Kamu seperti langit yang takkan pernah bisa ku gapai. Kamu adalah langit senja, yang sangat indah tapi aku hanya bisa melihatnya. Kamu seperti pelangi, datang untuk singgah tanpa punya niat untuk tetap tinggal dan kamu seperti memori, hanya bisa di kenang tanpa bisa diulangi. Jika rindu adalah makhluk hidup, maka aku hanya seonggok bayangan yang hanya bisa mengikuti tapi tidak memiliki. Rasa cinta ini begitu besar, hingga aku tak mampu mengangkatnya. Rindu ini terlalu kuat, hingga aku tak mampu menahanya tapi sakit ini begitu dahsyat, hingga aku hanya bisa menangis di bawah naungan langit malam dan derasnya hujan.
Untuk sesaat aku terdiam, mencoba menikmati setiap tetes air hujan. Mencoba mengikhlaskan sesuatu yang sebelumnya pernah ku genggam. Ku genggam sangat erat walaupun hanya sepihak. Jauh dalam hati menguatkan, memang tak selamanya cinta membawa kebaikan. Tubuh hanyalah tameng jika hati tersakiti, air mata sebagai penjelas jika bibir tak mampu lagi berucap. Untuk saat ini memang lebih baik sendiri, untuk menyembuhkan luka di hati agar suatu saat nanti seseorang pengganti akan datang dan mengisi hati.
Dhea menutup buku diary saat Malvin mengetuk pintu kamarnya. Dhea berdiri berniat membuka pintu kamarnya. Dan saat Dhea membuka pintu ternyata Malvin tidak berdiri sendirian di depan kamarnya, ada Erza dan Ayya juga di sana. Dhea tidak tau apa yang akan di lakukan mereka lagi kepadanya, bukankah kebohongan ini sudah cukup membuat Dhea menderita semalaman. Melihat wajah mereka membuat Dhea kembali mengingat kejadian malam itu, Dhea menahan dirinya agar tidak marah dan berusaha menerima semua nya sebagai takdir.
"Gue sama Ayya mau jelasin sesuatu ke lo, lo mau kan ?" Tanya Erza. Dhea mengangguk dan menyuruh Erza dan Ayya masuk ke kamarnya sedangkan Malvin kembali turun ke lantai bawah.
"Sekali lagi gue minta maaf Dhe. Gue gak tau apa lagi yang harus gue lakuin, tapi gue bener - benef tulus minta maaf sama lo" Erza menundukan kepala nya. Dhea menghela nafas berat. Erza pernah membahagiakanya, dan Dhea memutuskan untuk memaafkan Erza agar semuanya menjadi lebih mudah.
"Aku udah maafin kak Erza sama kak Ayya. Tapi aku pengen ngomong berdua sama kak Ayya, kak Erza bisa keluar dari kamar Dhea kan ?" Erza menganggukan kepalanya dan beranjak keluar dari kamar Dhea.
Sekarang di dalam kamar Dhea hanya ada Dhea dan Ayya. Dhea ingin bertanya banyak hal pada Ayya, tapi Dhea tidak tau memulainya dari mana.
"Lo inget waktu Erza ngajak ngobrol temen - temen lo tanpa ngajak lo ?" Ayya memulai pembicaraan dan membawa Dhea pada kejadian beberapa bulan yang lalu, sebelum acara ulang tahun Dhea.
"Sebelum nyamperin lo, Malvin nyuruh Erza buat nembak lo dan jadiin lo pacar nya Erza" Ayya mulai menceritakan percakapan yang terjafi di antara Erza dan Malvin saat itu.
•Flashback on
"Lo tau kan kalau besok Dhea ulang tahun? " Tanya Malvin langsung saat mereka sudah duduk di bangku taman.
Erza hanya menganggukan kepalanya dan tidak berniat menyela ucapan Malvin, Erza masih menunggu kelanjutan ucapan Malvin.
"Gue mau bikin kejutan buat Dhea dan gue butuh bantuan lo! "
"Emang mau bikin kejutan kayak gimana? " Tanya Erza
Malvin menghela nafasnya berat, ragu untuk mengatakan hal ini namun keputusanya sudah bulat.
"Jadiin Dhea pacar lo ! Gue tau lo udah punya pacar, tapi gak ada yang tahu tentang hubungan lo kan ? Pliss bantu gue !"
"Gue harap lo mau bantu"
Off.
Dhea sudah tidak terkejut karena Malvin sudah menceritakan semua nya. "Lalu apa yang buat kak Erza bertahan selama ini ? Dan kenapa kak Ayya mengizinkan kak Erza padahal kak Ayya gak suka sama Dhea ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Rewarded [END]
Ficção AdolescenteTak ada yang ingin disakiti Tak ada yang ingin dikecewakan Tak ada yang ingin dibohongi Dan tak ada yang ingin terus gagal dalam percintaan. Tapi tidak bagi gadis bernama Dhea Vyllia Meddy. Gadis itu punya segalanya, tapi tidak untuk cinta. Dimana d...