Seusai pelajaran berakhir, kau berlari keluar kelas, sekuat tenagamu. Entah kau berlari kemana, tanpa tujuan. Langkahmu semakin berat, lebih berat karena tangisan yang tertahan. Kau sudah benar-benar tidak kuat menahan segalanya yang menyesakkan dadamu selama ini. Derap langkah kakimu membimbing ke arah rooftop gedung sekolah.
Cemooh, sindiran, gunjingan, serta umpatan teman-teman sekelasmu masih terngiang dan teringat jelas dalam benakmu. Sesak semakin menyiksamu, karena selain memendam rasa sedih dan sakit hati yang kau rasakan, kau juga kelelahan setelah berlari melintasi luasnya gedung sekolah. Tidak ada seorang pun di atap, pada akhirnya kau tidak segan menumpahkan air mata yang sedari tadi kau bendung. Kau menangis sekeras-kerasnya di atas bangku besi yang dingin."Apa salahku? Apa dosaku hingga mereka seperti ini padaku?" kau berkata pelan dan terputus-putus karena isakan tangismu.
"Kau tidak salah apa-apa, Y/n-ah." sebuah suara yang tak asing bagimu memecah kesendirianmu.
"Haah?" kau menoleh ke belakang, rupanya Jungkook, satu-satunya teman baikmu di kelas, datang menyusulmu ke atap sambil sedikit terengah-engah. Rupanya ia berlari mengikuti kemana kau pergi.
"Apa kau menangis?" tanya Jungkook, ia perlahan mendekatimu.
"Mau apa kau kesini?" kau tidak menjawab pertanyaannya, dan bahkan hampir membentaknya.
"Y/n-ah, kau tidak bersalah sedikit pun. Yang kau lakukan tadi benar. Kau menjawab jujur pertanyaan guru tentang tugas yang harus dikumpulkan. Buktinya masih ada beberapa anak yang mengumpulkan tugasnya, termasuk kita." kedua tangan Jungkook memegang kedua lenganmu, mengusap-usapnya, ia berusaha menenangkanmu.
Kau mengibaskan tangannya, menolak perlakuan manis darinya."Kau tahu...aku sudah tidak...kuat lagi... Hu hu hu..." kau berkata terbata-bata sambil mengelap air matamu yang semakin deras dengan punggung tanganmu.
"Aku mengerti perasaanmu, Y/n-ah. Mereka pada dasarnya memang iri padamu yang pandai, rajin, menjadi juara kelas maupun juara di luar, ditambah lagi kau gadis paling cantik di kelas. Jadi aku kira mereka cemburu padamu yang punya semua kelebihan itu." Jungkook duduk di bangku sebelahmu yang kosong.
Kau menghela napas, memperbaiki irama napasmu dan meredakan isakanmu dulu sebelum berkata.
"Tapi kau tidak pernah menyadari bahwa mereka membenciku sejak kau dekat denganku! Apalagi kau selalu membelaku saat mereka mencaciku. Itu membuat mereka tambah geram! Jadi kau jangan pernah dekat denganku lagi, Jungkook-ah!" tangismu menjadi lagi.
Jungkook terdiam, lalu meraih tanganmu.
"Mianhae, Y/n-ah. Kau menjadi seperti ini karena aku. Ini semua salahku.""Tapi, aku tidak bisa jauh darimu, Y/n-ah." lanjutnya.
Kau terkejut mendengarnya, sehingga tangismu perlahan terhenti."Apa maksudmu?" kau menoleh ke arahnya, memandang wajah tampannya. Dan semakin membuat hatimu tidak karuan.
"Aku tidak mau jauh darimu. Biarkan aku menemanimu dan melindungimu kemanapun dan kapanpun kau berada." Jungkook mengusap air mata yang masih menetes di ujung matamu.
Kau hanya terdiam. Di satu sisi kau dibuatnya melayang karena ucapannya itu, karena dialah lelaki yang selama ini kau kagumi diam-diam. Tapi di sisi lain kau semakin khawatir dengan keberadaanmu di kelas karena Jungkook lebih memilih denganmu dari pada yang lain dan kau akan semakin punya banyak musuh karena Jungkook adalah salah satu lelaki idaman di sekolah.
"Aku tidak bisa, Jungkook-ah." kau menangis kembali.
"Wae? Aku tahu kau juga menyukaiku. Jadi kenapa tidak kita jadian?"
"Kau tidak tahu bagaimana rasanya jadi aku."
"Aku tahu, kau mungkin khawatir dengan mereka, bukan? Kau takut musuhmu akan semakin banyak? Mungkin dengan kita jadian akan bisa meredakan keinginan mereka menjauhkanmu dariku."
"Anii.. Aku tidak mau, aku hanya ingin hidup tenang." kau membohongi perasaanmu sendiri yang sebenarnya bersedia menjadi pacar Jungkook.
Jungkook menggeser posisi duduknya, untuk lebih dekat denganmu. Lalu kedua tangannya memegang erat lenganmu, menghadapkan tubuhmu padanya.
"Kau jangan khawatir, Y/n-ah. Aku akan selalu berada di dekatmu, melindungimu. Aku juga tidak mau kau tersakiti." Jungkook memeluk tubuh kecilmu, meletakkan dagunya ke pundakmu. Ketenangan menyelimuti kalian berdua begitu Jungkook memelukmu.
"Aku akan mengurus kepindahan sekolah kita berdua, berjanjilah kau akan selalu jadi milikku, Y/n-ah." tetap dalam pelukan, Jungkook mengusap-usap rambut dan punggungmu, memberikan kehangatan. Kau mengangguk pelan, mengiyakan permintaan Jungkook.
"Ne, Jungkook-ah. Aku memang dari dulu menyukaimu."
"Gomawo, kau satu-satunya teman baikku yang bisa aku andalkan." kau mulai tersenyum, dan melepas pelukannya.
"Nah, tersenyumlah, Chagi. Senyumanmu seperti menyirami hatiku yang kering." kau tersipu dengan gombalannya.
"Aku harap, aku bisa jadi teman hidupmu, Y/n-ah." Jungkook mencium keningmu dengan hangat.
THE END
By Xenon
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..