"Oppa.." kau berlari memeluk tubuh Jin dari belakang.
"Nee, Chagi. Ada apa?" Jin menoleh ke belakang.
"Aku tidak ingin melepaskan pelukanku." Kau semakin menenggelamkan wajahmu ke punggungnya dan mencium aroma parfumnya yang memabukkan.
"Kemarilah.." Jin melepaskan pelukanmu, lalu mendekap tubuhmu ke dadanya, ke dalam pelukan hangatnya.
"Aku tahu ini sangat berat bagimu. Dan sesungguhnya terasa berat juga bagiku. Tapi ini yang terbaik, aku harus melakukannya." Jin menenggelamkan kepalanya ke ceruk lehermu. Posisi seperti inilah yang menurut kalian berdua sangat nyaman sekarang.
"Jangan menangis, Y/n-ah. Kalau kau menangis nanti disana aku tidak akan tenang." Tangannya yang sedingin salju mengusap lembut air matamu yang mulai menetes.
"Aku tidak bisa berpisah denganmu, Oppa. Apa kau akan merindukanku disana?"
"Masihkah kau meragukan cintaku? Aku hanyalah milikmu, dan kau hanyalah milikku. Dimana pun aku berada, aku akan selalu mengingatmu." Ucapnya berbisik ke telingamu, lalu mengeratkan pelukannya.
"Secepat inikah kau pergi? Tidak bisakah kau lebih lama lagi tinggal disini?" Tangismu semakin menjadi dan itu membuat mata Jin berkaca-kaca.
"Entahlah, aku tidak berdaya apa-apa. Jika sudah waktunya, aku akan dijemput. Sebenarnya aku juga tidak ingin meninggalkanmu."
"Just give me one more night, please." Pintamu dalam isakan. Membuat Jin semakin teriris hatinya.
"Mianhae, Y/n-ah." Kedua tangannya menangkup ke sisi wajahmu. Kemudian ia mengecup lembut bibirmu dan memeluk tengkukmu.
"How can I live without you?" Kau melepaskan ciumannya, tubuhmu semakin melemas ke dalam pelukannya.
Kau tidak bisa membayangkan bagaimana nanti kau terbangun tanpanya, makan sendirian, tidur hanya berteman dengan dingin, tiada pelukannya. Menjalani hari-hari tanpanya. Meskipun untuk sementara, tapi bagimu dua setengah tahun sudah sangat berat untuk melalui hidup tanpanya.
Sebentar lagi Jin akan dijemput untuk melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara yang tidak bisa dielakkan yaitu wajib militer. Kau sungguh sangat mengkhawatirkannya lantaran ketatnya latihan fisik yang mungkin saja bisa membuatnya sakit atau cedera karena kecerobohannya dan fisiknya yang tidak sekuat pasukan bersenjata sesungguhnya. Dan hal yang paling kau takutkan adalah kerinduan yang menyesakkan dada karena dua tahun lebih itu bukanlah waktu yang singkat untuk berpisah. Selain itu, kau juga tidak bisa membayangkan bagaimana nanti rambut kekasihmu berubah menjadi cepak.
Sebuah mobil minibus datang berhenti di depan pagar rumah. Kemudian turunlah seorang sersan dan mengajak Jin untuk segera naik ke mobil yang dibawanya.
"Aku berjanji akan datang kembali untukmu, memelukmu, menciummu, Y/n-ah." Jin tersenyum menguatkanmu.
"Kumohon jangan bersedih hati karena kepergianku. Aku hanya menjalankan kewajiban sebagai warga negara yang baik. Doakan aku lekas pulang agar bisa menemanimu lagi. Doakan juga kedamaian menyertai hidup kita, negara kita, tidak akan ada perang." Jin menatapmu sendu.
"Nee, Oppa. Semoga kau selamat. Dan kembali pulang." Sekali lagi kau memeluk erat-erat tubuhnya seakan-akan tidak berjumpa lagi dengannya. Dalam lubuk hatimu yang terdalam, kau tak ingin melepaskannya walaupun untuk sementara.
Jin melepaskan pelukanmu, mengambil dan menggendong ransel ke bahunya. Berlari kecil meninggalkanmu hingga membuat ranselnya memukul-mukul punggungnya. Kau hanya bisa menatapnya dari jauh dan bersandar di ambang pintu. Kemudian Jin melambai lambaikan tangannya, sambil memberikan flying kiss kebiasaannya. Membuatmu tertawa dalam tangis.
"Oppa.. hwaiting!!!" Teriakmu yang dibalas dengan anggukannya.
Kau pandangi ia yang sudah ditelan oleh mobil yang mulai bergerak meninggalkan pekarangan rumahmu.
THE END
By Xenon
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..