Chapter 8

713 43 0
                                    

       Senin. Hari yang paling di benci oleh sebagian pelajar, karena pada hari senin akan ada upacara bendera. Kegiatan berdiri di lapangan berjam - jam, berpanas - panasan dan mendengarkan guru memberikan amanat. Selain itu, senin dianggap hari terberat karena hari pertama para pelajar akan kembali masuk ke sekolah.

      Tapi berbeda dengan Dhea, hari ini dia sangat bersemangat untuk datang ke sekolah, bahkan Dhea bangun lebih pagi untuk mempersiapkan peralatan sekolahnya. Pukul 06.00 Dhea sudah duduk manis di kelasnya. Padahal biasanya Dhea akan datang mendeketi jam masuk berbunyi. Tenti saja hal itu membuat ketiga sahabatnya terheran - heran, apalagi ketiga nya tadi belum melihat penampakan mobil Malvin di parkiran sekolah.

      "Dhe, lo kok udah disini? " Tanya Sofi yang duduk di sebelah kiri Dhea.

      "Iya, ga biasanya lo dateng jam segini" Afril ikut bertanya pada Dhea.

      "Senyum - senyum lagi" sekarang giliran Freya yang bertanya.

      "Gue seneeeeng banget hari ini" Bukanya menjawab pertanyaan yang dilontarkan untuknya, Dhea malah curhat. Dhea mengatakan kalimatnya dengan nada sangat ceria. Melebihi nyanyiannya anak TK.

      "Kenapa? "

      "Hari ini gue di jemput sama kak David, dan dia ngasih gue roti bakar" Dhea menceritakan apa yang membuatnya senang dengan mata yang berbinar - binar. Dhea juga menunjukkan tempat makan yang sudah tidak ada isinya itu ke Sofi, Freya dan Afrill.

       "Ooo" Jawab Freya, Afril, dan Sofi serempak.

       "Heh ! Ketombe nya tuyul. Kok oh aja sih ?" Tanya Dhea dengan raut wajah kesal.

       "Yaudah sih"

      Drt drt drt

      Dhea merogoh saku jas nya mengambil ponselnya yang bergetar. Sejenak senyum Dhea tersungging sesaat setelah Dhea tau apa yang membuat ponselnya bergetar. Dhea berdiri dari duduknya dan merapikan penampilannya. Mulai dari rambut hingga sepatunya.

     "Gue ke perpus bentar ya" Tanpa menunggu balasan dari ketiga sahabatnya Dhea langsung berjalan keluar kelas.

     "Tumben Dhea ke perpus, ga ngajak - ngajak lagi" Ucap Sofi sambil menatap bingung Freya dan Afril.

      Tapi tidak lama setelah itu, Dhea kembali ke dalam kelas. Tapi ekspresi yang ditunjukkan Dhea sangat berbeda dengan saat Dhea keluar kelas tadi. Dhea kembali dengan raut wajah kesal, sedih dan ketidak yakinan. Dhea langsung duduk di kursinya dan menelungkupkan wajahnya pada lipatan tanganya.

      "Dhe lo kenapa? " Tanya Sofi khawatir.

      "Gapapa, gue pusing aja habis lihat rumus - rumus fisika di perpus"

      Mereka bertiga hanya ber - oh ria. Setelah itu, Freya berdiri dan mengajak Afrill ke kamar mandi. Bel masuk memang sudah berbunyi tapi guru yang mengajar tidak kunjung datang. Keadaan di luar kelas benar - benar hening, hanya terdengar guru yang mengajar ketika melewati ruang kelas. Ketika Freya dan Afrill hampir mencapai di koridor kamar mandi, koridor paling ujung dan sepi itu terisi oleh dua orang yang sedang mengobrol.

      "Gimana Dave ?"

       Freya dan Afrill langsung menghentikkan langkah mereka saat mendengar suara Varsya. Nada suaranya begitu serius dan sepertinya mereka membicarakan hal yang bersifat pribadi. Tapi siapa yang dipanggil Varsya dengan panggilan Dave tadi.

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang