Chapter 12

583 39 4
                                    

     Sesuai dengan janjinya, Malvin menjemput Sofi tepat pada jam 7 malam. Setelah mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya, Sofi langsung berjalan keluar rumah dan menghampiri mobil Malvin yang terparkir di depan rumahnya. Sofi langsung membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang. Setelah Sofi masuk, Malvin langsung menjalankan mobilnya menuju rumahnya.

     Entah mengapa Malvin merasa bahwa Sofi terlihat cantik dengan baju bebasnya, terlihat berbeda dengan saat di sekolah. Baju mereka juga serasi black & white.

     "Lo cantik"

     Sofi menoleh mendengar ucapan Malvin tadi, apakah benar Malvin memujinya.

      "Makasih" Jawab Sofi pelan.

      Setelah itu hening melanda mereka hingga mobil Malvin berhenti di garasi rumah Malvin. Malvin dan Sofi turun dari mobil dan berjalan beriringan masuk ke dalam rumah. Saat di depan pintu utama Sofi mendengar suara - suara teriakan - teriakan yang Sofi hafal betul suara siapa. Saat sudah di ruang tamu, Sofi melihat Afril dan Freya yang menyembunyikan wajah mereka di belakang punggung Bryan dan Egha sedangkan Dhea yang menutupi wajahnya dengan bantal sofa. Ternyata mereka melihat film horor asia terbaru.

      "Kalau takut di matiin aja" Suruh Malvin yang terganggu dengan suara teriakan - teriakan mereka.

      "Gue gak takut Vin, cewek - cewek nih yang daritadi teriak - teriak kayak mau di grepe - grepe aja" Ucap Erza asal dan menunjuk Afril, Freya dan Dhea dengan wajah tanpa dosa.

     "Anjing, tau anjing gak kak" Dhea mencubit - cubit pinggang Erza membuat Erza berteriak - teriak.

      "Iya - iya ampun, gak - gak gue cuma bercanda" Ucap Erza mengusap - usap pinggangnya yang terasa panas.

       "Nonton apa sih?" Tanya Sofi yang    dari tadi hanya terdiam.

       "Film horor" Jawab Afril singkat.

       "Lah anju juga nih cewek, gue juga udah tau film horor" Ucap Sofi sambil menjitak kepala Afril pelan.

      "Ih sakit tau" Ucap Afril sambil mengusap - usap bagian kepalanya yang terkena jitakan Sofi. "Lagian udah tau film horor, kenapa masih nanya? " Lanjut Afril lagi dengan nada kesal.

       "Judulnya Afril, ya Tuhan" Ucap Sofi gemas sendiri.

Aaaaakh

      Percakapan Afril dan Sofi terpotong saat tiba - tiba Freya dan Dhea berteriak lalu mereka berdua berpelukan. Dan entah mengapa, Afril dan Sofi juga ikut berpelukan bersama. Dan hari itu mereka menghabiskan malam mereka di rumah Dhea dengan menonton film horor hingga tengah malam, dan setelah filmnya habis barulah mereka beranjak ke kamar Dhea untuk cewek - cewek dan kamar Malvin untuk cowok - cowok. Kasur mereka pasti muat karena kasur Malvin dan Dhea berukuran king size.

•••

      "Gimana udah siap?" Tanya Malvin.

     "Siap" Ucap mereka serempak dan mulai jogging mengelilingi komplek rumah Dhea.

      Semalam sebelum mereka datang kerumah Dhea mereka sepakat akan melakukan jogging pada pagi harinya, sehingga mereka juga membawa peralatan yang di perlukan untuk jogging. Setengah perjalanan Dhea, Sofi, Freya dan Afril sudah banyak berhenti untuk beristirahat, karena tidak tega Malvin, Erza, Egha dan Bryan juga ikut berhenti. Saat akan mendekati Taman komplek Sofi dan Dhea sepertinya sudah tidak kuat lagi, mereka berdua terduduk di trotoar dengan nafas terengah-engah dan keringat yang bercucuran.

     "Ah gila gue capek banget" Ucap Sofi.

     "Iya sama, dada gue sampai sakit" Ucap Dhea memegang dadanya. Wajahnya penuh dengan keringat.

     "Dhea, Sofi ayo entar keburu siang" Ucap Afril yang berdiri disebelah Freya.

      "Entar dulu" Ucap Dhea.

      "Naik !!"

      Semua lantas terdiam dengan ucapan datar dan singkat Malvin, terlebih Sofi. Malvin berjongkok tepat di depan Sofi.

      "Ayo naik gue gendong !!" Suruh Malvin lagi.

      Akhirnya Sofi menurut dan naik ke punggung Malvin. Setelah itu Malvin beranjak berdiri dan berjalan meninggalkan yang lain.

      "Kak Erza gak mau gendong aku juga? " Tanya Dhea. Erza melotot mendengar ucapan Dhea itu, yang benar saja ?.

      "Dhea lo mau jalan apa enggak? " Tanya Freya dengan nada tidak sabar.

      "Kalian duluan aja, biar gue yang nungguin Dhea disini" Suruh Erza dan duduk di sebelelah Dhea.

       "Yaudah kita duluan ya" Pamit Bryan dan meninggalkan Dhea dan Erza yang duduk di trotoar kompleks.

      "Kenapa kak Erza malah ikutan duduk dan nungguin aku? " Dhea sudah menunggu jawaban romantis Erza, tapi memang ekspetasi tidak selalu sama dengan realinya.

      "Ya daripada gue gendong lo mending gue nungguin lo sampai lo gak capek lagi" ucap Erza santai.

      "Emang kenapa?" tanya Dhea.

      "Entar tulang punggung gue patah - patah, lo mau ganti tulang punggung gue? "

      "Ih kak Erza jahat" ucap Dhea memukul - mukul lengan Erza.

      Erza berusaha menghentikan Dhea dengan memegang tangan Dhea, saat tangan mereka bersentuhan tatapan mata Erza dan Dhea bertemu. Sekian detik kemudian Dhea memutus kontak mata mereka dan menundukkan kepalanya. Setelah itu suasana menjadi canggung.

     "Masih capek? " Tanya Erza berusaha memecahkan kecanggungan di antara mereka berdua.

     "Udah enggak, yuk jalan" Dhea beranjak berdiri dan mereka berjalan beriringan menuju Taman komplek. Erza memang tidak menggendongnya seperti Malvin, tapi bukankah menungguinya juga hal yang romantis. David dulu saja tidak pernah seperti itu padanya, padahalkan David bersandiwara. Dhea tertawa dalam hati saat mengingat hal itu lagi.


Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang