Chapter 10

684 39 0
                                    

Aku yang lemah tanpamu
Aku yang rentan karena
Cinta yang t'lah hilang
Darimu yang mampu menyanjungku

Selama mata terbuka
Sampai jantung tak berdetak
Selama itu pun aku mampu
Untuk mengenangmu

Darimu kutemukan hidupku
Bagiku kaulah cinta sejati

Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau
Kenangan yang terindah dalam hidupku
Namun takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupku
Yang t'lah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah

Darimu kutemukan hidupku
Bagiku kaulah cinta sejati

- Kenangan Terindah

×××××


      Hari ini Dhea memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Dirinya masih butuh waktu untuk menerima segala hal yang terjadi. Dia masih belum siap bertemu dengan teman - temannya dan yang pasti dia belum siap bertemu dengan David dan Varsya. Mungkin benar kata David, dirinya terbawa perasaan tapi Dhea tidak akan seperti ini jika David tidak memberi harapan.

Tok tok tok

     "Dhea kamu gak sekolah? " Hilda berteriak dari luar kamar Dhea. Dhea ingat betapa khawatirnya mama nya kemarin saat melihat keadaannya, tapi maupun dirinya ataupun Malvin tidak ada yang menjawab.

      "Enggak ma, Dhea lagi gak enak badan" Jawab Dhea dengan suara yang masih serak akibat terlalu banyak menangis.

      Dari luar kamar Hilda menghela nafasnya. "Dhe mama boleh masuk ya? "

      "Iya"

Ceklek

      Hilda masuk dan langsung menghampiri Dhea. Hilda duduk di samping Dhea dan merangkul pundak anak perempuannya itu. Sebagai sesama perempuan, Hilda mengerti apa yang di rasakan oleh Dhea.

      "Mama tau kamu sehat gak sakit, mama tau alasan sebenarnya kamu gak mau sekolah" Hilda berkata dengan sangat lembut membuat Dhea nyaman bukan takut.

      "Mama tau yang kamu rasakan sekarang, mama tau Dhe" Suara Hilda mulai bergetar. Hatinya sakit melihat anak nya menjadi seperti ini.

      Mata Dhea mulai berkaca - kaca mendengar perkataan mama nya. "Mama tau darimana? " Tanya Dhea pelan.

      "Kamu anak mama nak, mama sayang sama kamu. Segala hal yang terjadi pada kamu mama tau" Hilda menitikkan air matanya yang membuat Dhea ikut menangis. Mama nya selalu tau apapun yang terjadi padanya.

      "Dhea mau janji kalau besok udah gak gini lagi? "

      Dhea mengangguk.

      "Dhea janji besok udah mau sekolah lagi? "

      Dhea mengangguk.

      "Dhea janji kalau gak galau - galau lagi? "

      Dhea sudah tidak mengangguk lagi membuat mamanya mengernyitkan dahinya. Namun tiba - tiba Dhea tersenyum lalu berkata.

      "Dhea gak janji ma, tapi Dhea akan berusaha"

      "Oke" Ucap Hilda sambil tersenyum. "Mama keluar dulu ya" Lanjutnya lalu bangkit dan keluar dari kamar Dhea.

      Tiba - tiba ponsel Dhea bergetar panjang tanda adanya panggilan masuk. Dhea melihat layar ponselnya yang ternyata Sofi menelepon. Dhea menduga pasti Sofi akan menanyakan kenapa dirinya tidak masuk sekolah.

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang