"Untung saja aku lewat depan kampusmu. Kalau tidak, apa jadinya kertas-kertas ujian mahasiswamu itu? Mungkin akan menjadi bubur kertas." Ujar Tae di tengah derasnya hujan. Ia berusaha untuk memecahkan keheningan saat berada di traffic light.
Kau tidak sengaja bertemu dengannya saat menunggu bus kota di halte depan kampus, dengan kondisi membawa kertas-kertas ujian mahasiswamu. Meskipun kau masih menjabat sebagai asisten dosen, namun kau sudah ditugaskan untuk mengoreksi ujian. Taehyung yang sedang mengendarai mobil melihatmu, langsung memberikan tumpangan untukmu, lantaran mengingat bahwa mendung sudah mencekam dan butir air hujan siap menghadangmu. Sedangkan bus masih belum muncul juga.
"Hmm yaa, gomawo. Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu hari ini." Kau membenarkan pernyataan Taehyung.
"By the way, bagaimana bisa kau tadi lewat depan kampusku? Tumben sekali ke daerah itu?" Tanyamu penasaran, karena mengingat kantor Tae dan rumahnya tidak akan melewati daerah itu.
"Oh itu, ehm.. aku mengantar barang ke tempat seseorang." Jawabnya singkat seakan tidak mau dibahas lebih dalam.
"Ooh.. arraso.."
"Apa kau ada waktu luang setelah ini?" Lanjutmu setelah keheningan menguasai waktu.
"Kau mau kemana?" Taehyung bertanya balik.
"Ah, anii.. aku hanya ingin meneraktirmu ngopi sebentar di coffeshop tempat kita nongkrong biasanya."
"Boleh." Taehyung mengiyakan ajakanmu.
Derasnya hujan yang disertai angin kencang membuat jarak pandang menjadi lebih pendek. Mobil yang kalian tumpangi berjalan pelan hingga sampai pada coffeshop tujuan. Taehyung yang turun terlebih dahulu dengan mengembangkan payungnya, lalu menjemputmu untuk turun dari mobil. Payung yang sedikit sempit, sehingga Taehyung merangkul tubuhmu lebih dekat dengannya agar kau tidak basah. Ini yang membuat wajahmu memerah dan panas meskipun udara sangat dingin di luar.
Kau duduk berhadapan dengannya seusai memesan minuman hangat dan beberapa kudapan. Entah kenapa kau menjadi kikuk di depannya, padahal banyak sekali hal yang ingin kau tanyakan padanya, termasuk pengakuannya tadi tentang mengantar barang ke seseorang.
"Y/n-ah, aku mau bertanya padamu." Taehyung memulai percakapan seusai menyeruput frappuccino panasnya.
"Ne? Kau mau tanya apa?"
"Menurutmu, apakah aku kurang dewasa? Aah.. sebenarnya ini lebih ke meminta pendapat." Taehyung menatapmu dalam sambil menopang dagunya. Terlihat manis sekali, hingga membuatmu semakin deg-degan.
"Hmm mengapa kau menanyakan ini? Apa ada sesuatu yang membuatmu merasa kurang dewasa?"
"Ehm.. sebenarnya, ini masalahku dengan Ryujin. Dia mengungkit-ungkit kembali permasalahan dulu."
"Ryujin? Dia lagi? Aah.. menyebalkan sekali. Kenapa Tae masih terus mengingat dan menyebut nama itu?" Pikirmu dalam hati.
Kau dan Ryujin adalah teman lama, namun hubungan kalian tidak pernah baik sejak dulu. Selain karena dia merupakan saingan terberatmu untuk menjadi juara kelas, dia juga selalu angkuh dan suka merendahkan orang lain. Dan ditambah lagi, Taehyung--sahabat dekatmu yang dari dulu kau cintai, pernah menjadi kekasihnya.
"Hmm.. aku tidak bermaksud untuk mencapuri urusanmu dengannya, tapi kalau kau butuh saranku, silakan cerita saja." Ucapmu secara spontan.
"What? Apa yang baru saja aku bicarakan?"Gumammu dalam hati.
"Tadi aku mengembalikan barang milik Ryujin, dia yang meminta barangnya yang tertinggal di rumahku." Ujarnya memulai cerita.
"Aah.. sudah kuduga, kalau dia tadi bertemu dengan Ryujin." Pikirmu.
"Dia masih saja menyalahkanku, mengungkit-ungkit kesalahanku, dan mengatakan bahwa aku tidak dewasa. Aku merasa sakit. Apalagi beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengannya berjalan dengan seorang pria lain. Dan tadi kutanyakan padanya tentang pria itu, dia mengaku bahwa pria itu kekasihnya." Terangnya.
"Haahh... Pria itu tidak lebih baik dariku. Kenapa bisa dia menerimanya?!" Lanjut Taehyung dengan nada kesal.
Kau hanya terdiam, mendengarkan curahan isi hati Taehyung yang menganggapmu sebagai sahabat terbaiknya. Taehyung masih mencintainya meskipun dia sangat membencinya, dan itu yang membuatmu semakin sesak dalam dada.
"Tae, kau tidak tahu siapa yang kau ajak bicara ini. Kau tidak tahu betapa pedihnya hatiku saat kau menceritakan tentang yeoja itu. Kau tidak tahu betapa susahnya aku membendung tangisan ini. Kau tidak tahu bahwa aku sedari dulu mencintaimu lebih dari apapun, dan kau tidak pernah sadar itu." Kau berkata lirih dalam hatimu sambil menahan rasa tercabik-cabik di dada.
"Apa dia tidak ingat di saat aku mengungkapkan perasaanku pertama kali dengan malu-malu. Dia yang memancingku agar mau menyatakan padanya, dan di saat dia sedang kalut, aku selalu berusaha untuk menjadi orang pertama yang menemaninya dan memberikan pelukan."
"Aah.. kau harus bisa menerima kenyataan ini, Tae." Komentarmu singkat, meskipun begitu kau sudah sangat mengupayakan agar tidak tampak cemburu.
"Dia memang sangat egois, angkuh, dan tidak mau mengalah. Tapi.. entahlah. Aku bingung dengan perasaanku sendiri." Taehyung menyadari kalau terjadi perubahan pada sikap dan ekspresi wajahmu.
"Kau kenapa, Y/n-ah??" Tanya Tae sambil menatap wajahmu yang sedang menunduk.
"Terkadang aku merasa iri dengan Ryujin. Kurasa ia mendapatkan segalanya dalam hidupnya, termasuk perhatian dan kasih sayangmu. Meskipun dengan bodohnya ia menyia-nyiakan itu."
"Aku yang tidak lebih dari sahabatmu hanya bisa bermimpi untuk mendapatkan itu dari dulu. Entah sampai kapan aku akan terus bermimpi dan mengharap rembulan yang tidak dapat memandang pungguk di hadapannya ini. Mungkin hingga nanti sampai hatiku benar-benar musnah karena terlalu sering teriris-iris." Lanjutmu menjelaskan, dengan perasaan yang telah lama terpendam, hingga menjadi bom waktu ini.
"Y/n... Kau..." Taehyung terperangah dengan ungkapan perasaanmu.
"Aku tidak bermaksud memaksakanmu untuk membalas cintaku. Aku hanya ingin kau tahu. Betapa mirisnya aku selama ini. Kau tidak pernah memikirkan perasaanku."
"Hujan sudah reda, sebaiknya aku pamit dulu. Terimakasih atas tumpangannya. Dan satu lagi, aku menilaimu sebagai seorang yang dewasa namun tingkahmu kekanak-kanakan." Kau mengelap air matamu, lalu membereskan barang bawaanmu.
"Tunggu."
Taehyung menggenggam erat pergelangan tanganmu.
"Aku ingin membayar semua kesalahanku padamu. Aku ingin menebus dosaku selama ini." Ungkap Taehyung yang membuatmu terhenti.
"Aku tidak mau bila hanya kau jadikan pelarian cintamu." Bisikmu.
"Kali ini aku bersungguh."
THE END
#ehem...
Hai hai... Maaf kalo Xenon pada liburan ini belom bisa fast update dan belom bisa lanjutin The Worst Fate (karya Xenon satunya lagi) karena ternyata Xenon masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan.
Bukan sok sibuk sih, tapi emang beneran banyak hal yang harus dikelarin, hehehe...
Padahal tangan Xenon udah gatel pengen nulis banyak cerita, tapi masih kekurangan waktu luang untuk berimagine lebih lagi..
Pokoknya jangan lupa untuk vote dan kasih komentar kalo ada yg mengganjal di hati dan pikiran kalian ya gaes...
Salam cinta untuk Army
By Xenon 😘😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..