Lanjutan..
Gelap gulita. Kau perlahan membuka mata dan mengerjapkannya supaya pandangan matamu menjadi terang kembali namun ternyata tiada hasil. Rupanya hari sudah gelap, dan tidak terasa seharian ini hidupmu penuh dengan perjalanan yang terasa singkat namun dapat mengubah kehidupanmu 180 derajat.
Kau merasa pusing, terombang-ambing, dan rasa mual sudah berada di kerongkongan. Kau berusaha bangun dari posisi tidurmu. Melihat keadaan sekitar. Kau di dalam kabin kecil seperti sebuah kamar, tapi sangat sempit dan sederhana. Kau menduga tempat di mana kau menjejakkan kakimu saat ini adalah sebuah kapal.
Kau mencoba membuka pintu kabin, ternyata tidak dikunci. Kau melongok ke arah luar, sepi. Lorong-lorong sempit dan minim penerangan sedikit membuatmu bergidik, tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia lainnya. Kau berjalan menuju ke arah dek kapal. Kemudian sebuah suara yang tidak asing bagimu menyapamu dengan hangat.
"Selamat malam, Nona Y/n. Rupanya kau sudah bangun. Aku senang kau akhirnya bisa bersama dengan kami."
Suara tersebut muncul dari belakangmu. Menggema dalam pendengaranmu.
"Pasti dia adalah komplotan atau polisi yang berhasil membunuh Jimin." Pikirmu sebelum menoleh ke pemilik suara itu.
Kau memutar tubuh dan pandanganmu ke belakang. Dari kegelapan lorong seseorang itu mendekatimu perlahan. Kau pun semakin menghindarinya dengan berjalan mundur selangkah demi selangkah. Kemudian baru tampaklah wajah sejatinya orang tersebut. Dia adalah salah satu pria yang tadi pagi memburu kau dan Jimin saat berada di hotel. Pria dengan wajah oriental, tapi logat bicaranya sedikit aneh, tidak seperti orang Korea. Kau tersentak kaget dengan apa yang kau hadapi. Kau tidak ingin bernasib sama dengan Jimin yang malang itu. Menurutmu Jimin hanyalah korban yang dimanfaatkan oleh komplotan mafia bengis sehingga ia dijadikan kambing hitam dan sebagai target buruan pihak kepolisian. Karena kau yakin Jimin adalah orang yang baik. Tidak mungkin ia akan berbuat jahat tanpa ada tekanan dari orang lain.
"Siapa kau?" Tanyamu dengan nada ketakutan yang tak bisa disembunyikan.
"Aku hanya ingin membantu agar kau terbebas dari bahaya yang mengancam nyawamu." Jawabnya yang sama sekali tidak menjawab pertanyaanmu.
"Lalu bagaimana dengan upayamu mencariku di hotel itu? Bagaimana kau bisa tahu keberadaanku di situ?" Pria itu tertawa mendengar pertanyaanmu.
"Aku telah memberikan penjelasan padamu. Apakah aku harus mengulanginya lagi?"
"Dasar pria menyebalkan." Pikirmu dalam hati.
"Aku Stevan Chen. Aku bekerja untuk interpol. Jadi kau tidak usah khawatir dan meragukanku. Keselamatanmu akan lebih terjamin jika bersama kami." Tuturnya sembari menunjukkan lencana kepolisiannya.
"Berarti orang-orang yang memburu kekasihku itu adalah dari pihak kepolisian?"
"Bukan. Mereka adalah komplotan organisasi yang selama ini diburu oleh kepolisian internasional. Mereka melakukan perdagangan ilegal. Seperti perdagangan narkoba, senjata api ilegal, dan baru-baru ini mereka berencana akan melancarkan perdagangan organ tubuh manusia. Mereka memperoleh persediaan organ tubuh dari upaya penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh mereka sendiri. Perdagangan ilegal yang mereka lakukan tidak mudah dilacak. Mereka pun membuat situs perdagangan mereka hanya di dark net, yang tidak sembarang orang bisa masuk ke dalamnya. Mereka juga mempunyai hacker yang handal yang ditugaskan untuk menjaga dan memastikan agar sistem yang mereka buat tidak mudah diretas oleh siapapun."
"Lalu, mengapa Jimin diburu oleh mereka?" Kau semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pria kesayanganmu itu.
"Wolvier? Atau W-0-l-v-1-3-r? Atau nama asli Park Jimin? Dialah hacker yang handal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..