Benar-benar hari yang melelahkan bagimu karena beberapa hari terakhir kau berkutat dengan segudang pekerjaan yang tiba-tiba datang padamu dan langsung diburu deadline. Bagaimana tidak, beberapa staf departemenmu sejak pekan lalu mulai pensiun yang artinya untuk sementara waktu pekerjaan mereka dialihkan pada pegawai-pegawai muda termasuk dirimu. Setiap waktu kau terus berdoa agar perusahaan tempatmu bekerja segera dapat merekrut pegawai baru yang bisa membantu meringankan bebanmu dan rekan sejawatmu. Dalam hati sebenarnya kau ingin berontak, tapi mau bagaimana lagi karena kau masih butuh penghasilan tetap untuk menghidupi orang tuamu. Kau juga tidak mau dengan konyol memberontak kepada atasan yang kemudian berujung pemecatan. Untungnya kau masih sadar bahwa ini bukanlah drama di televisi. Ini adalah kehidupan nyata yang harus kuat kau jalani.
Kau langsung pulang ke apartemen setelah menyelesaikan deadline pekerjaan untuk besok. Mungkin hanya mampir ke kedai makan sebentar untuk membeli paket takehome yang akan menolongmu saat kelaparan di malam hari. Tidak ada kata 'hangout' lagi dalam kehidupanmu saat ini. Tidak selayaknya gaya hidupmu di masa sekolah atau masa kuliah yang masih sering bersenang-senang bersama sahabat dan kawan-kawanmu. Bahkan mungkin sekarang kau sudah tidak mempunyai teman untuk melakukan hedonisme dan nongkrong di saat waktu luang bersama karena satu persatu temanmu kini sibuk dengan kekasihnya masing-masing, bahkan sebagian dari mereka telah berumah tangga dan mulai merawat anak-anak lucu mereka. Mereka telah memiliki sumber kebahagiaan masing-masing, dan tidak bingung lagi untuk mencari kebahagiaan di luar sana seperti saat remaja dulu. Waktu yang mengubah segalanya.
Kau pun mulai merasa kehilangan segalanya. Kehilangan waktu bersenang-senangmu, kehilangan teman-temanmu, dan mungkin kehilangan masa mudamu. Sehingga segalanya tampak seperti kau menyerahkan hidupmu sepenuhnya pada pekerjaanmu. Apapun telah kau raih, prestasi akademik di bangku kuliah, segala macam sertifikasi dan penghargaan dari perusahaan telah kau kantongi, jabatan yang lumayan tinggi untuk seusiamu telah kau duduki. Sampai akhirnya kau berpikir bahwa jabatan dan kekayaan bukanlah satu-satunya tujuan kebahagiaan manusia. Kesuksesan karir tidak mampu menciptakan kesempurnaan hidup.
Namun kenyataan berkata lain, kini kau menyerah atas semua keangkuhanmu pada tawaran kasih sayang para namja yang dulu selalu kau acuhkan. Kau menyerah tepat di titik saat seorang namja yang jauh dari matamu menghinggapi lubuk hatimu. Sampai-sampai kejemawaanmu benar-benar runtuh olehnya. Bahkan kestabilan jiwamu seakan terganggu di setiap kali kau menerima pesan atau telepon darinya. Tak terkecuali malam ini.
"Yoboseyo? Uhm.. aku kira siapa, rupanya kau," kau girang mendengar suaranya di seberang sana.
Jin hanya tertawa kecil mendengar ucapanmu yang terdengar menanti telepon darinya.
"Yoboseyo, bagaimana harimu, Nona manis?"
"Bagus, seperti harapan. Tapi lelah tidak dapat dipungkiri."
"Mungkin sebentar lagi jika kau merasa lelah akan terobati dengan perasaan bahagiamu yang muncul itu. Percayalah."
Kau baru saja mengenal pria yang bernama Kim Seok Jin itu dari temanmu dua minggu yang lalu. Tapi intensitas komunikasimu dengannya melebihi seorang kenalan bahkan teman. Dalam hatimu ada ketertarikan yang mendalam padanya, sehingga kau tidak pernah bisa mengacuhkannya seperti pria-pria lain sebelumnya.
"Kau selalu bisa membuatku penasaran dengan perkataanmu. Kau sendiri bagaimana harimu, Oppa?"
"Haaah.." Jin terdengar menghela napas panjang.
"Hariku tidak terlalu baik. Belakangan ini aku sering gagal fokus. Entah kenapa hal itu terjadi padaku. Padahal sebelumnya aku tidak pernah seperti itu," terdengar serius pembicaraan Jin, kau mulai menghentikan gurauan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..