Chapter 34

374 24 0
                                    

      "Woy yang bener dong !"

       Suara dengan nada kesal itu membuat paku payung yang di pegang oleh Dhea terjatuh, suara cempreng dengan intonasi yang keras itu membuat Dhea kaget, tidak hanya Dhea tapi juga beberapa murid yang melewati mading kelas XI.

      "Dhea, tempelin yang bener jangan dipegangin aja!" Suara yang membuat sakit telinga itu lagi - lagi terdengar.

       "Lo teriak sekali lagi gue sumpel mulut lo pake kaos kaki nya Kak Dion yang belum di cuci dari minggu kemarin !" Sofi yang datang dari arah tangga langsung menghampiri Zahra akibat teriakanya yang menggema.

      "Zahra, gak mau tau cariin pakunya yang tadi jatuh"

      Dengan masih wajah kesalnya, Zahra mendunduk - nundukan kepalanya mencari paku payung yang terjatuh. Dhea menatap kesal Zahra yang terlalu lamban mencari paku payung yang terjatuh itu. Tanganya bahkan sudah terasa kebas sekarang, tapi kalau Dhea melepaskan poster itu nantinya paku payung yang sudah tertempel sebagian itu malah akan lepas semua. Dhea mendengar suara langkah kaki yang dihentak - hentakan dan suara hinaan dari koridor yang sudah sepi karena bel sudah berbunyi.

     "Muka kayak perkedel aja sok lo"

      Dhea mengenal suara itu. Itu suara kakak kelasnya yang mirip kuda lumping tingkahnya saat bertemu dengan dirinya dan teman - temanya. Tadi Freya, Afrill dan Sofi memang mendapatkan tugas menempelkan poster tentang prom night di koridor lantai 3, yang memang koridor untuk kelas 12. Dan mungkin tadi Freya dan Afrill bertemu dengan Varsya cs. Dhea tak habis fikir apa sih yang membuatnya sebenci itu padanya dan teman - temannya, Dhea yang polos bahkan tak pernah meliriknya dulu saat awal - awal pertemuan mereka. Baiklah, sifat narsis Dhea kembali kambuh saat ini.

     "Idih, sa ae lo kulit salak"

     Dhea terkikik mendengar jawaban Freya. Freya adalah cewek songong, jadi bukan hal baru jika jawabanya akan melenceng jauh dari hinaan yang dikeluarkan oleh Varsya tadi. Namun setelah itu, suara Varsya tidak lagi terdengar. Dhea melihat Afrill dan Freya sudah berada di dekatnya, berdiri di samping Sofi yang masih membereskan kertas - kertas selebaran untuk prom night.

     "Frey, cecan kayak gitu lo katain kulit salak ? Gak makin kepanasan dia ? " Tanya Dhea sambil menahan tawa.

      "Dia ngatain gue kayak perkedel, body slim kayak model gini dikatain kayak perkedel. Kalau lo yang dikatain sih percaya gue"

     Dhea kembali tertawa mendengar jawaban Freya. Dhea memang kadang tak mengerti dengan hinaan yang dikeluarkan Varsya untuknya dan teman - temannya, karena yang dikatakannya tidak sesuai realita. Sambil masih tertawa, Dhea mengalihkan pandangan pada Zahra. Dhea terdiam beberapa detik saat tak menemukan Zahra pada posisi terakhirnya tadi. Dhea menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tapi Dhea tetap tak menemukan gadis bersuara cempreng itu. Pasti Zahra kabur.

    "Ngapain lo ?" Tanya Afrill pada Dhea

     Dhea tak menjawab. Dhea hanya menunjuk poster dimading itu dengan dagunya. Afrill mengikuti arah tunjukkan Dhea. Afrill mengeluarkan sesuatu dari saku jas nya dan memberikannya pada Dhea. Dhea menatap se-kotak paku payung yang diberikan Afrill tadi dengan mata berbinar, masalahnya tangan Dhea rasa nya sudah mati rasa sekarang. Setelah selesai dengan tugasnya Dhea langsung terduduk di kursi dekat mading, bukan hanya tanganya tapi juga kakinya yang lelah.

     "Now, what should we do ?"

     Dhea juga bingung sekarang. Waktu prom night sudah tidak lama lagi. Tapi Dhea maupun yang lainya bingung harus melakukan apa lagi setelah ini. Apalagi, Dhea telah berjanji pada Fian jika tugasnya akan digantikan oleh nya. Ngomong - ngomong tentang Fian, laki - laki itu masih di rumah sakit untuk memulihkan kesehatannya. Dhea juga menyesal karena telah bermain  permainan yang membuatnya menjadi sengsara seperti ini. Awalnya Dhea berpikir jika ini takkan sulit, tapi nyatanya acara yang diselenggarakan sekolah tiap tahun ini benar - benar menguras tenaga, waktu, pikiran bahkan uang. Kalau begini, Dhea lebih memilih mengerjakan 100 soal matematika daripada disuruh mengurus acara prom night.
      

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang