tangan Dhea dengan lembut. Menyalurkan sengatan - sengatan cinta. Dhea menggeleng - gelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran lebaynya.

       Dhea dan David berdiri di samping meja di luar ruangan. Mereka berada di rooftop hotel itu. Disini suasana nya lebih tenang, dengan hiasan - hiasan khas ulang tahun yang kekinian. Dhea daritadi tidak tenang memakan cake coklat nya, Dhea takut dress pendeknya tersibak terkena angin dan memperlihatkan celana dalam nya. Benar - benar memalukan.

      Dhea menundukkan kepalanya mencoba menahan ujung dress agar tidak terangkat. Namun, tiba - tiba tubuh Dhea membeku saat sebuah jas hitam melingkar dengan indah di pinggangnya. Dhea mengangkat kepalanya dan Dhea baru menyadari jika jarak nya dengan David hanya tinggal sejengkal. Dhea bisa merasakan aroma mint dari nafas David.

      Dhea merasa jantungnya berdetak 100 kali lebih cepat dari biasanya, bahkan Dhea takut David bisa mendengar detak jantungnya dari jarak sedekat ini.

       "Kalau gini kan lo gak takut dress lo yang super duper pendek ini terbang"

       Dhea segera bergerak menjauh dari David setelah David berhasil mengikat kedua lengan jas hitamnya dengan benar. Dhea tidak bisa berlama - lama berada terlalu dekat dengan David.

Perhatian kepada semua tamu undangan. Harap segera berkumpul di depan panggung utama !

      Dhea dan David segera berkumpul dengan tamu undangan yang lain ke depan panggung utama. Setelah semua berkumpul, Liana sebagai pemilik acara memberikan kata sambutan, ucapan terima kasih dan bla bla bla, sampai kata - kata yang tidak penting pun. Hingga pada saat Liana memanggil nama David untuk naik ke atas panggung untuk mengisi acara. Dhea menatap David dengan tatapan bertanya - tanya, tapi David hanya memberikan senyum simpul dan segera naik ke atas panggung kecil.

      "Gue mau nampilin puisi buatan gue sendiri. Kalau jelek mohon maaf kalau bagus jangan baper" Ucap David yang mengundang tawa para tamu undangan.

Tidak ada yang lebih indah dari tawa nya
Tidak ada yang lebih indah dari suaranya
Tidak ada yang lebih indah dari matanya
Tidak ada yang lebih indah dari sentuhannya

Dia seperti sirius di langit
Dia seperti matahari di orbit
Dia seperti cahaya di bumi
Dan dia seperti magnitudo di semesta ini

Terdengar tidak nyata
Tapi dia ada
Dia adalah wanita
Yang ada di ujung sana

      David tersenyum dan menunjuk seorang perempuan yang berdiri di ujung ruangan. Gadis itu tampak terkejut dengan arah tunjukkan David, dia benar - benar tidak menyangka. Dhea berdiri mematung tak bergerak sama sekali dari tempatnya, wajahnya memerah, bibirnya terbuka. Apa benar tadi yang ditunjuk oleh David adalah dirinya. Apa benar puisi tadi diberikan untuknya. Jika iya, Dhea benar - benar merasa bahagia.

      "Dhea Vyllia Meddy yang sangat cantik dan mempesona" Lanjut David lagi.

       Seketika terdengar suara tepuk tangan, sorak - sorakan dan siulan - siulan yang memenuhi ruangan itu. Dhea benar - benar merasa sangat bodoh sekarang, karena dirinya hanya berdiri dan diam menatap semua teman - temanya. Hingga ada sebuah tangan yang menggenggam tanganya dan menarik tubuh Dhea ke dalam pelukanya. Dhea awalnya ingin berontak, tapi Dhea diam setelah mencium bau parfum yang akhir - akhir ini selalu menelisik indra penciumanya.

       "Sorry kalau gue bikin lo malu" Bisik David di telinga Dhea. Dhea langsung membalas pelukan David dan semakin mengeratkan pelukanya saat sorakan teman - temanya semakin keras terdengar. Dhea menyembunyikan wajahnya di pundak David, Dhea malu karena menjadi pusat perhatian seperti ini tapi Dhea juga rasanya hampir terbang jika David tak segera memeluknya.

•••

       "Sorry ya Dhe, gue bener - bener gak maksud kayak gitu tadi" Ucap Erza sambil sesekali menoleh pada Dhea yang diam sambil menatap jendela mobil. Saat ini kedua nya berada pada perjalanan pulang. Jas David masih dikenakan oleh Dhea untuk menutupi pahanya yang terbuka.

       2 jam setelah acara inti dilaksanakan, semua tamu undangan boleh untuk meninggalkan acara ulang tahun itu. Tak terkecuali Dhea, sebenarnya Dhea sudah tidak tahan berlama - lama berada di pesta Liana karena semua orang yang melewatinya akan terus memperhatikan dan tersenyum - senyum menatap nya. Dhea merasa risih dan tidak suka menjadi pusat perhatian.

       "Gakpapa kak" Dhea tersenyum manis.

       David menatap Dhea untuk memastikan apa yang dikatakan gadis itu tidaklah kebohongan. Tapi yang dilihat David hanyalah mata berbinar milik Dhea. David tersenyum lega melihat rona bahagia yang terpancar dari wajah polos Dhea. David ingin memberi kejutan pada Dhea, David ingin Dhea senang dengan apa yang dilakukanya. Mempermalukan Dhea bukanlah tujuan utamanya.

•••

Dhea & Freya

Dhea & Freya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang