Sakit hatiku tak terlukiskan
Perih hatiku tak terjabarkan
Dan rasa benci ku tak terhitungkan.Dan semua itu karena mu.
Kamu yang ku yakini adalah bagian dari hatiku
Tapi nyatanya kamu yang selalu menggoreskan luka di hatiku.×××
Setelah hampir 2 minggu Dhea merasakan liburan semester, tepat pada hari senin yang sangat tidak diharapkan ini Dhea berdiri di lapangan bersama murid lainya mendengarkan amanat guru. Dhea sedari tadi sudah berulang kali menghela nafas dan menyeka keringat nya yang menetes di dahinya. Dalam hati Dhea mengucapkan sumpah serapah pada guru yang memberikan amanatnya itu, guru itu seperti tak mempunyai rasa lelah karena terus berbicara yang sama sekali tak Dhea pahami."Sumpah ya nih guru minta gue tampol" Ucap Dhea dengan nada pelan tapi masih bisa di dengar oleh Sofi yang berdiri di sebelah kiri Dhea.
"Hmmfftt"
Dhea menoleh ke arah Sofi yang sedang menahan tawanya mendengar perkataan Dhea tadi. Dhea menatap Sofi dengan wajah datar dan peluh yang masih saja terus menetes dari dahinya.
Dhea mengalihkan pandanganya ke arah barisan kelas 12, disana Dhea dapat melihat seorang laki - laki tampan yang daritadi di carinya sedang berdiri di belakang Malvin. Sejenak Dhea dapat tersenyum tipis dan melupakan rasa lelahnya karena upacara yang tak kunjung usai itu saat melihat wajah Erza yang berkilauan karena keringat di wajanyan, tapi seketika senyum itu memudar saat Dhea melihat Erza sedang terlihat mengobrol serius dengan Ayya. Dhea tak sadar jika Ayya berdiri di samping Erza dan mereka terlihat terus mengobrol dan sesekali berhenti saat guru melihat ke arah mereka.
"Sakit hati dedeq bang!" Ucap Dhea dengan wajah di sedih - sedihkan.
Dhea terus memperhatikan Erza dan Ayya sampai tak sadar jika upacaranya telah selesai, Dhea masih berdiri di tempatnya dan masih saja terus menatap ke arah Erza dan Ayya yang sudah berjalan menjauh keluar dari lapangan.
"Dhea, giliran udah selesai aja gak mau pergi lo" Tegur Sofi pada Dhea.
"Yuk ah, kaki gue keriting rasanya" Afrill menarik - narik tangan Freya yang ada di sebelahnya.
"Kita duluan aja ya, bye" Ucap Freya pada Sofi yang di balas anggukan oleh Sofi.
Sofi menarik tangan Dhea agar segera pergi dari lapangan, Kali ini Fhea menurut. Tapi Dhea masih menolehkan kepalanya kebelakang, seperti tak rela meninggalkan lapangan. Entah mengapa perasaan Dhea menjadi tak enak saat melihat kedekatan antara Erza dan Ayya. Dhea takut terjadi sesuatu dengan Erza, dengannya dan dengan hubungannya saat ini.
Bukannya Dhea type - type pacar yang posesif dan selalu mengekang Erza agar tak dekat dengan perempuan manapun, tapi Dhea tak ingin kejadian yang sudah - sudah akan terulang kembali dan lagi - lagi pihak yang akan tersakiti adalah dirinya. Dhea sangat menyayangi Erza, Erza yang telah membuatnya bisa kembali bangkit dari keterpurukan yang di sebabkan oleh David, Erza yang mampu memperlakukannya selayaknya orang yang disayanginya dan Erza juga yang mampu membuatnya tersenyum walaupun hanya mengingat wajahnya.
Drt drt drt
Dhea mengalihkan pandanganya karena ponselnya bergetar tanda ada pesan masuk, Dhea segera membuka aplikasi berwarna hijau itu saat melihat nama Erza tertera di atasnya. Dhea berpikir isi pesan Erza itu adalah permintaan maaf atau ajakan untuk memakan es krim bersama. Namun isi dari pesan Erza membuat ekspetasi Dhea tentang kalimat - kalimat manis yang diucapkan Erza itu hancur, karena nyatanya kalimat yang Dhea takutkan tadi dengan jelas tertulis di layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Fiksi RemajaTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...