"Yaa, awas itu dagingnya gosong! Kecilkan apinya! Cepat dibalik!"
Jin berteriak panik dari balik meja makan tempatnya duduk. Dia tampak tidak telaten melihatmu yang masih kacau dan berantakan dalam hal memasak. Sedangkan kau melarangnya untuk membantumu. Kau menyuruhnya untuk duduk manis tanpa beranjak dari kursi makannya.
"Ssst... Ne, Oppa. Aku pasti bisa menyelesaikannya. Sedari tadi kau berisik terus. Juri di acara memasak pun kalah cerewet bila dibandingkan denganmu."
Kau balik mengomeli Seok Jin yang sejak tadi mengamatimu memasak sambil mengoceh tanpa henti memberikan komentarnya tentang caramu memasak yang memang masih amatiran dan asal-asalan.
"Kalau kau ingin merayakan ulang tahunmu di rumah, kita bisa memesan makanan pesan antar, y/n-ah." Jin khawatir padamu yang sedang kerepotan masak sendiri sedangkan kau selama ini tidak pernah memasak, hanya sebatas membuat ramyeon instan saja.
"Oppa, apa kau tidak memberi kesempatan aku untuk belajar memasak?" kau mendengus kesal.
"Aku senang kau mau belajar memasak. Tapi ijinkan aku membantumu. Kau sangat kacau dan ceroboh, y/n-ah. Aku juga sudah sangat lapaaaarr."
"Aaah.. Rupanya cerewetmu itu pertanda kau lapar ya? Ya sudahlah, Oppa harus turun tangan sekarang. Aku tidak tega kalau cacing dalam perut Oppa kelaparan." kau mengelus-elus perut Jin.
"Aish, kau selalu saja suka menyiksa pacarmu yang tampan ini!" Jin memasang wajah cemberutnya yang imut.
"Mianhae, Oppa. Aku kan belajar menjadi istri yang baik untukmu nanti." kau merayunya, memeluknya dari belakang.
Jin lanjut memasak dan kau membantunya sesuai dengan perintahnya."Aaahh.. Akhirnya sudah selesai masakannya. Hmm sepertinya enak ini."
Kau meletakkan piring-piring berisi makanan yang masih beruap panas ke atas meja. Lalu menatanya rapi layaknya meja makan malam restoran mewah dengan lilin-lilin romantis yang menerangi malam kalian.
"Sudah pasti masakanku lebih enak dari pada masakanmu tadi kalau tidak aku benarkan bumbunya."
"Ne, Oppa. Kau memang koki terbaik yang pernah ada dalam hidupku." kau mengacungkan jempol di depan wajahnya.
"Ooh, jadi kau menganggapku hanya sebagai koki? Aigoo.. Kejamnya dirimu." Jin menggerutu sembari mengiris daging, dan saat ia akan melahapnya, kau menahan tangannya.
"Wae? Apa lagi, y/n-ah?"
"Sebentar, karena ini hari ulang tahunku, maka permintaanku harus kau penuhi, Oppa."
"Apa masih kurang hadiah yang kuberikan padamu tadi itu?" Jin mengungkit jam tangan mewah yang tadi pagi ia berikan padamu.
"Aniya. Aku cuma ingin menyuapi Oppa. Masa tidak mau aku suapin?" kau memohon padanya dengan tatapan puppy eyes-mu.
"Ne, Chagiyaa. Permintaanmu ada-ada saja. Kalau begitu cepat suapi aku."
Jin memberikan garpunya padamu. Kau mengambil alih garpunya. Lilin-lilin di atas meja yang menghalangi kalian kau singkirkan. Lalu menusukkan potongan kecil steaknya dan mengarahkan ke mulut Jin yang sudah siap melahap. Namun hampir saja suapanmu sampai ke mulut Jin, kau membelokkan arah garpunya. Dan memutar-mutarkan garpunya menghindari caplokan Jin.
"Yaa, apa maksudmu, Y/n-ah?" tanya Jin yang tertipu dengan leluconmu.
Kau tak bisa menahan tawamu saat melihatnya yang sudah kelaparan, gagal melahap santapan pertamanya.
"Baiklah aku akan suapkan kali ini."
Kau belum bisa berhenti tertawa. Dan Jin mempercayaimu. Namun kau belum berhenti mempermainkannya, kau sangat bahagia dan gemas melihatnya kesal. Kau membelokkan arah suapannya lagi. Namun kali ini Jin tidak tinggal diam. Kedua tangannya menahan tanganmu dan mencengkeramnya di atas meja makan hingga tanganmu tidak bisa bergerak. Jin beranjak dari tempat duduknya dengan tangannya tetap menahan tanganmu. Lalu tanpa berbicara, dia mempertemukan bibirnya dengan bibirmu. Kau terdiam dan hanya bisa mengikuti permainannya. Jin melumat bibir mungilmu dengan lembut dan hangat. Kau sangat menikmatinya. Permainan ini berlangsung lama, hingga mengubah lumatan yang lembut menjadi lumatan kasar dengan gigitan-gigitan sensual. Hidangan di piring-piring menjadi saksi bisu kalian bercumbu. Dan akhirnya kalian kehabisan napas dan mengakhiri percumbuan kalian.
"Itu hukumannya kau mempermainkan aku, Y/n-ah."
Jin kembali ke tempat duduknya. Lalu melanjutkan makannya. Kau hanya terduduk lemas, karena tidak terpikirkan kalau Jin melakukan itu padamu di saat kalian makan.
"Nanti kita lanjut lagi." Ucap Jin sambil mulutnya sibuk mengunyah daging steak.
THE END
By Xenon
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..