Kau menutup telinga rapat-rapat, menolak untuk mendengar semua umpatan dan gunjingan antara eomma dan appamu yang sedang berperang mulut di dapur. Tak jarang piring-piring dan barang pecah belah menjadi alat pelampiasan emosi mereka. Berulang kali kau telah mencoba melerai keduanya, tapi hasilnya adalah sebuah tamparan atau pukulan benda tumpul yang melayang padamu. Kau merasa sudah sangat jera melerai perkelahian tak berujung itu. Kau sendiri sudah tak dianggap sebagai buah hati kesayangan lagi, tiada lagi yang peduli padamu di rumah ini meskipun kau menyandang status sebagai anak tunggal. Sehingga tidak ada yang bisa kau lakukan kecuali mendengarkan tangisanmu sendiri di dalam kamar.
Kau bersiap untuk pergi keluar rumah, hanya untuk menenangkan pikiran dan melupakan semua kejadian ini. Berharap dengan kepergianmu dari rumah, mereka dapat membicarakan masalah dengan kepala dingin dan menyelesaikan semuanya, meskipun kecil kemungkinan itu. Tapi dengan menatap langit cerah dan awan-awan lembut di luar sana, sudah cukup menghibur dirimu yang kalut.
Kau berjalan sendiri menuju taman kompleks yang kemudian sebuah sapaan hangat menghampirimu.
"Annyeong, Y/n-ah. Kau tidak sekolah hari ini?"
Sapa Hoseok, seorang namja yang merupakan tetangga dekatmu sekaligus teman akrab sejak kecil. Ia masih berseragam sekolah lengkap dan memanggul ransel di bahu kanannya. Ia bersekolah di SMA khusus lelaki jadi wajar jika ia tidak tahu kalau kau pulang lebih awal dari biasanya.
"Aku sudah pulang." Jawabmu dengan napas mengesak.
Hoseok yang melihatmu sedang menghapus air mata tampaknya tidak kaget lagi dengan apa yang terjadi di rumahmu. Karena hampir setiap hari para tetangga sekitar mendengar suara bentakan keras dari mulut kedua orang tuamu. Kemudian ia menghela napas panjang.
"Maaf sebelumnya, apa orang tuamu bertengkar lagi?" Tanyanya prihatin sambil menunduk memandang lekat wajahmu. Kau hanya bisa mengangguk pelan tak berdaya.
"Apa kau keberatan kalau aku menemanimu sementara waktu ini? Aku akan mengajakmu jalan-jalan." Hoseok tersenyum menawarkan ajakannya sembari memberikan uluran tangan kurusnya.
"Tentu saja tidak." Kau mengiyakan.
"Apa tidak masalah kalau kau jalan-jalan dengan masih mengenakan seragam?" Tanyamu sementara Hoseok yang selalu tersenyum saat kau pandang itu menjawab dengan enteng,
"Kita tidak akan pergi ke tempat orang dewasa, kan? Jadi tidak masalah memakai seragam." Hoseok terbahak setelah menjawabmu, yang kemudian membuatmu turut terkekeh mendengar ucapan konyolnya.
Selama ini tidak ada yang dapat membuatmu tertawa lepas dan melupakan semua permasalahan kecuali Hoseok seorang.
"Ini untukmu, semoga hatimu bisa berwarna-warni dan secerah ice cream ini." Ujarnya sambil menyodorkan ice cream padamu yang tengah duduk di kursi taman.
"Aku merasa sangat beruntung bisa kenal dan dekat denganmu." Kau menyingkap perasaanmu sambil menerima rainbow soft ice cream dari tangan Hoseok.
"Aku hanya bisa membantumu tersenyum seperti ini, tidak lebih." Kata Hoseok merendah.
"Aku tidak bisa mengerti apa jadinya jika tidak adanya kehadiranmu di hidupku. Apalagi kalau orang tuaku memang benar-benar mau bercerai. Karena aku sudah sering mendengar kata itu dari mulut keji mereka." Kau tertunduk lunglai tak mempunyai daya lagi tiap kali membicarakan masalah itu.
Hoseok memandangmu prihatin, tatapan sedihnya memberikan empati padamu. Tangannya meraih tanganmu, lalu dirangkulnya tubuhmu dengan mesra. Ia mengelus lembut kepalamu.
"Aku sangat sedih bila melihatmu sedih. Aku bisa merasakan betapa sakitnya perasaanmu. Aku rasa jiwaku telah menyatu dengan jiwamu. Jadi apapun yang kau rasakan, pasti akan kurasakan pula. Jadi, jangan malu meminta bahuku untuk kau sandari."
Perkataan Hoseok membuat hatimu bagaikan tersiram air hujan. Sangat menyejukkan kalbu. Kau tidak merasa sendiri karena perhatian dan kasih sayang dari Hoseok. Hingga pada akhirnya orang tuamu benar-benar memutuskan untuk berpisah. Kau tidak tahu harus hidup dengan siapa. Harapan satu-satunya yang kau rasa bisa membantumu untuk mendapatkan solusi adalah Hoseok.
Kau menghubungi Hoseok, karena telah beberapa hari terakhir ia tidak pernah tampak di rumahnya. Ia sibuk mempersiapkan kelulusan dan menjelang masa perkuliahannya. Sementara kau yang masih harus menghabiskan masa SMA setahun lagi, mulai khawatir kehilangan sosok sahabat, kakak, dan sekaligus kekasih bagimu.
"Aku akan segera menemuimu"
Tertulis di dalam pesan Hoseok.
Kau bergegas menuju ke rumahnya. Belum sampai kau keluar dari halaman rumahmu, Hoseok sudah menampakkan dirinya. Ia langsung memelukmu erat. Air muka dan tatapan matanya mencerminkan perasaan yang tidak bahagia.
"Aku tidak bisa lama lagi tinggal di sini." Hoseok memulai pembicaraan.
"Ya, aku tahu kau akan pergi kuliah, kan? Kau sudah tidak tinggal di kota ini dan meninggalkan keluargamu."
"Tidak, aku akan pindah ke Amerika. Appaku dipindahtugaskan ke sana, dan perusahaan appaku juga mengirimku untuk berkuliah di sana juga. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku juga sudah tidak bisa bertemu denganmu seperti biasanya." Mata Hoseok berkaca-kaca.
Kau hanya terdiam dan merasa terpukul dengan berita mengejutkan dari Hoseok. Kemungkinan untuk bertemu dengan namja pujaanmu sangat sedikit sekali dan bahkan besar kemungkinan dia akan melupakanmu dalam waktu yang cukup lama itu. Karena waktu kembalinya Hoseok ke Korea tidak dapat dipastikan.
Kau hanya menerima secarik kertas berisikan sebuah alamat baru rumah Hoseok.
3659 Otter Ln
Middleberge FL 05398, Los Angeles
"Lalu bagaimana aku harus hidup tanpanya? Hidup dalam kesendirian dan kepiluan yang harus aku tanggung sendiri." Bisikmu dalam benak seraya memeluk kertas itu dan tersedu.
THE END
Ayo siapa yang mau pergi ke alamat itu???
Mumpung ada bocoran loh.. 😆
Ati² nyasar tapi.. #lol 😂
Langsung nyanyi Alamat Palsu deh 😂
Kuy ramaikan imagine ini ya guys..
By Xenon💞😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..