Apa rasaku ini salah?
×××××
Dhea datang di sekolahnya 30 menit sebelum bel berbunyi, namun keadaan sekolahnya berbeda dari biasanya. Jika biasanya banyak murid yang bercanda dan berteriak sana - sini dengan teman - temannya, namun sekarang murid - murid itu hanya saling diam dan berjalan cepat menuju ke dalam gedung sekolah.
"UAS ngasih efek juga ya, apa gue yang santai?" Dhea bertanya dalam hati.
"Masuk sekarang yuk Dhe ! takutnya nanti telat soalnya kan harus nyari kelas dulu"
"Nyari kelas?" Tanya Dhea dengan mengerutkan dahinya
"Lo gak tau kalau UAS ini kelasnya di bagi menurut prestasi di kelas dan kelas X, XI, XII di jadiin satu?"
Dhea hanya menggelengkan kepalanya tanda kalau dirinya tak tau. Masalahnya baru kali ini ada peraturan seperti itu, tahun - tahun sebelumnya tidak ada.
"Yaudah mending langsung ke mading aja, gue anterin ke mading kelas XI ya!" Ucap Erza dan menarik tangan Dhea.
Namun Dhea melepaskan genggaman tangan Erza yang membuat langkah mereka berhenti. "Gak usah kak biar aku kesana sendiri, kakak cari kelas kakak dan aku cari kelas aku sendiri" Ucap Dhea.
"Yaudah hati - hati ya nanti keinjek - injek di mading" Ucap Erza sambil terkekeh pelan.
"Ya gak lah yang ada itu aku yang injek - injek mereka"
"Kayak berani aja"
"Hehehehe kak Erza tau aja" Setelah itu mereka kembali berjalan.
Dhea telah sampai di depan mading yang khusus untuk kelas XI di sekolahnya yang sangat ramai dan sesak, Dhea melihatnya saja sudah malas.
"Dhea lo kok diem aja sih? Cepet cari kelas lo soalnya kayaknya lo pisah deh sama temen - temen lo"
"Yang bener?" Tanya Dhea pada teman sekelasnya itu
"Liat aja sendiri kalau gak percaya"
Setelah perempuan itu pergi, Dhea langsung menerobos gerombolan murid lain yang sedang berdiri di depan mading. Jari telunjuk Dhea bergerak mencari namanya di kertas nilai kelas XI IPA 2 dan saat Dhea menemukan namanya bahu Dhea langsung melemas. Ternyata benar kelas Dhea dan ketiga sahabatnya berbeda, ketiga sahabatnya berada di ruang 1 dan Dhea terdapat di ruang 5.
"Dhea lo kemana aja?" Dhea menoleh saat mendengar suara Sofi. Dhea mengerutkan dahinya saat melihat sebuah pin bergambar emot senyum (☺) di dada sebelah kiri Sofi, Freya dan Afril.
"Lo masuk ruang mana Dhe?" Tanya Sofi pada Dhea.
"Lo nanya apa ngeledek?" Tanya Dhea dengan nada sebal.
"Idih sensi banget sih, lagi PMS ya?" Tanya Afrill.
"Kalian nyebelin deh" Ucap Dhea dengan tangan yang dilipat di depan dada.
"Apa? Kita gemesin? Ih Dhea bisa aja deh"
"Auah gue sebel"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Roman pour AdolescentsTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...