Chapter 3

1.2K 57 4
                                    

Di daun yang ikut mengalir lembut terbawa sungai ke ujung mata

Dan aku mulai takut terbawa cinta menghirup rindu yang sesakkan dada

Jalanku hampa dan ku sentuh dia, terasa hangat di dalam hati

Kupegang erat dan kuhalangi waktu, tak urung jua ku lihatnya pergi

Ku saat itu takut mencari makna, tumbuhkan rasa yang sesakkan dada

Kau datang dan pergi begitu saja, semua ku terima apa adanya

Mata terpejam dan hati menggumam, di ruang rindu kita bertemu

- Ruang Rindu

×××××

     Brak!!! 

    Pintu kamar Dhea terbuka lebar dengan cara di hempaskan hingga menimbulkan suara gebrakan antara pintu dengan dinding dengan sangat keras. Tapi sang pemilik kamar bahkan sama sekali tak terganggu dengan suara sekeras itu.

     "Dhea bangun!!! Udah jam berapa ini??? " Hilda berkata keras dengan mata yang melotot menatap Dhea.

     Mendengar gebrakan pintu dan diiringi dengan teriakan mamanya, Dhea meregangkan otot - otot tubuhnya. "apasih ma, Dhea ngantuk ini itu masih pagi" Jawab Dhea dengan suara serak khas bangun tidur dan menarik kembali selimutnya. Hilda menggeleng - gelengkan kepalanya, Dhea memang paling malas jika disuruh bangun pagi. Hilda berjalan ke kamar mandi yang berada di dalam kamar Dhea, tapi tak lama kemudian mama Dhea itu kembali dengan membawa segayung air dingin. Dan bisa ditebak apa yang akan selanjutnya terjadi.

    Byuuur

    "Bocor, bocor, bocor" Dhea terpekik kaget seperti iklan cat dinding saat tiba - tiba mamanya menyiramkan air ke wajah Dhea. Dhea terduduk di atas kasur dengan wajah dan rambut yang sudah basah kuyup.

     "Cepat bangun atau ATM kamu mama blokir!!! " Mendengar ancaman mamanya Dhea langsung berlari ke kamar mandi.

      Sebenarnya Dhea malas ke sekolah, tapi ketika mamanya mengatakan jika ATM nya akan di blokir jika tidak segera bangun membuatnya berpikir ribuan kali. Bagaimana jika uang saku harianya sudah habis dan Dhea kelaparan. Membayangkan saja sudah membuat Dhea lemas, apalagi jika hal itu benar - benar terjadi. Fix, itu gak penting.

•••

     "SIAL! Gue telat" gerutu Dhea sambil mengacak - ngacak rambutnya frustasi dan dengan gerakan refleks Dhea menendang kaleng yang berada di depannya dengan sekuat tenaga. Sebenarnya biasanya Dhea akan berangkat dan pulang bersama Malvin, tapi karena tadi Dhea yang bangun kesiangan membuat Malvin meninggalkanya.

      "Bangsat!!!" Ucap seseorang berteriak marah. "Siapa nih yang nendang kaleng? " Lanjut cowok itu sambil memegang kepala belakangnya. Wajahnya memerah menahan amarah.

       Mampus kena orang.

      Dhea berjalan pelan ke arah laki - laki yang berdiri membelakanginya itu. Dhea merasa antara takut dan merasa bersalah. Bagaimana jika laki - laki itu menjadi gagar otak atau amnesia gara - gara terkena kaleng dari tendangan kakinya yang super itu.

      "E-eh, eh. Maaf kak gak sengaja" Ucap Dhea sambil menundukan kepala takut.

      Laki - laki itu menoleh dan menatap wajah Dhea sebentar, seperti mengingat - ngingat. Setelah tahu siapa yang menyebabkan nyeri di kepala nya adalah Dhea, ekspresi laki - laki itu seketika berubah. Dhea yang tak mendapat respon pun akhirnya memberanikan dirinya untuk menatap orang yang berada di depannya itu. Dan respon Dhea bisa ditebak. Tubuhnya menegang, bibirnya terbuka dan mata nya sama sekali tak berkedip. Ternyata seseorang yang terkena kaleng hasil tendangan Dhea tadi adalah David, seseorang yang menghampirinya saat lomba tarik tambang. Dan dia adalah malaikat tanpa sayap nya Dhea.

Never Rewarded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang