IMAGINE JIMIN x YOU

9K 653 15
                                    


"Sudahlah y/n-ah, kau jangan bersedih terus. Jangan memikirkan masa lalu, fokuslah ke masa depanmu sekarang. Ok? Arraso?"

"Jaga kesehatan baik-baik, y/n! Kapan-kapan aku ajak kau nonton, dan jalan-jalan."

"Arra arra, Eonnie."

Kau menutup telponnya.
Eonnie-mu menghibur dengan omelan khasnya seperti ibu-ibu. Dia menyempatkan waktu untuk menelponmu di tengah kesibukannya, karena hanya dia yang tahu bahwa kau sedang dalam kondisi terpuruk saat ini.
Kau melanjutkan tugas kuliah yang sedang kau kerjakan sebelumnya.
Beberapa kali kau melihat jam. Kau gelisah karena menunggu delivery order makananmu yang kau pesan sepuluh menit yang lalu. Perutmu mulai keroncongan.

"Ting Tong" pintu apartemenmu berbunyi.

Kau langsung meloncat, dengan sigap membuka pintu karena sepertinya yang kau tunggu-tunggu telah datang.

Dan...

"Uhm, maaf, y/n-ah. Aku datang kesini lagi."

Bukan delivery ordermu yang datang. Malahan yang datang adalah seseorang yang pernah mengisi hatimu dan bahkan sampai saat ini sebenarnya dia masih mengisi sebagian hatimu.

"Jimin?" kau tidak bisa berkata banyak sejak kau putus seminggu yang lalu dengannya.

Jantungmu berdegup sangat kencang, nyaris terdengar olehmu, dan kau takut kalau-kalau dia juga mendengarnya.
Kau masih terbayang masa-masa indah kalian berpacaran. Ketika kau melihat dadanya, kau merindukan pelukannya. Ketika kau melihat bibir seksinya yang basah kau teringat akan ciuman kalian. Dan itu juga yang membuatmu semakin depresi.

"Apa kabar, y/n."

"Ehm, maaf aku mau mengambil barangku yang ternyata masih tertinggal disini." Jimin berkata sedikit terbata-bata, tidak lancar, dan tampak gugup berhadapan denganmu.

"Bolehkah aku masuk?" lanjutnya meminta ijinmu karena kau tidak segera mempersilakannya.

"Masuklah" dalam hati sebenarnya kau tidak menginginkan kehadirannya.

Karena kau berusaha untuk segera melupakannya, namun dia berhasil menggagalkan usahamu.

"Mwo? Aku rasa semua barangmu sudah aku kembalikan."

"Aahh, mungkin kau lupa. Jaketku yang pernah aku pakaikan padamu saat pulang nonton konser dan saat itu kau kedinginan karena pakaianmu terlalu tipis untuk malam hari di musim gugur."

"Yaaa, hentikan!!" tanpa sadar kau berteriak keras.

"Aku tidak mau mendengar cerita-cerita tentang kenangan kita!!!!"

Kau mulai berkaca-kaca. Dan berlari ke kamarmu, lalu mengambil jaket yang dimaksudkan Jimin.

"Ini jaketmu! Sudah, apalagi sekarang?!"

Kau melemparkan jaket itu ke dadanya. Dan mendorongnya keluar dari apartemenmu. Meskipun pada akhirnya kau tidak mampu mengeluarkannya karena tenagamu tidak cukup untuk membuatnya berpindah posisi.
Kau berusaha untuk menahan semua rasa yang bergejolak dalam dadamu. Perasaan kecewa, marah, dan rindu kau tahan. Tapi satu yang tidak bisa kau bendung, yaitu air matamu.

"Y/n-ah. Kenapa kau jadi seperti ini?" tanya Jimin yang kebingungan denganmu. Matanya tampak berkaca-kaca.

"Aku minta maaf, kalau aku sudah menyakiti perasaanmu. Dan kau tahu, sampai sekarang pun aku tidak tahu alasannya mengapa kau memutuskan aku? Padahal aku masih sangat mencintaimu, y/n."

Tangismu semakin menjadi.

"Y/n-ah. Sudahlah jangan menangis. Kalau kau memang menginginkan aku pergi, aku akan pergi sekarang. Kau bisa jelaskan alasanmu di lain waktu saja. Tapi aku tidak bisa membiarkanmu menangis seperti ini." 

"Pergilah! Jangan pedulikan aku!" teriakmu, yang sebenarnya dari dalam lubuk hatimu kau berkata, "jangan pergi!"

Jimin mulai melangkah mundur. Lalu dia berbalik badan dan melangkahkan kakinya dari ambang pintumu. Kau hanya memandanginya dengan menahan isakan-isakan tangismu. Kemudian dia terhenti.

"Hmm, aku masih meninggalkan sesuatu disini."

Kau hanya terdiam, menunduk, tidak mampu lagi menatapnya.

"Hatiku masih tertinggal disini, dan aku tidak mau mengambilnya. Ambillah saja, y/n-ah. Hanya kau yang berhak memilikinya."

Jimin tiba-tiba menyambar tubuhmu. Memelukmu erat. Terdengar isakan kecil dari mulutnya meskipun dia telah menahannya. Kalian berdua sama-sama terluka. Kau pun membalas pelukannya dalam tangisan.

"Katakan saja apa yang sesungguhnya membuatmu ingin menjauhiku, y/n."

"Aku akan berjanji memperbaikinya. Dan aku harap kita bisa kembali seperti dulu lagi."

THE END

By Xenon

Bangtan Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang