Kau menatap ke layar ponsel dengan serius. Menggulirkan percakapanmu dengan kekasihmu, Min Yoongi. Membaca sekali lagi isi chattingmu dengannya. Kau takut kalau-kalau melakukan kesalahan lagi seperti yang dulu, mengajaknya bertemu atau meneleponnya di saat ia sedang sibuk berlatih. Kau takut ia marah lagi seperti saat itu. Kemarahannya yang benar-benar tidak terduga dan sangat menakutkan. Sehingga kau sangat berhati-hati dalam mengambil langkah. Kau ingin mengajaknya berkencan karena sudah lama sekali hampir lima bulan ini kau tidak pernah bisa mendapatkan waktu luang darinya meskipun kau telah mengorbankan waktu kuliahmu, membolos kuliah hanya untuk sekedar bertemu dengan kekasihmu. Namun perjuanganmu adalah suatu hal yang sia-sia karena Yoongi yang membatalkan.
Kau membaca chat sebelumnya, rupanya ia pernah memberikan janji padamu untuk bertemu sebentar di coffe shop. Kau akhirnya memutuskan untuk berani mengingatkannya kembali.
"Sebentar, aku masih sibuk. Nanti aku kabari lagi."
Itulah jawaban pesan dari Yoongi. Tidak pernah ia memberikan penjelasan yang panjang atau hanya sekedar berbasa-basi. Meskipun itu denganmu yang menyandang status sebagai kekasihnya, tapi sikap dinginnya tetap diterapkannya padamu. Namun itu tidak menjadi masalah bagimu karena kau sudah bisa menerima apa yang ada pada dirinya.
Ponselmu berdering, terpampang jelas di layar fotomu bersama Yoongi saat kau berlibur ke Jepang tahun lalu. Dengan segera kau mengangkat telepon dari namja tercintamu itu.
"Yeoboseo." Suara berat seorang namja di seberang sana menyapamu.
"Mianhae, aku lupa kalau telah berjanji padamu untuk menemuimu. Kita bertemu di tempat biasa jam 3 sore. Sampai jumpa."
Belum sempat kau menanyakan hal lain padanya, ia segera menutup panggilannya. Beruntung kau sedang longgar dan tidak ada kesibukan pada waktu yang dijanjikannya. Sehingga tidak akan ada penolakan darimu untuk memenuhi ajakannya itu. Meskipun dalam hati kecilmu selalu bertanya-tanya mengapa kian waktu perlakuan Yoongi padamu semakin berubah, sikapnya semakin acuh tak acuh padamu. Namun semua pemikiran itu kau tepis dengan prasangkamu bahwa Yoongi saat ini sedang naik daun, sehingga kesibukannya sebagai seorang bintang semakin banyak dan semakin padat jadwalnya. Jadi kau selalu berusaha meredam semua keegoisanmu dan prasangka buruk terhadapnya.
Di pojokan coffe shop yang berada di taman kota terlihat seorang namja telah duduk sambil memandangi layar ponselnya. Berbalut jaket hitam tebal, beanie, serta masker hitam. Sehingga tiada seorangpun yang menyadari keberadaan seorang idol yang sangat populer itu. Dengan segera kau menghampirinya, mengambil kursi di seberangnya.
"Hai, bagaimana kabarmu? Kau semakin sibuk?" Sapamu, membuat konsentrasinya pada layar ponsel buyar.
"Hmm.. hai, aku baik. Aku harap kau juga baik. Ne, aku masih sibuk sekali. Dan ini aku sedang meluangkan waktu untuk memenuhi janjiku padamu." Jelasnya yang membuat hatimu terusik sesak.
Dalam batinmu kau berbisik, "Mengapa pertemuan dengannya sekarang menjadi hal yang canggung? Bahkan kabarnya pun kami baru saling menanyakan ketika bertemu. Lalu apakah Yoongi merasa bahwa bertemu denganku hanyalah sebuah keterpaksaan saja? Hanya sebuah kewajiban untuk memenuhi janji dan bukanlah kebutuhannya sendiri?"
Ia yang kau perhatikan sedari tadi baru saja selesai memesankan dua minuman panas ke pelayan. Kemudian ia membalas tatapan kegundahanmu dengan pandangan sambil lalunya.
"Yoongi, aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Kau menguatkan hatimu untuk memulai perbincangan.
"Ne, tanyakan saja. Akan aku jawab selagi aku mampu." Jawabnya enteng tanpa beban.
"Sebenarnya.. apa yang membuatmu sulit untuk aku jangkau akhir-akhir ini? Aku sangat kesulitan untuk menghubungimu, apalagi menemuimu."
"Aku merasa bahwa di antara kita sekarang terdapat jarak yang teramat jauh. Kau sudah benar-benar terlepas dari genggamanku." Lanjutmu perlahan meluapkan segenap emosi yang terpendam.
Yoongi hanya terdiam menatap meja yang membisu seolah masih berpikir apa yang harus ia katakan. Kalian berdua tinggal dalam diam selama beberapa menit. Kemudian Yoongi baru angkat bicara setelah menghela napas dalam. Membuat kau berpikiran yang tidak-tidak.
"Kau tahu. Perjuanganku untuk meraih semua ini tidaklah mudah, kan? Dan aku ingin mempertahankan segala apa yang telah aku capai."
"Ya, kau memang sangat berambisi untuk bisa menaklukan dunia. Aku tahu itu. Aku paham betul apa yang menjadi impianmu selama ini. Tapi, apakah aku tidak bisa menjadi salah satu prioritas dalam hidupmu seperti sebelum kau terkenal?"
"Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" Yoongi berbisik pelan padamu.
"Aku hanya ingin kau menganggapku ada. Kau menganggapku sebagai kekasihmu. Bukan fans-mu."
"Jika itu yang kau mau. Kau meminta aku untuk meluangkan waktu bersamamu setiap waktu. Aku tidak bisa. Maaf."
"Aku tidak bisa menjadi seperti yang kau inginkan." Jawabnya lesu.
"Jika itu akan menyakitimu, maka mulai saat ini, jangan lagi memikirkan aku. Jangan merindukan aku lagi, karena itu hanya akan menyakitimu."
"Apa maksudmu?" Kau bertanya dengan suara terbata-bata.
"Kita akhiri saja hubungan ini. Kau tidak bisa menerimaku seperti ini. Aku pun tidak sanggup memenuhi permintaanmu. Jadi, kita harus berjalan di jalan masing-masing."
"Kau pasti akan menemukan penggantiku yang akan selalu ada di sampingmu."
Min Yoongi tak sedikit pun menatapmu saat ia mengatakan hal yang mengiris hatimu itu. Di balik tatapannya menyimpan banyak air mata yang sudah ia bendung sekuat mungkin. Pipimu sendiri sudah basah dan hangat. Sesak napasmu setelah mendengar perkataan Yoongi.
"Maafkan aku yang telah membuang waktumu selama tiga tahun ini. Waktumu terbuang sia-sia karena telah menunggu orang yang tidak berani memberikan kepastian ini."
"Aku juga mengucapkan terima kasih atas kenangan indah yang kau beri padaku. Dan soal mimpi-mimpi kita yang belum tercapai itu, semoga kau bisa menemuinya di lain hari tanpaku."
"Aku pergi dulu. Selamat tinggal, Y/n-ah."
Kau tidak memberikan jawaban apapun. Yang bisa kau lakukan hanya mematung di tempat duduk dan membiarkan air matamu terus menerus menggenangi wajah murammu. Kemudian membiarkan Yoongi beranjak dari hadapanmu. Berjalan memunggungimu hingga sosoknya menghilang dari pandangan matamu. Semoga itu berlaku juga bagi mata hatimu.
THE END
By Xenon
🙋🙋🙋🙋🙋
Untuk awal kata, Xenon ucapkan thanks a lot buat kalian temen-temen pembaca Xenon yang udah ngevote dan komen di imagine yang ala kadarnya ini... 😊
Untuk akhir kata, jangan terlalu dimasukkan hati cerita ini. Jangan terlalu dihayati. Hehe
Xenon gak mau tanggung jawab kalo terjadi apa-apa 😪
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..