"Kita tidak akan bisa segera debut jika Choi Y/n masih tetap melakukan kesalahan dalam koreografinya. Dia adalah main vocal yang sering muncul dalam setiap lagu, tapi dia tidak seharusnya merusak koreografi grup newbie ini. Bagaimana bisa awal debut dia tampil tidak maksimal. Grup ini tidak akan terdongkrak namanya bila kinerjanya seperti dia. Grup ini pasti akan lama untuk bisa melunasi semua biaya training dan tanggungan agensi!"
Kata-kata pedas sekaligus menusuk hati masih terngiang di telingamu. Membuat amarah dan semangatmu kian membuncah. Ucapan yang tidak berperasaan itu dilontarkan begitu saja oleh trainer koreografi yang selama ini melatihmu. Memang sedari awal ia kurang sabar melatihmu yang memiliki gerakan kaku. Dan juga ia memiliki perangai yang kasar. Namun demikian tidak seharusnya ia mengatakan ucapan tersebut dengan keras pada manajer saat di ruang manajer, meskipun kau dan member lain tidak turut hadir dalam rapat tersebut, tapi hampir semua orang dapat mendengar perbincangan mereka, termasuk kau yang kebetulan melintasi ruangannya.
Malam ini kau berniat untuk berlatih koreografi sendiri di saat semua member dan penghuni asrama mulai beristirahat. Sebelumnya kau berangkat tidur bersamaan dengan teman kamarmu. Lalu ketika mereka sudah tertidur, kau mengendap-endap keluar kamar dengan kaos ketat dan celana training.
Kau berlatih di dalam ruangan besar yang dindingnya dipenuhi oleh kaca. Tampak di sana bayang tubuhmu yang ceking, pipi yang tirus hingga memperlihatkan tulang pipimu, seolah menyisakan tulang dan kulit saja. Semua itu hasil dari diet mati-matianmu sejak awal menjadi trainee, serta banyaknya aktivitas fisik yang kau lakukan secara berlebihan. Jauh berbeda dengan kehidupanmu sebelumnya yang serba berkecukupan dalam hal makan, tanpa memikirkan dampaknya ke bentuk tubuhmu.
Kau menyalakan musik dengan volume kecil, sehingga hanya kau yang dapat mendengarnya di dalam ruang. Kau menggerakkan pinggulmu, menghentakkan kaki, serta memutarkan tangan, mengikuti irama lagu yang akan diluncurkan rencananya bulan ini. Dengan berbekal mengonsumsi seiris roti gandum dan minuman suplemen makanan sebagai menu makan malammu, kau menguras energi untuk latihan ini. Meskipun besar pasak daripada tiang, kau tetap mengunci mulutmu untuk tidak makan malam lagi.
Lonceng jam dinding di depan dapur asrama berdentang, menunjukkan waktu tepat pukul 1 malam. Keringatmu meluncur dengan derasnya mulai dari dahi, leher, dan punggung. Kau sudah menarikan beberapa lagu dengan energik. Kau berusaha semaksimal mungkin agar tidak menjadi beban grupmu. Karena tidak mungkin kau mengundurkan diri setelah sejauh ini berjalan. Mengingat awal kau diterima saat audisi, kau telah membangkang appamu yang tidak mengijinkanmu masuk dalam agensi. Kau berjanji padanya akan menjadi orang yang lebih sukses ketimbang perkiraan appamu.
Kau menatap wajahmu yang semakin pucat ke dalam kaca. Terlihat menyedihkan, tapi tidak dapat mematahkan semangatmu. Letih, pegal, kantuk, lapar, dan keringat seakan menyuruhmu untuk berhenti untuk berlatih. Tapi hati kecilmu masih mencambuki dan membakar dirimu dengan semangat menggelora. Kau masih berintensi untuk mengulangi beberapa gerakan-gerakan sulit dalam setiap lagu. Dingin kini menjalar ke seluruh tubuhmu, meskipun temperatur AC telah kau tinggikan. Namun telingamu masih panas lantaran terngiang perkataan trainer itu. Kau tumpahkan tangisanmu--yang selama ini kau pendam-- ke dalam setiap gerakan. Air mata bercucuran menyapa keringatmu yang menganak sungai. Sesenggukan bercampur dengan engah napas memenuhi pendengaranmu saat ini. Udara dingin menyeruak di dalam ruang tertutup, cahaya semakin meredup, kepala dan tengkukmu seolah terisi beribu-ribu kilogram beban, lalu kau membiarkan semangatmu lenyap.
"Kau sudah siuman?"
Suara berat yang tidak asing bagimu terdengar dari samping tempatmu berada. Kau perlahan membuka mata--mengerjap-ngerjap. Pandanganmu masih berkunang-kunang, namun beban berat di kepalamu sudah berkurang jauh. Kau mengucek-ucek mata dan mencari sumber suara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..