"Za !"
Erza menoleh saat ada yang memanggilnya saat Mr. Zain sedang menyampaikan amanatnya. Erza menoleh pada Ayya dan bertanya dengan kode tanpa suara karena takut guru akan mendengar suaranya.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu" Ucap Ayya dengan suara yang pelan.
Erza menatap Ayya dengan tatapan bertanya - tanya, Ayya terlihat bimbang. Erza masih menatap Ayya yang kini sudah menatap nya juga.
"Tentang Dhea" Ucap Ayya sangat pelan hampir tanpa suara.
"Jangan sekarang !" Pinta Erza yang dijawab anggukan oleh Ayya.
•••
Erza memejamkan matanya saat mengingat awal pembicaraannya dengan Ayya 1 minggu yang lalu. Entah mengapa saat itu Erza merasa sangat ingin tau apa yang akan dikatakan Ayya, apalagi itu menyangkut Dhea. Bahkan Erza tak perduli jika teman - temannya bahkan Dhea mencari nya, yang terpenting saat itu dirinya bisa tau apa yang akan dikatakan Ayya. Tapi nyatanya orang lain salah menilai sikapnya, termasuk Dhea sendiri.
"Kasihan ya Dhea, dia kayaknya sedih banget deh"
"Mungkin kalau gue udah gue putusin kak Erza, matanya dia sembab banget loh tadi"
"Kak Erza itu cowok yang berhasil bikin Dhea bangkit dari keterpurukannya, jadi mungkin menurut Dhea, kak Erza itu orang yang berkesan di hati Dhea dan sekarang kak Erza tuh jadi pacar pertamanya Dhea. Cowok pertama yang bales cintanya Dhea"
Erza menghembuskan nafas beratnya saat mendengar pembicaraan siswi yang sedang membicarakannya dan juga Dhea itu. Mungkin mereka tak mengetahui bahwa di balik rak tinggi di perpustakaan sekolah itu ada orang yang mereka bicarakan. Entah mengapa setelah mendengar cerita singkat dari gadis - gadis itu tentang Dhea membuat Erza merasa ada yang salah dengan hatinya. Yang awalnya tak peduli sekarang menjadi ada setitik perasaan bersalah di hatinya.
•••
"Ada apa Ay? "
Tanya Erza langsung saat mereka berada di lapangan basket in-door saat jam istirahat. Erza dan Ayya duduk di bangku tribun paling bawah. Suasana yang sepi mendukung mereka berdua yang sepertinya ingin mengobrol serius tanpa gangguan.
"Hmm, maaf ya Za bukannya aku ikut campur tapi kamu ngerasa gak sih kalau Dhea berubah ?" Tanya Ayya memulai perkataanya
Erza diam.
Sebenarnya Erza tak merasa ada yang berubah dari Dhea, menurut Erza, Dhea tetap sama seperti saat mereka baru dekat. Tapi Erza memutuskan untuk tetap diam menunggu apa yang selanjutnya akan Ayya katakan."Dia udah mulai kayak berani gitu gak sih ? Gak kayak yang sebelum nya" Ucap Ayya yang lebih seperti pertanyaan.
"Iya ?" Tanya Erza dengan dahi yang mengerut.
"Aku gak pernah bohong sama kamu kan Za" Ucap Ayya dengan wajah memelas.
Erza menghembuskan nafasnya dan menganggukan kepalanya 2 kali. Setelah itu hanya hening yang melanda mereka, tak ada kata - kata yang keluar dari bibir keduanya, Hingga Erza bangkit dari duduknya dan mengambil salah satu bola basket yang tergeletak di sisi lapangan.
Erza menoleh ke arah Ayya dan berkata. "Jangan disitu nanti takutnya kena bola !" Suruh Erza pada Ayya yang di jawab anggukan oleh Ayya.
Setelah Ayya berpindah, Erza mulai memainkan bola basket itu. Tapi 15 menit kemudian Erza mendengar keributan dari arah Ayya, dan ternyata Dhea datang menghampiri Ayya dan menyiram wajah Ayya. Erza tentu saja terkejut karena Dhea tak pernah seperti itu, apalagi dengan orang yang lebih tua darinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/96052074-288-k983508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Teen FictionTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...