Semburat jingga kemerah-merahan menghiasi langit senja yang menerobos hingga ke celah-celah tirai putih jendela apartemenmu. Kau dengan ceria dan semangat membereskan seluruh sudut ruang apartemenmu, menghiasinya dengan lilin-lilin aromaterapi dan bunga-bunga. Kau menata sedemikian rupa memeriksa satu per satu item hiasan yang sudah kau tulis dalam daftar sebelumnya, memastikan apakah sudah terpasang semuanya.
Lalu tak lupa kau menyajikan beberapa makanan yang telah kau siapkan sedari siang tadi. Kau bergelut dengan bahan-bahan masakan di dapur, bermodalkan resep-resep dari hasil browsingmu, hingga membuat kulit mulusmu terkena beberapa luka bakar akibat percikan minyak panas dan tak sengaja bersentuhan dengan panci panas.
Kau melakukan itu semua demi hari istimewamu dengan Namjoon, pria yang telah menikahimu genap setahun. Tepat hari inilah perayaan anniversarymu bersamanya. Namjoon-mu yang masih berada di kantor, rencananya akan kau beri kejutan spesial sore ini. Kau menunggu kedatangannya sembari merapikan kembali dandananmu. Kau berkali-kali melihat ke cermin, apakah dress maroon-mu sudah rapi atau belum, serta tatanan rambutmu sudah benar dan wangi atau belum.
Pukul 16.00 telah berlalu, dan belum juga ada tanda-tanda kedatangannya. Padahal biasanya Namjoon pulang sekitar jam itu.
Hingga menginjak pukul 17.00, kau masih saja menunggunya. Makanan yang tadinya panas, kini menjadi dingin. Mulai gelisah, kau melihat handphonemu dan mematikan mode penerbangan yang tadinya kau nyalakan, karena awalnya kau ingin membuat Namjoon khawatir padamu, namun yang ada akhirnya kau mengkhawatirkannya.Kau mendengus kesal, tidak biasanya Namjoon pulang terlambat tanpa kabar. Kau mulai berpikir yang tidak-tidak. Lalu kau putuskan untuk menelponnya, meskipun kau tahu kau melanggar janjimu bahwa selama ia bekerja, kau tidak akan mau menghubunginya kalau bukan suatu hal yang mendesak.
Kau menelponnya, namun yang ada hanyalah suara seorang wanita berbicara formal yang menjengkelkan. Panggilan dialihkan!
Kau semakin khawatir, cemas, dan panik. Ada apa sebenarnya yang terjadi pada Namjoon.Kau mencoba untuk tenang, ambil napas dalam, karena pada dasarnya kau memang mudah panik dan gelisah, dan tidak jarang kau sering stres karena hal sepele. Kau berjalan mondar-mandir di depan pintu ke arah balkon, sebentar-sebentar kau mengintip jendela di balik tirai, berharap ada penampakan suami tercintamu muncul.
Drrrt drrrt..
Tiba-tiba handphonemu di atas meja makan bergetar. Kau dengan cepat menyambarnya. Kau melihat ada pesan masuk, yang datang dari suamimu, dan akhirnya sedikit menenangkanmu.
"Babe, maafkan aku pulang sedikit terlambat, karena ada meeting mendadak, dan harus bertemu klien sekarang. Tunggu aku, sebentar lagi aku pulang. Muuuaach, (emot kiss)."
"Aaah, kau ini. Bikin aku jantungan, Namjoon Oppa!" gumammu kesal sambil menghentakkan kaki.
Beberapa saat setelahnya, kau memanaskan masakanmu dan menyiapkannya kembali. Hingga terdengar suara pintu apartemen terbuka.
"Maafkan aku, Sayang. Aku datang terlambat."
Saat Namjoon membuka pintu, keadaan seluruh ruang apartemen redup, karena hanya cahaya lilin-lilin yang menerangi. Lalu kau mengejutkannya dengan memberikan kecupan hangat di bibirnya dan kau memeluknya erat.
"Happy anniversary, Oppa."
"Happy anniversary, Chagi" balas Namjoon.Kau menyeretnya ke ruang makan. Lalu melepaskan dasinya serta jas yang ia kenakan tanpa banyak bertanya dan bicara padanya.
"Aah, wait, wait.. Uhm, jangan kau lepas pakaianku, Sayang."
Namjoon membenarkan kembali jas dan dasinya."Wae? Kau kan sudah pulang. Ayo kita makan malam, aku sudah membuatkanmu masakan sedemikian rupa dan menghias seisi ruang apartemen ini hanya untuk merayakan anniversary setahun pernikahan kita."
"Nee, mianhae. Aku memang belum bilang, dan ini sangat mendadak. Aku mendapat tugas ke Amerika untuk melakukan perjalanan bisnis selama dua minggu. Dan aku harus berangkat malam ini juga. Karena klien perusahaan sudah menunggu. Jadi aku pulang hanya untuk berkemas, mengambil barang-barang yang aku perlukan. So, I'm sorry babe, from my deepest heart."
Namjoon menarik tubuhmu dan memelukmu erat.
Perasaan kecewa sangat mengganjal hatimu, semakin berat, hingga tiada kata yang terlontar dari bibirmu. Hanya air mata yang mewakili perasaanmu saat ini, mengalir perlahan dan terasa hangat di pipimu. Kau memang kecewa berat, tapi kau tidak bisa marah padanya. Padahal sebenarnya kau berencana memberitahu Namjoon tentang kehamilanmu yang menginjak usia dua bulan ini saat makan malam berlangsung. Tapi semua gagal.
Namjoon sangat mengerti bagaimana perasaanmu. Ia mendekapmu lama, lalu menatap wajahmu yang masih basah karena air matamu. Dengan lembut ia mengelapnya. Lalu kedua tangannya membelai lembut pipi dan rambutmu."Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa mengatur waktu semauku sendiri. Kau juga tahu itu kan? Aku harap kau mengerti keadaanku dan posisiku saat ini."
"Nee, Oppa. Aku akan kuat dan berusaha mengerti." Kau berusaha untuk tersenyum di hadapannya.
"Gomawo, Chagi. Eh aku punya sesuatu untukmu. Aku sudah mencari-cari model yang sesuai untukmu. Sampai-sampai aku bertanya pada rekan-rekan kerja wanita sekantor, model apa yang paling cocok untuk istri cantikku ini."
"Kau jangan menangis lagi, ya?" lanjutnya sambil memakaikan ke lehermu sebuah kalung putih berliontin berlian kecil yang sangat manis.
"Gomawo, Oppa. Aku sangat menyukainya."
"Oppa, aku juga punya sesuatu untukmu." lanjutmu.
"Apa itu?"
"Namjoon kecil ada dalam perutku." kau berbisik padanya tepat di sebelah telinganya.
"Really?"
"Of course!"
"Dia berusia dua bulan, Oppa."
"Jaga malaikat kecil kita, Sayang."
Namjoon langsung mengecup bibirmu, melumatnya dan mendekap tubuhmu. Kau memeluk lehernya. Seketika itu Namjoon melupakan tugas ke luar negerinya dan menggendongmu ke kamar.THE END
By Xenon
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanficBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..