SPECIAL EDITION IMAGINE

1.8K 129 4
                                    

Lanjutan...


"Selamat datang, Tuan Putri Mihwa. Aku senang dengan kehadiranmu di istanaku ini. Baru kali pertama ini aku berjumpa langsung dengan seorang putri yang kabarnya memiliki kecantikan luar biasa, kecantikan luar dalam yang abadi."

Sapa seorang pria pendek itu, yang tidak lain lagi adalah Raja Chan. Ia didampingi oleh tangan kanannya, seorang perdana menteri muda yang jauh berbeda dengan Sang Raja. Ia berbadan tegap, tinggi, dan besar, serta wajahnya yang rupawan. Sehingga kesenjangan tersebut seperti bumi dan langit. Membuat Mihwa mengernyitkan dahi dengan kenyataan wujud raja yang akan meminangnya.

Mihwa tetap berusaha tersenyum manis di hadapan Raja Chan, para petinggi Kerajaan dan para istri raja. Namun bila dihitung-hitung, rupanya istri raja hanya berjumlah tujuh orang yang hadir dalam pertemuan tersebut. Lalu di manakah istri ke delapannya? Mihwa dibuatnya bingung kembali. Ia sudah memutuskan untuk mencurigai adanya keganjalan dari tujuan Raja Chan.

"Maukah kau menjadi istri ke sembilanku? Agar aku mempunyai putra mahkota impian. Dan mempunyai istri yang tercantik sepertimu?" Mendengar tawaran itu Mihwa merasa jijik dan ingin muntah tapi ia tahan dengan senyuman.

"Sebelum aku menjawab, bolehkah aku meminta penjelasan mengenai jumlah istri-istrimu?" Permintaan Mihwa menjadi sorotan semua pasang mata di dalam ruang itu.

"Yang aku tahu Yang Mulia telah beristri delapan orang, namun mengapa yang hadir di sini hanya tujuh orang?" Lanjutnya membuat raut wajah Raja Chan terkejut dan sedikit gugup.

"Yaa.. istri ke delapanku sedang sakit, ia tidak dapat hadir dalam pertemuan ini." Jelasnya.

"Aku harus tetap menemuinya, aku tidak akan pernah menerima lamaran Yang Mulia jika tidak ada restu dari semua istrimu." Ungkap Putri Mihwa dengan tegas.

Kemudian pada saat itu pula, tiba-tiba datanglah seorang wanita muda yang membawa seorang anak laki-laki kecil dalam gendongannya, menerobos masuk ke dalam ruangan dari penjagaan prajurit.

"Hentikan semua itu! Akulah istri ke delapannya, dan sesungguhnya Raja Chan telah memiliki anak laki-laki dariku. Seharusnya anakku-lah yang akan menjadi putra mahkota!" Sergah wanita itu dengan terisak yang membuat semua orang berdiri terpaku dengan pengakuan wanita tersebut.

"Aku bisa menjelaskan semua..." Raja Chan semakin panik saat Mihwa menatapnya tajam.

"Maaf, aku rasa aku tidak bisa menerima lamaran Yang Mulia. Jika dari awal Yang Mulia sudah membuat kebohongan publik seperti ini. Dan aku merasa terjebak." Mihwa menolak dengan sopan dan tegas.

Semua orang diperintahkan oleh Raja Chan untuk meninggalkan ruangan, kecuali Putri Mihwa.

"Kau tahu, dia memang istri ke delapanku yang memberiku seorang putra, namun dia bukan merupakan keturunan kerajaan ataupun bangsawan, dia hanya berasal dari rakyat jelata, dan tidak sehebat dirimu, Putri Mihwa."

"Lantas, apa maksud Yang Mulia jika sayembara itu ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya? Aku tidak bisa dipermainkan seperti ini. Sekali lagi maafkan hamba atas nama Kerajaan Kyungdae. Dan terima kasih atas sambutan serta perlakuan istimewa selama aku di sini. Aku mohon pamit." Mihwa memberikan penghormatan terakhir pada Raja Chan.

Raja Chan terkekeh misterius saat melihat Mihwa mulai berbalik meninggalkan tempat duduknya.

"Rupanya kau keras kepala sekali, Tuan Putri." Mendengar itu, membuat Mihwa terhenti dan mulai merasa bergidik.

"Kau tidak akan bisa bertindak keras kepala di hadapanku seperti itu! Kau akan menyesal karena telah menolak lamaranku, kau mungkin nanti akan mengemis padaku." Lanjutnya membuat Mihwa terhenyak mendengar pernyataan yang terdengar seperti ancaman itu.

Bangtan Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang