Sabtu sore ini kau memutuskan untuk belajar, berkencan dengan buku. Meski ujian masih akan berlangsung pada hari Selasa. Bagaimana tidak, kau tidak ada pilihan lain untuk kegiatan akhir pekan ini karena orang tuamu sedang ada urusan ke luar kota dan kekasihmu--Jeon Jungkook juga masih berada di Seoul, jarang sekali mendapatkan libur kerjanya, apalagi di saat sibuk mempersiapkan comeback albumnya.
Cuaca di luar yang dingin dan gerimis sangat mendukung untuk mendekam di dalam kamar. Meringkuk di dalam selimut sambil membaca buku tebal yang setara dengan sepatu heelsmu yang paling tinggi bila diukur dengan penggaris. Sesekali kau memutar lagu-lagu melow saat kau agak mulai bosan.
"Jungkook.. I miss you.." tanpa sadar tiba-tiba terucap kalimat itu dari mulutmu.
Yang ada di pikiranmu saat ini adalah apa yang dilakukan oleh kekasihmu. Sejak terakhir kali ia menghubungimu tiga hari yang lalu. Ia meminta untuk tidak dihubungi bila bukan ia yang mendahuluinya. Karena dia benar-benar sibuk dan tidak ingin mengganggu ujianmu. Tapi itu malah menjadi pengganggu pikiranmu saat ini.
Terakhir bertemu dengannya adalah sebulan yang lalu di saat kau sedang sakit dan harus dirawat inap.'Apakah harus sakit dulu untuk bisa bertemu dengannya?' pikirmu dalam hati.
Tiba-tiba ponselmu berdering, sebuah pesan masuk.
"Chagiyaa.. naega bogosipheo jugetso.."
Diikuti dengan emoticon ciumnya yang membuatmu membayangkan bibir tipisnya yang merangsang itu. Pesan tersebut berasal dari seseorang yang kau sebut Mr. Jeon dalam kontakmu.
"I miss you so bad, my lovely Jeon. Kapan kita bisa bertemu?" Balasmu dengan emoticon sad face.
Dalam hitungan detik ia membalas,
"Sekarang.""Kau selalu saja becanda, aku sudah tidak bisa kau bohongi dengan leluconmu itu." Balasmu sedikit kesal.
"Apakah aku benar-benar tidak bisa meyakinkanmu?"
"Kau dengar itu?" Balasnya setelah bel pintu rumahmu berbunyi beberapa kali.
Kau langsung berlari menuruni tangga, menuju ke pintu depan. Membuka kunci pintu dengan jantung berdebar.
Dan..
Jungkook telah menjejakkan kakinya di beranda rumahmu. Membentangkan kedua tangannya berharap kau memeluknya.
"Wae...??? Kenapa kau diam saja? Aku sudah jauh-jauh dari Seoul ke Busan dan kau hanya berdiri di situ memandangiku seperti orang asing."
Kau langsung berlari seolah menerkam Jungkook. Memeluk erat tubuhnya yang semakin kekar.
"Dasar kau.. sejak kapan kau pandai berbicara? Huh?" Kau mencubit punggungnya hingga membuat Jungkook terkejut lalu ia terkekeh memperlihatkan gigi kelincinya yang lucu.
"Sejak aku mengenalmu, karena kau sering mengomeliku."
"Apa itu membuatmu menyesal mengenalku?" Tanyamu menyelidik seraya melepaskan pelukannya.
"Aniyaa, malah aku selalu kangen dengan omelanmu itu, hehehe.." ujarnya.
"Hmm ke mana eomma dan appa-mu?"
"Mereka sedang ke Ulsan, katanya ada urusan sebentar, sehari saja." Jawabmu sambil memasukkan Jungkook ke dalam ruang tamu.
"Ah, kau pasti belum makan kan? Ayo kita makan malam, meskipun ini masih terlalu awal untuk makan.." lanjutnya.
"Apa kau sudah lapar? Kau tidak diet?"
"Untuk apa diet saat libur? Dietku juga harus libur sejenak. Aku sudah lapar, ayo!" Ajak Jungkook dengan semangat.
"Wait a moment, Chagi.. aku akan mengganti pakaian."
Jungkook menyuruhmu untuk bergegas, berganti pakaian yang pernah diberikan oleh Jungkook. Kau merapikan dirimu dan berdandan simple.
Jungkook membawamu ke sebuah restoran yang cukup mewah di daerah Busan. Sesampainya di dalam, kalian disambut dengan hangat oleh waiters yang berpakaian rapi dan tampan, kemudian dipersilahkan duduk di meja agak pojok.
Kau telah berada di hadapan Jungkook. Ia menatapmu dalam, kau menjadi tersipu. Tangannya meraih tanganmu dan menggenggamnya.
"Kau sangat cantik malam ini. Kau selalu cantik. Aku ingin kau selalu berada di sisiku." Tuturnya sambil mengusap-usap punggung tanganmu. Senyuman imut Jungkook terbit dari wajahnya di kala itu.
"Aku merasakan hal yang sama. Aku selalu merindukanmu." Balasmu.
Tiba-tiba listrik di restoran tersebut mendadak mati. Beberapa tamu pun terkejut dan mulai membuat keriuhan. Kau pun sangat terkejut. Mengingat dirimu sangat takut pada kegelapan, Jungkook langsung menenangkanmu. Ia berlari ke arahmu dan memelukmu.
"Jungkook.. aku takut.."
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Kegelapan ini tidak akan berlangsung lama. Kau jangan khawatir, ada aku yang berada di sisimu." Kau sudah sedikit tenang dalam pelukannya.
Seseorang menginstruksikan kalian untuk pindah tempat karena di dekat meja yang kau duduki terdapat MCB atau Miniature Circuit Breaker untuk mengecek padamnya listrik tersebut. Jungkook membimbingmu berjalan pelan entah kemana, kau hanya bisa berpasrah pada Jungkook.
Kau merasa berjalan sedikit lama, beberapa langkah dari tempatmu semula.
"Jungkook, kita kemana?" Kau mulai khawatir karena berjalan seperti orang buta dan tidak tahu arah.
"Entahlah, waiters tadi menyuruhku kemari. Aku tidak tahu ini di mana. Oh.. sepertinya itu toilet. Sebentar, kau tunggu di sini. Aku akan kembali lagi. Aku ke toilet sebentar." Jungkook pergi meninggalkanmu sendirian, kau tetap berdiri di tempat dan takut bergerak.
Tiba-tiba suara gemerisik muncul di sekitarmu. Sebuah lampion berbentuk hati berwarna merah menyala, diikuti lampion dengan bentuk yang sama dan warna lain menyala berurutan di sebelahnya sehingga tampak lampu tersebut tergantung mengitari seisi ruangan. Lalu muncullah sebuah boneka kelinci besar berwarna putih di hadapanmu. Bergerak-gerak dalam temaram, membuatmu terkejut lantaran setelah mengalihkan pandangan ke tiap sudut ruang.
"Happy birthday!!!" Seru seseorang di balik boneka tersebut. Suara yang tidak asing, siapa lagi kalau bukan kekasihmu.
"Mianhae, aku merayakan ulang tahunmu telat sehari. Aku baru bisa pulang hari ini, tapi tidak pernah melupakan hari penting itu." Ucapnya sambil memelukmu.
"It doesn't matter, Jeon. Aku sudah bahagia kau bisa menemaniku sekarang."
Dari balik punggungnya, Jungkook menyodorkan seikat mawar merah padamu. Kau menerimanya, lalu ia mencium bibirmu sekejap.
Dalam hitungan detik, lampu bertuliskan ' Will you marry me? ' menyala di tembok seberangmu. Kemudian lilin-lilin kecil menyala di meja-meja tamu yang ternyata telah dipenuhi oleh orang-orang dekatmu dan Jungkook, tak ketinggalan pula orang tuamu dan orang tua Jungkook telah hadir dalam satu meja.
Kau sungguh terperangah seakan tidak percaya bahwa semua ini terjadi. Kau tidak bisa menahan air mata harumu. Apalagi ketika kau melihat Jungkook berlutut di hadapanmu, menyodorkan sebuah cincin cantik.
"Maukah kau menikah denganku?" Jungkook bertanya sambil mencium punggung tanganmu.
"Oh my god.. mimpi apa aku semalam?" Ujarmu sambil menutupi mulutmu.
"Jadi..??" Jungkook bertanya kembali.
"Of course, I will.." jawabmu sambil mengusap air matamu.
Jungkook berdiri di hadapanmu setelah menyematkan cincin ke jari manismu, lalu memandangmu dalam. Sorak-sorai tamu undangan dengan tepukan tangan meriahnya, mendorongmu dan Jungkook untuk mengikis jarak kalian. Pada akhirnya bibir kalian bertemu, menyatu padu. Alunan musik romantis dari piano dan taburan mahkota bunga mawar dari lantai atas, mengiringi percumbuan kalian malam ini. Kebahagiaan kini menyelimuti hati dan harimu.
THE END
Haloo.. yang lagi bayangin oppa-oppa ganteng ini, jangan lupa vote dan komentarnya yaa..
kalo ada saran atau masukan silahkan komen deh gak usah sungkan yaa..
Biar Xenon lebih semangat nulisnya.. okay???By Xenon 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..