Chapter 37

383 27 0
                                    

Jangan percaya dengan perkataanya, dia hanya ingin membuat jarak diantara kita.

×××××

       Dhea sedang sibuk dengan coretan - coretan asal di halaman paling belakang buku tulisnya saat tiba - tiba Erza mengirimkan sebuah pesan singkat. Dhea cukup terkejut membaca apa isi pesan tersebut, tapi tak perlu waktu lama untuk Dhea untuk membalas pesan tersebut. Hari ini Dhea sama sekali belum bertemu dengan Erza, laki - laki itu tidak menjemputnya sekolah dan mendatangi ke kelas nya seperti biasanya. Dan hari ini Dhea benar - benar tidak keluar dari dalam kelas, Dhea takut bertemu dengan geng Varsya.

      "Gak jamuran pantat lo duduk mulu dari tadi pagi ?" Dhea mendengus saat Sofi bertanya seperti itu. Sebenarnya Dhea juga ingin keluar, tapi rasa takutnya mengalahkan keinginannya.

      "Bodo amat" Jawab Dhea sekenanya.

      Dhea kembali diam menatap papan tulis yang masih ada bekas buah tangan guru fisika tadi. Dhea tidak membaca tulisan itu, tapi papan tulis itu menjadi perantara antara dunia nyata dan hayalan yang di buat Dhea. Dhea ingin sekali bertanya pada Erza sebenarnya yang terjadi, tapi sepertinya mendapatkan jawaban Erza akan lebih sulit daripada menyelesaikan soal sin dan coz seperti pada papan whiteboard di dalam kelas Dhea.

     Tapi Dhea ingat dengan pesan yang tadi masuk ke ponselnya. Dhea jadi sedikit punya harapan dengan bermodalkan tekad, Dhea akan sedikit memaksa Erza untuk memberitahu hal yang selama ini disembunyikannya.

•••

      Dhea duduk di kedai es krim di dekat sekolahnya. Sepulang sekolah tadi Dhea langsung datang ke tempat di mana Erza mengajaknya bertemu. Memang terkesan terburu - buru, karena sampai 30 menit berlalu laki - laki itu masih belum datang. Es krim di hadapan Dhea juga sudah mulai mencair. Dhea memalingkan wajahnya ke arah pintu saat suara bel saat pintu terbuka berbunyi, dan benar saja orang yang membuka pintu tadi adalah Erza.

     Erza langsung duduk di hadapan Dhea dan menyandarkan punggungnya. Erza tersenyum menatap Dhea dan menggenggam tangan gadis itu.

      "Sorry Dhe, tadi pagi gak bisa jemput. Gue tadi pagi buru - buru dan seharian ini gue sibuk banget" Ucap Erza yang di jawab anggukan singkat oleh Dhea.

       Setelah itu tidak ada yang membuka suara. Dhea bergerak - gerak tidak nyaman di tempat duduknya. Dhea ingin bertanya, tapi Dhea bingung harus memulainya darimana. Dan sepertinya Erza juga mengetahui kegelisahan Dhea, laki - laki itu menatap Dhea dengan alis terangkat.

      "Kenapa ?" Tanya Erza akhirnya.

      Dhea menelan ludahnya perlahan. Dhea mimirkan kata apa yang harus di ucapkan, Dhea tidak ingin salah berucap dan membuat semua malah makin rumit.

      "Aku mau nanya tentang kak Ayya" Dhea menjawab pelan sambil menundukan kepalanya, sehingga Dhea tidak bisa melihat reaksi Erza.

       "Sebenarnya kak Ayya itu maksudnya apa sih kak ? Dia bilang kalau aku PHO" Ucap Dhea lagi.

      Erza hanya diam mendengar curhatan Dhea. Laki - laki itu seperti berfikir jawaban yang pas untuk menjawab semua pertanyaan Dhea.

      "Sebenarnya kak Erza punya hubungan apa sih sama kak Ayya ?"

       Erza menegakan kembali duduknya. Tanganya dilipat di depan dadanya. Erza menatap Dhea dengan tatapan datar, nyaris tanpa ekspresi. Sedangkan Dhea, perasaan gadis itu rasanya seperti meledak - ledak. Dhea ingin tau tapi Dhea takut jika jawaban yang di dapatnya tidak sesuai dengan harapanya dan malah lebih buruk dari apa yang difikirkanya.

      "Gini ya, gue sama Ayya gak ada hubungan apa - apa. Dia cuma temen sekelas gue dan kebetulan emang sering sekelompok. Dan gue juga gak tau maksud dia apa, tapi yang pasti dia kayak gitu karena dia sama geng nya gak suka sama lo"

      "Jangan percaya sama dia ! Dia cuma mau kita putus"
   

•••

     Jangan memberiku apapun
     Jangan menjajikan apapun
    Yang aku mau
    Yang aku tahu
    Kamu...

     Jangan pedulikan mereka
     Jangan percaya dengan mereka
    Yang harus kamu pedulikan
     Dan yang harus kamu percaya
    Aku...
    Cuma aku...

     Yakin dan percaya sama aku
     Kalau aku sayang kamu...

     Entah untuk yang ke berapa kali Dhea membaca kertas yang di berikan Erza tadi. Kertas berwarna merah muda tersebut sudah mulai tak berbentuk karena Dhea berulang kali melipat dan membukanya. Bahkan Dhea juga berulang kali meremas kertas itu karena merasa bahagia. Dhea harusnya tidak percaya dengan Ayya, Ayya kan tidak suka padanya sudah pasti perempuan itu berbohong.

      Dhea membaringkan tubuhnya di atas kasur miliknya, Dhea memejamkan matanya tapi bibir Dhea tak berhenti tersenyum. Dhea masih tidak bisa berhenti memikirkan bagaimana romantisnya Erza tadi. Erza menyuapinya es krim, membersihkan sudut bibir nya, membelanya saat ada seorang perempuan yang mengatakan jika mereka berdua tidak cocok.

     Dhea jadi teringat perdebatan kecil antara Erza dengan seorang perempuan berwajah songong yang tiba - tiba berdiri di samping meja nya. Perempuan itu menunjuk Dhea tepat di depan wajahnya dan mengatakan jika dirinya terlalu jelek dan gemuk untuk menjadi pacar Erza. Mendengar hal itu, Dhea hanya menundukan wajahnya dan berharap Erza segera membawanya pergi dari sana. Tapi diluar dugaan, Dhea malah mendengar jawaban dingin dan kata - kata yang menohok.

     "Terus urusannya sama lo apa ? Gue aja gak kenal sama lo. Gue juga gak perlu minta nasehat atau masukan dari lo buat nyari cewek kan. Lagian gue lebih suka cewek kayak dia daripada tukang nyinyir kayak lo"

     "Gue juga gak suka kali sama lo"

     "Gue gak nanya"

     "Gue juga gak berharap di taksir sama cewek yang suka nge-judge sembarangan, yang ada gue malah dapet masalah terus"

     Dhea tertawa saat mengingat bagaimana perempuan itu pergi dari meja mereka dengan wajah kesal dan  malu yang bercampur. Tapi Dhea juga senang karena Erza membelanya, mengatakan jika Erza lebih suka perempuan seperti dirinya. Ah, Dhea benar - benar merasa mrnjadi perempuan paling beruntung karena memiliki kekasih seperti Erza.

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang