"Delvin !!!" Suara seorang wanita mengisi kesunyian di dalam sebuah rumah. Wanita itu berkali - kali memanggil seseorang bernama 'Delvin' namun selama itu juga panggilanya di abaikan.
"Delvin !!! Cepet turun !!" Suara wanita itu kembali terdengar, bahkan lebih keras dari sebelumnya.
"Kenapa sih ?"
"Delvin ilang entah kemana"
"Biar aku cari dulu" Wanita itu menghela nafas dan menganggukan kepalanya. Dia heran bagaimana Delvin bisa begitu bandel dan susah untuk diatur.
5 menit kemudian seorang anak laki berlari - lari kecil dari arah tangga dan di susul laki - laki dewasa di belakangnya. Anak kecil bernama Delvin itu tersenyum lebar saat matanya menangkap sosok wanita yang tadi meneriakinya. Wajah Delvin sama sekali tidak menampakan rasa bersalah karena sudah membuat dua orang yang lebih dewasa darinya kerepotan.
"Mama cantik" Delvin memeluk perempuan tadi dengan masih tersenyum lebar. Ternyata perempuan itu adalah mama Delvin, dan yang mencari nya tadi adalah papa nya.
"Kamu bandel banget sih" Mama Delvin memasang wajah kesal pada Delvin.
"Hehehe, mama Sofi yang cantik jangan marah ! Nanti papa Malvin -" Ucapan Delvin terpotong karena mama nya menutup mulut Delvin dengan tanganya.
"Udah - udah ! Katanya tadi buru - buru"
"Oh iya, kita kan mau ke rumah nenek Hilda. Yeay !" Delvin tertawa girang sambil melompat - lompat. Sedangkan Sofi dan Malvin hanya menatap Delvin dengan tatapan aneh.
Begitulah sedikit pandangan tentang keluarga Malvin dan Sofi dan putra mereka Delvin. Sebenarnya Sofi masih merasa jika kehidupanya ini adalah mimpi, Sofi dulu sangat memuja Malvin. Cowok terganteng di sekolah, kapten basket yang cool, dan pintar. Dulu Malvin seperti sosok yang tidak bisa tersentuh, Sofi bahkan hampir putus asa mengejar Malvin. Namun, di akhir harapan Sofi, Malvin datang dan mengungkapkan perasanya pada Sofi. Ternyata Malvin juga menyimpan perasaan yang sama dengan Sofi. Dan setelah lulus kuliah, Malvin segera melamar Sofi. Dan disini lah mereka sekarang. Di rumah yang sudah mereka tempati selama beberapa tahun terakhir. Dan keadaan rumah mereka menjadi lebih ramai dengan kedatangan Delvin. Walaupun anak berumur tujuh tahun itu sangat menyebalkan dan susah di atur, tapi bukan berarti Sofi dan Malvin tidak menyayangi nya. Walau bagaimanapun, Delvin adalah darah daging mereka.
"Katanya nanti di rumah nenek juga ada tante Dhea ya?" Tanya Delvin yang dijawab anggukan oleh Malvin.
"Asiik. Ada Cia jadi ada yang bisa di- "
"Delvin ! Jangan aneh - aneh !" Sofi memotong ucapan Delvin. Sofi sudah tau apa yang ada di fikiran anak laki - laki nya itu. Sofi juga bingung, darimana sikap Delvin yang menyebalkan itu di dapat.
•••
Mobil Malvin memasuki pekarangan rumah orang tua nya. Malvin mengernyitkan dahinya saat melihat ada beberapa mobil terparkir di pekarangan rumah, bahkan sekarang Malvin bingung karena tidak ada tempat parkir untuk mobil nya. Akhirnya, Malvin pun kembali memundurkan mobil nya dan memarkirkan mobil nya di luar rumah orang tuanya. Setelah memarkir mobil, Malvin, Sofi dan Delvin pun berjalan untuk masuk ke dalam rumah. Dari depan pintu, ketiganya dapat mendengar suara - suara bising dari dalam rumah.
Ceklek
Malvin membuka pintu dan melihat teman - teman masa SMA nya berada di ruang tamu. Egha, Bryan dan Erza. Bahkan Erza yang berada di luar negeri sekarang juga ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Teen FictionTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...