Suatu saat nanti kamu akan mengerti apa arti semua ini.
×××××
Dhea berdiri di depan cermin menatap pantulan dirinya. Dhea terlihat cantik memakai dungarees berbentuk rok pendek. Dhea memang suka memakai rok yang pendek, karena menurutnya jika menggunakan pakaian yang besar dan panjang akan membuat badanya semakin terlihat gendutan.Dhea menyisir rambut pendek sebahunya agar terlihat rebih rapi. Dhea seperti itu bukan tanpa alasan, Erza mengajaknya ke cafe favorite laki - laki itu. Dhea tentu sangat senang karena Erza mulai terbuka dengan dirinya. Erza mau menunjukan apa yang disukainya walaupun ini yang pertama.
"Dhe, ditungguin Erza" Malvin berucap dari luar kamar Dhea tanpa membuka ataupun mengetuk pintu kamar Dhea. Dhea bergegas berdiri dan menghampiri Erza yang sudah menunggunya di luar. Orang tua Dhea sedang tidak di rumah jadi Erza tidak perlu berpamitan.
"Nunggu lama ya kak ?""Enggak"
Erza mulai menjalankan mobilnya menuju cafe yang dimaksud. Erza tersenyum melihat penampilan Dhea hari ini, Dhea memang selalu terlihat manis dan cocok dengan apapun yang dipakainya. Tidak lama kemudian mereka berdua sudah duduk di salah satu kursi yang ada di dalam cafe bernuansa khas anak muda itu. Dhea sebenarnya tidak nyaman berada di dalam sana, tapi Dhea tidak mau mengecewakan Erza yang sudah mengajaknya. Cafe itu begitu ramai, suara bersahutan dari berbagai arah. Bahkan ada yang sampai mengumpat kesal karena kalah bermain game mobile legend yang sedang hitz itu.
"Sorry ya Dhe, gue ngajakin lo kesini. Lo pasti gak nyaman"
"Enggak kok kak" Jawab Dhea dengan senyum merekah.
Cukup lama mereka dilingkupi keheningan, Erza yang sibuk dengan ponselnya dan Dhea yang sibuk mengedarkan pandanganya ke seluruh ruangan. Dhea akhirnya mengeluarkan suaranya, tiba - tiba Dhea ingin bertanya kepada Erza. Pertanyaan yang selama ini sebenarnya membuat Dhea sangat penasaran.
"Apa yang buat kak Erza waktu itu nembak aku ?"
Erza langsung terdiam mendengar pertanyaan tiba - tiba yang diberikan Dhea. Bahkan jarinya yang tadi menari - nari diatas layar ponselnya langsung berhenti bergerak. Tapi tidak lama kemudian, Erza meletakan ponselnya di atas meja dan menatap Dhea intens.
"Kenapa ?" Bukanya menjawab, Erza malah menanyai Dhea kembali.
"Cuma pengen tau aja" Jawab Dhea pelan. Sebenarnya Dhea menjadi canggung saat di tatap Erza seperti itu. Matanya yang lebar menjadi sedikit tajam membuat Dhea menjadi tak berkutik.
"Kan setiap hal yang kita lakukan pasti beralasan kak" Ucap Dhea yang lebih seperti nada pertanyaan.
"Tapi ada beberapa alasan yang tidak bisa diucapkan secara gamblang kan"
Diam. Dhea tidak lagi membalas ucapan Erza. Memang benar apa yang dikatakan Erza tadi, tapi apakah alasan Erza mengungkapkan perasaanya pada Dhea adalah sesuatu yang sangat rahasia sehingga Erza tidak mau mengatakannya.
"Suatu saat nanti lo pasti tau"
•••
Dhea duduk berdiri di samping Sofi yang tengah sibuk berbincang - bincang dengan tukang dekorasi yang akan mengubah area sekolah mereka saat prom night nanti. Tubuh Dhea memang disana, tapi fikiranya masih melayang pada kejadian di cafe tadi. Setelah pembicaraan mereka tadi selesai, Erza langsung mengajak Dhea pulang tapi 30 menit kemudian Sofi datang dan mengajaknya menemui orang yang akan mendekorasi area sekolah mereka.
"Lo kenapa sih ?" Tanya Sofi yang sudah tidak tahan dengan Dhea yang dari mereka berangkat sudah tidak mengeluarkan suara nya sama sekali.
"Gakpapa" Jawab Dhea singkat. Dhea menatap sekelilingnya dan baru sadar jika dirinya sudah berada di luar gedung, bahkan Dhea tidak menyadari jika Sofi menariknya keluar.
"Lo diem aja dari tadi"
Dhea tidak menanggapi perkataan Sofi saat sepasang matanya menangkap objek seseorang yang dikenalnya berada tak jauh dari mereka. Perempuan berambut pirang itu berdiri di pinggir jalan dengan ponsel di telinganya. Dhea memutuskan menghampiri perempuan itu dan tidak menghiraukan panggilan - panggilan dari Sofi.
"Kak Ayya ?" Ayya menoleh dan menatap Dhea dengan tatapan datar. Sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun. Ayya memasukkan ponselnya ke dalam tas yang tersampir di pundaknya.
Dhea sebenarnya takut untuk menyapa Ayya, tapi entah mengapa Dhea tadi ingin sekali menghampiri perempuan itu. Dhea sedikit menoleh pada Sofi, tapi perempuan itu hanya berdiri beberepa meter di belakang Dhea dan berpura - pura tidak melihat padahal matanya melirik ke arah Dhea. Karena tak mendapat respon apapun dari Ayya, Dhea berniat untuk pergi. Dhea mundur beberapa langkah.
"Ngapain lo ?" Tanya Ayya sesaat setelah Dhea membalikkan badanya. Dhea berhenti melangkah dan terdiam saat suara dingin milik kakak kelasnya itu terdengar menusuk telinganya.
"Kalau gak penting gak usah nyamperin. Lo pikir gue suka lihat muka lo?"
Dhea merasa dadanya memanas mendengar perkataan Ayya yang tidak enak di dengar itu. Tangan Dhea terkepal kuat menahan emosi yang bergejolak di dadanya. Dhea harus bisa menahan emosinya, Dhea juga harus ingat jika ini juga kesalahanya. Cukup Dhea mendapat masalah saat Dhea menyiram Ayya dengan air soda waktu itu. Sebenarnya Dhea tidak berani melakukanya waktu itu, tapi Dhea sudah sangat kesal dengan gadis tersebut. Bahkan Dhea tidak perduli jika Ayya adalah teman dekat Varsya.
"Kenapa lo diem ? Lo udah gak mau ngatain gue PHO lagi ? Apa lo udah tau kalau ternyata elo yang PHO ?" Tawa sinis terdengar di telinga Dhea. Dhea tidak mengerti maksudnya, tapi fikiran Dhea menjadi kembali melayang pada jawaban Erza tadi. Apa maksud dari semua ini sebenarnya ?.
"Maksudnya kak Ayya apa ?" Tanya Dhea yang sudah tidak tahan lagi dengan rasa ingin tahu nya. Dhea harus tau apa maksud dari perkataan Erza dan Ayya.
"Tanya aja sama cowok lo" Ucap Ayya menekankan kata Cowok Lo sebelum gadis itu melangkah pergi menaiki taksi yang berhenti di dekat mereka berdiri tadi.
Dhea menatap taksi yang membawa Ayya pergi dengan tatapan bercampur aduk. Dhea tersadar saat tepukan Sofi dipundaknya terasa. Dhea menoleh dan melihat Sofi menatapnya dengan tatapan kesal, Dhea hampir lupa jika daritadi juga ada Sofi walaupun Sofi hanya melihat mereka dari kejauhan.
"Tolol sih lo" Sofi menoyor kepala Dhea. Tapi kali ini Dhea tak bereaksi seperti biasa nya. Gadis itu masih terdiam.
Dhea bahkan tak perduli jika saat ini Sofi akan menjambak, memukul ataupun mendorongnya karena hal yang dilakukannya tadi. Dhea tidak perduli tatapan - tatapan ingin tahu dari orang - orang yang lewat di sekitar mereka. Yang Dhea perdulikan hanyalah kejelasan. Dhea seperti dipermainkan saat ini. Apa yang disembunyikan oleh Erza sebenarnya. Apa yang dimaksud Ayya juga Dhea tidak mengerti.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Teen FictionTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...