Chapter 5

851 53 2
                                    

Biar awanpun gelisah

Daun daun jatuh berguguran
Namun cintamu kasih terbit laksana bintang
Yang bersinar cerah menerangi jiwaku

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya...

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Rasa cinta yang tulus dari dasar lubuk hatiku Oh...

Tuhan jalinkanlah cinta
Bersama selamanya...

Andaikan ku dapat mengungkapkan perasaanku
Hingga membuat kau percaya
Akan ku berikan seutuhnya rasa cintaku
Selamanya selamanya...

- Selamanya Cinta

×××××


     Sabtu pagi

     Dhea baru saja bangun dari tidurnya tepat pada 09.00 pagi, itupun mama nya terpaksa membangunkan Dhea dengan cara memercikkan air ke wajah Dhea. Hilda menggeleng - gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak gadis nya itu, berbeda sekali dengan Malvin. Walaupun laki - laki, Malvin anak yang rajin dalam segala hal. Tidak seperti Dhea.

     "Kamu itu ya gimana mau kurus kalau kerjaan kamu tiduuur terus ka-"

     "Dheaaaaaaaaa"

     Ceramah pagi hari dari mama Dhea harus terpotong akibat teriakan Sofi dari arah tangga rumah Dhea. Dhea bersorak dalam hati karena telinganya akan panas jika mamanya meneruskan ceramah pagi harinya. Akan lama urusanya jika Hilda sudah mengomel, rambut rapunzel saja kalah panjang.

     Gedubrak!

     Sofi membuka kamar Dhea dengan kasar. "Dhea ja-".

      "Eh tante" Sofi tersenyum kikuk dan berjalan ke arah Hilda dan mencium tangan wanita itu. Dirinya benar - benar malu bersikap seperti itu di depan calon mertua, eh.

      "Sofi lo malu - malauin tau gak? Kak Malvin sampai keluar tuh dari kamarnya" Ucap Afril yang baru saja masuk ke dalam kamar Dhea bersama dengan Freya. Mereka berdua juga melakukan hal yang sama dengan Sofi yaitu mencium tangan mama Dhea.

     "Mau ngajakin Dhea jalan - jalan ya? " Tanya mama Dhea sambil tersenyum lembut.

     "Iya tante" Jawab mereka bertiga serempak.

     "Yaudah tante keluar dulu ya" Pamit mama Dhea dan berlalu pergi.

     Sedangkan Dhea kembali menarik selimutnya setelah mendengar pintu kamar nya ditutup. Sungguh, Dhea ingin bermalas - malasan di atas kasur nya. Tapi Hilda dengan tidak berperikemanusiaanya mencipratkan air ke wajahnya. Benar - benar menganggu. Dhea ingin kembali memejamkan matanya ketika sebuah benda berbulu mengani wajahnya. Dan detik itu juga Dhea baru sadar kembali akan hadirnya teman - temanya.

     "Bangun kebo!"

     "Iye, kurcaci" Dengan malas Dhea beranjak dari kasurnya menuju ke kamar mandi. Dhea ingat kemarin mereka berencana untuk berjalan - jalan.

      "Jangan lama - lama !" Suruh Freya yang di balas acungan jari tengah oleh Dhea tanpa menoleh ke balakang. Sementara ketiga temanya hanya tertawa - tawa seperti orang gila, mereka suka melihat respon Dhea jika sedang kesal. Menurut mereka Dhea lucu jika sedang marah.

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang