Dhea terbangun lebih awal dari biasanya, jika biasanya Dhea akan bangun 1 jam sebelum berangkat ke sekolah, kali ini Dhea bangun pada pukul 4.30 pagi. Dhea keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju dapur, Dhea berniat membantu mamanya, hal yang jarang sekali Dhea lakukan.
"Mau aku bantuin gak ma? "
Pyaaar
Gelas yang semula berada di tangan Hilda terjatuh dan pecah berkeping - keping dilantai. Mama Dhea mungkin terkejut dengan kehadiran Dhea yang tiba - tiba itu sehingga membuatnya menjatuhkan gelas yang sedang dicucinya.
"Dhea kamu ngagetin mama tau gak" Ucap Hilda sambil memegang dadanya.
"Hehehehe maaf ma" Dhea tersenyum lebar. Hilda menggeleng - gelengkan kepalanya.
"Gak dibersihin ma? " Tanya Dhea pada mamanya.
"Gak usah biar nanti mbak Suti yang bersihin"
Dhea berdiri di samping mamanya dan mengambil alih piring dan gelas yang sedang di cuci oleh Hilda. Hilda dibuat bingung oleh sikap Dhea ini karena sebelumnya Dhea tak pernah seperti ini.
"Dhea bantuin ya ma, terus mama sekarang mending ngerjain yang lain aja" Ucap Dhea.
"Yaudah" Walaupun Hilda masih bingung dengan sikap Dhea, Hilda tetap melakukan apa yang dikatakan Dhea tadi. Hilda berfikir jika peristiwa ini akan sangat jarang terjadi. Setelah itu Hilda beralih pada bahan - bahan masakannya hari ini.
"Mbak Suti kemana ma? " Tanya Dhea di sela - sela pekerjaan mencuci piringnya.
"Tadi katanya mau pulang dulu ada perlu" Jawab Hilda.
Setelah itu mereka berdua mulai sibuk pada pekerjaan masing - masing. 30 menit kemudian Dhea telah menyelesaikan pekerjaannya dan melihat jam dinding kecil yang berada di dapur menunjukkan pukul 5 pagi, Dhea mencuci tanganya dan mengeringkannya dengan tisu.
"Ma Dhea mandi dulu ya"
Setelah mendapat anggukan samar dari mamanya, Dhea kembali naik ke lantai 2 menuju ke kamarnya untuk bersiap - siap, Dhea tidak ingin penampilannya akan buruk jika dirinya terburu - buru seperti biasanya. 30 menit kemudian Dhea baru saja keluar dari kamar mandi dan sudah berpakaian seragam sekolahnya. Dhea berdiri di depan meja riasnya untuk menyisir rambut, memberi sedikit polesan bedak pada wajahnya dan merapikan seragam sekolahnya. Setelah di rasa sudah siap, Dhea mengambil ranselnya dan keluar kamar menuju ke meja makan.
"Morning" Dhea menyapa Papa, Mama dan kakaknya yang sudah duduk di kursi mereka masing - masing.
"Pagi" Jawab mereka serempak.
Dhea duduk di sebelah Malvin dan membalikkan piring didepannya dan mengisinya dengan makanan.
"Tumben Dhe ?" Tanya Ferry, papa Dhea.
"Sekali - sekali gapapa kali ya pa" Jawab Dhea.
"Papa malah seneng kalau kamu bangun pagi terus, gak terlambat dan yang pasti gak bolos karena gak bisa masuk"
"Hehehehe papa jangan gitu dong, iya deh Dhea janji eh tapi gak jadi janji deh"
"Gimana sih Dhe" Hilda yang sedari tadi diam akhirnya ikut bersuara.
"Kalau aku janji terus suatu saat aku gak bisa nepatin kan aku yang dosa" Jawab Dhea.
"Jangan anggap jam masuk sekolah kamu itu janji yang harus ditepati, tapi kewajiban yang harus dijalani" Ferry memberi nasihat pada Dhea. Sedangkan Hilda dan Malvin mengangguk setuju dengan ucapan Ferry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Teen FictionTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...