Chapter 19

516 34 1
                                    

Jangan jatuh Cinta jika tak ingin tersakiti.

- Dhea Vyllia Meddy

×××××

      Hari Rabu.
Dhea duduk di kursinya sambil menatap guru yang sedang menuliskan rumus - rumus fisika di papan tulis dengan tatapan malas. Dhea sesekali melirik jam digital yang ada di sebelah kiri papan tulis.

     "Ngantuk" Sofi menutup mulutnya karena Sofi sedang menguap.

     "Sama" Ucap Dhea menopang kepalanya dengan tangan kiri.

     "Mereka berdua rajin banget sih dari tadi nulis rumus mulu" Sofi menunjuk Freya dan Afrill dengan dagunya.

     "Iya"

     Dhea menoleh menatap teman - temannya ada yang serius, menulis rumus, diam saja hingga ada yang matanya sudah hampir menutup. Namun ada salah satu teman Dhea yang menarik perhatian Dhea karena ekspresinya yang memerah dan matanya berkaca - kaca. Aliya, gadis itu seperti ingin menangis.

     "Saatnya pelajaran jam ke delapan di mulai"

      "It's time for the eighth-hour lesson to begin"

      Suara pemberitahuan pergantian jam pelajaran terdengar setelah di awali dengan bel pergantian pelajaran. Terdengar helaan nafas lega saat guru Fisika mulai melangkah keluar kelas tanpa memberi tugas apapun.

     Satu menit setelah Mrs. Riana meninggalkan kelas murid - murid perempuan ribut mengelilingi tempat duduk Aliya dan mencoba menenangkan Aliya yang menangis tersedu - sedu.

     "Aliya kenapa? " Tanya Afril pada Rifa.

     "Diputusin cowoknya" Jawab Rifa.

     "Alasannya?"

     "Kayaknya udah punya pacar lagi deh" Ucap Rifa.

     "Dia itu nuduh gue selingkuh padahal kan dianya yang selingkuh, mutusinnya di line lagi dasar cowok brengsek" Ucap Aliya menggebu - nggebu dengan air mata berurai membentuk aliran sungai. Semua menatap Aliya dengan wajah iba.

      "Sabar aja Al kan masih banyak cowok lain"

      "Jangan jatuh Cinta jika tak ingin tersakiti karena dengan kita jatuh Cinta kita telah membawa diri kita sendiri ke dalam jurang kesakitan"

      Teman - teman Dhea langsung menoleh dan melongo mendengar kata - kata bijak yang baru saja diucapkan Dhea itu. Ada juga yang mencibir Dhea karena mereka ingat kejadian saat dilapangan hingga membuat Dhea pingsan. Sedangkan Dhea yang ditatap seperti itu hanya memasang wajah watadosnya.

     "Apa? " Tanya Dhea dengan wajah bertanya - tanya.

     "Tau lah yang udah berpengalaman" Ucap Sofi dengan wajah mengejek.

     "Terserah kalian aja deh" Jawab Dhea sabodo.

     "Semua cowok tuh sama aja"Ucap Aliya.

     "Ya jangan gitu juga dong Al kan gak semua cowok kayak mantan lo itu"

     "Iya contohnya kayak Kak Egha sama kak Bryan mereka kan ganteng, pinter dan kaya lagi tapi mereka Setia sama Freya dan Afril" Ucap Zahra sambil tersenyum membayangkan.

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang