Lelah, letih, pusing, itulah yang saat ini melanda dan membebani tubuhmu. Apalagi ditambah dengan beban berat ransel di punggungmu yang berisi buku-buku tebal, nyaris seperti menggendong anak kecil. Hingga membuatmu berjalan tidak tegap, terliuk-liuk seperti pohon kelapa yang tertiup angin.
Siang ini cuaca yang tadinya sangat cerah, tiba-tiba saja mendung mulai merapat di atmosfer kota. Kau yang sedari tadi menunggu bus kota masih tetap berpijak di bawah atap halte, terpaksa berdiri karena tidak dapat tempat duduk. Padahal tubuhmu sudah benar-benar mencapai batas keletihan maksimal.
Sebenarnya kau tidak sanggup lagi berdiri karena sejak dari kampus kau sudah berkeliling dari satu ruang ke ruang lain, ditambah lagi menempuh perjalanan dari kampus ke halte terdekat. Memang halte inilah yang terdekat, tapi sedekat-dekatnya masih harus menempuh jarak sekitar tiga ratus meter. Yaah, semuanya terpaksa harus dilakukan lantaran kendaraanmu masih dalam perbaikan karena beberapa waktu lalu sempat terserempet mobil tetangga.
Sebuah bus kota mulai mendekati halte tempatmu. Namun sialnya semua orang menyerbunya, kau yang tak berdaya hanya bisa melongo karena tubuhmu sudah terlalu lemah untuk berebut masuk ke dalam bus.
Bunyi klakson kendaraan mengejutkanmu, terdengar sangat dekat sekali, seperti dibunyikan langsung ke telingamu.
"Y/n-ah, apa yang kau lakukan disini? Apa kau mau pulang? Lalu kenapa kau tidak membawa kendaraan? Ada apa dengan wajahmu? Apa kau sakit?" Hoseok membombardirmu dengan pertanyaannya yang berturut-turut dengan mulut yang terbungkam masker. Karena dia takut kalau identitasnya diketahui orang-orang, bisa kacau, diserbu fansnya.
"Aku tidak bawa kendaraan, Oppa. Dan sekarang aku mau pulang."
"Yaa, lalu kenapa kau tidak bilang padaku kalau butuh tumpangan? Aku kan bisa langsung menjemputmu?" Kau malah kena semprot omelan Hoseok.
"Aku kira kau sedang sibuk, jadi aku tidak mau mengganggumu."
"Aah.. kau ini, masih saja menganggap aku orang asing. Sudahlah, cepat naik, hujan akan turun. Nanti kau malah jadi sakit, siapa yang harus tanggung jawab?"
"Kau, Oppa!" Kau cubit perut Hoseok. Lalu naik ke belakang boncengan motornya, dan Hoseok menancap gas.
"Y/n-ah, mianhae aku ini tadi tidak bawa mobil karena memang tidak ada keniatan untuk menjemputmu, aku hanya keluar dorm sebentar untuk membeli sesuatu di minimarket."
"Nee, tidak apa, Oppa. Kehadiranmu sudah membuatku lega. Tidak masalah kau mau membawa apa, yang penting itu kamu."
Kau memeluknya dari belakang. Kau menyandarkan kepalamu ke pundaknya, tercium aroma tubuhnya yang semerbak. Dengan belaian lembut semilir angin, membuatmu semakin mengeratkan pelukan.
"Y/n-ah, kau tak apa-apa? Tidak sakit?" Hoseok mengelus-elus tanganmu yang membelit pinggangnya.
"Aniya, Oppa.. gwenchana, I'm ok. Aku cuma capek. Dan ingin tidur."
"Kalau begitu kau tidur saja, tapi pegangan yang erat yaa.."
"Ne, Oppa." Kau pun tertidur di pundak kekasihmu dan masih memeluknya dari belakang. Tidak ada hal lain yang lebih nyaman selain memeluk Hoseok.
Kau terbangun dari tidur pulasmu. Namun keberadaanmu saat ini sudah di atas sofa apartemenmu. Jaket, tas dan sepatumu sudah terlepas, dan tubuhmu sudah bergumul dengan selimut. Kau menyapukan pandangan ke sudut ruang. Matamu terbelalak melihat kalender yang bertengger di meja sudut.
"Yaak!! Hari ini ulang tahun Hoseok Oppa! Aku hampir lupa."
"Y/n-ah, kau sudah bangun??" Teriak Hoseok dari dalam dapur, sepertinya ia sedang membuat sesuatu untukmu. Lalu tidak lama ia datang menghampirimu.
"Jangan bangun dulu, kau sedang demam! Minumlah ini!"
Hoseok membawa secangkir teh hangat dan baskom berisi kompres demam. Lalu ia menata bantal agar kau bisa tidur dengan posisi lebih tinggi.
"Kenapa kau tidak bilang kalau sakit, huh? Padahal tubuhmu demam seperti ini." Hoseok menempelkan punggung tangannya ke dahi dan lehermu.
"Aku hanya kecapekan, Oppa. Tidak apa nanti juga sembuh dengan sendirinya. Harusnya aku minta maaf pada Oppa, yang sudah merepotkan, dan lupa kalau hari ini Oppa berulang tahun. Saengil chukkaehamnida, Chagiya." Kau menyibak selimut dan memeluknya.
"Gomawo, Chagi.. tapi kau jangan menganggap aku seperti orang asing lagi. Aku lebih senang kalau kau membutuhkanku." Hoseok membalas pelukanmu dengan hangat.
"Nee, Oppa. Aku akan berjanji."
"Oppa, kau mau hadiah apa?" Kau melepaskan pelukannya.
"Kau serius ingin aku mengatakannya?" Kata Hoseok dengan tatapan nakalnya.
"Nee, tapi jangan mesum!!"
Hoseok terbahak keras, ia merasa pikirannya sudah terbaca olehmu. Kau memukul dadanya pelan, dan mencubit hidungnya.
"Aniya, Y/n-ah. Aku tidak akan menodaimu. Aku akan memberimu cinta, dan bukan nafsu." Hoseok membelai lembut rambutmu.
"Lalu apa?"
"Aku ingin kau cepat sembuh."
"Ne? Itu saja? Jinjja?"
"Lalu aku ingin kita segera menikah." Hoseok mencium hangat keningmu lalu menarik tubuhmu, dan dipeluknya erat-erat.
THE END
By Xenon
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..