Jika ada yang bisa menggambarkan keadaan hati ku saat ini, pasti kamu tidak akan mau melihatnya. Karena keadaan hatiku sudah sangat parah, ada pada level tertinggi tingkat kehancuran.
Hati ku rapuh, runtuh dan tersapu. Lalu hilang seperti debu.×××××
Malvin diam menatap gadis di depannya ini dengan tatapan mengiba. Tidak seperti tatapan datar yang selalu diberikannya pada semua orang. Malvin tidak pernah seperti ini, memohon pada seorang perempuan, mengesampingkan gengsinya demi sebuah perasaan. Malvin tidak tau apa lagi yang harus di lakukannya agar semuanya kembali baik - baik saja, setidaknya tidak akan serumit ini. Hanya itu pintanya.
"Gimana ?" Tanya Malvin lagi pada gadis di depannya itu. Ini pertanyaan ketiga yang diberikan Malvin pada gadis itu, tapi yang Malvin dapatkan hanyalah diam dan pandangan mata yang kosong. Hati Malvin miris melihat gadis itu, sungguh Malvin tidak mau melakukannya dan menyakiti hati gadis itu.
"Please, gue mohon ! Sekali lagi aja, kasih gue kesempatan sekali lagi !"
Gadis di depan Malvin akhirnya menoleh, menatap Malvin dengan mata yang berkaca - kaca. Mata nya benar - benar merah dan penuh dengan air mata. "Buat apa ?" Tanya nya dengan suara parau dan pelan. Malvin hampir tidak mendengar ucapan gadis itu jika dirinya tak melihat gerak bibirnya.
"Semua ini menyiksa Vin. Gue selalu tahan perasaan gue, tapi apa yang gue dapet gak sebanding sama apa yang gue korbanin. Gue capek, gue pengen nyerah tapi lo dateng dan bilang minta kesempatan lagi. Ini sulit Vin, ini rumit. Gue gak bisa Vin, gue gak bisa" Benteng pertahanan yang sedari tadi dibuatnya tetap tidak bisa menahan laju air matanya. Dadanya sakit menahan isakanya.
Malvin menundukkan kepalanya. Ini semua memang kesalahanya. Semua ini Malvin yang menyebabkan. Waktu itu semua terasa sulit, dan kejadian itu terjadi begitu saja. Malvin akui dirinya gegabah, tapi Malvin tidak tau jika akhirnya akan serumit ini. Malvin hanya ingin yang terbaik, tapi nyatanya semua malah tertumpu pada gadis ini. Semua rasa sakit, kesal dan marah mengerucut padanya. Jujur Malvin tidak tega, tapi semua nya sudah terlanjur terjadi dan Malvin tidak bisa menghentikanya begitu saja.
"For god sake, ayolah ! One more time, okay ? Setelah itu terserah"
"Okay"
Mata Malvin terbelalak mendengar jawaban gadis itu. Apa dia benar - benar mengatakan iya dan memberinya kesempatan kembali ? Apa Malvin tidak berhalusinasi karena terlalu mengharapkan jawabanya iya darinya.
"Gue pikir ini akan semakin menyakitkan, tapi bukankah itu yang lo harepin ? Inget Vin, bukan cuma gue, tapi juga dia"
"Iya gue tahu"
"Kalau lo tahu, kenapa masih lo lakuin Malvin? Astaga"
"Gue pengen dia bahagia"
Malvin tahu, gadis itu pasti terkejut mendengar jawabannya. Karena Malvin membahagiakan orang lain tapi Malvin tidak memikirkan perasaanya. Malvin terpaksa melakukanya, Malvin tidak punya pilihan.
"Apa yang ada pikiran lo sama sekali gak akan terjadi. Semakin banyak yang lo sembunyiin, semakin banyak yang gak dia tahu akan buat dia semakin terluka Vin. Gue mohon sama lo, gue gak mau semua jadi makin berlarut - larut, akhirin semua nya Vin !"
Malvin diam menatap gadis yang tadi duduk di hadapanya itu sudah beranjak pergi, dengan masih berlinangan air mata. Malvin benar - benar merasa bersalah kepada gadis itu, dia gadis yang baik dan Malvin tau hati gadis itu tidak kuat seperti kelihatanya. Gadis itu kemarin mengirimkan pesan padanya, pesan nya mengatakan jika dirinya jahat. Dan kemarin dirinya membalas ingin bertemu dengan gadis itu, dan disinilah mereka bertemu, mengobrol dan membicarakan sesuatu yang lagi - lagi menyakiti hati nya.
•••
"Jadi tadi lo ketemu sama dia ?"
Malvin menganggukan kepalanya menjawab pertanyaan Erza. Erza tadi mengintrogasi nya hanya karena tadi Erza melihatnya keluar dari restauran, Erza pasti penasaran karena Malvin tidak pernah makan di luar sendirian. Kepalang tanggung juga, toh Erza juga sudah tau tentang ini jadi Malvin menceritakan semua nya. Semua yang terjadi di restauran tadi dan apa saja yang dibicarakannya. Erza sangat terkejut mendengar cerita Malvin, Malvin benar - benar nekat.
"Jadi ?" Tanya Erza dengan wajah penasaran.
"Lanjut" Jawab Malvin singkat.
Erza menghembuskan nafas nya kasar. Erza menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa di dalam rumahnya. Erza tidak mengerti jalan fikiran Malvin, Erza tau maksud Malvin baik tapi bukankah cara nya itu malah menyakiti banyak pihak.
"Setidaknya sampai kita lulus" Lanjut Malvin lagi.
Erza menatap Malvin. Hidupnya tidak sesempurna kelihatanya. Dibalik sikap dinginya, sebenarnya Malvin sosok yang perduli terhadap sekitar. Erza tak bisa berbuat apa - apa, karena semua sudah berjalan sesuai keinginan Malvin. Sekarang Malvin bingung bagaimana cara mengakhiri nya, karena semua sudah terlalu jauh melangkah. Terlalu sakit jika langsung di stop begitu saja. Tapi walau bagaimana pun cara nya, tetap akan ada pihak yang menderita nantinya.
"I swear to regret"
"Gak guna Vin"
•••
Malvin Alexander Meddy
Erza Victory PadillaHer ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Teen FictionTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...