IMAGINE JIMIN x YOU

2.9K 245 35
                                    





"Kau mau pergi kemana?" Tiada jawaban darinya. Hanya hening.

"Hei, dengarkan aku! Kau mau pergi kemana?!" Kau menyentak berharap dia berhenti dan menjawabmu.

"Entahlah, aku harus pergi dari sini." Jawabnya dingin tanpa menolehmu ke belakang.

"Aku ikut denganmu."

"Tidak. Kau di sini saja. Tunggu aku, bila aku kembali." Ia melanjutkan langkahnya kembali.

"Mwo? Apa yang kau katakan? Kau ingin meninggalkanku?"

Ia pergi tanpa menghiraukanmu, bahkan mempercepat langkahnya sembari berlari kecil. Kemudian kekasihmu menghilang dalam kegelapan. Kau terisak dalam hati. Mencoba untuk menguatkan dirimu sendiri tapi hasilnya nihil. Kau tetap menangis.


"Hei, Chagi. Kenapa kau? Apa yang terjadi padamu?" Jimin mengguncang tubuhmu pelan. Mengusap keringat di dahimu.

Kau membuka matamu perlahan. Mencoba untuk mengontrol napasmu yang memburu dan tidak beraturan iramanya. Jimin membangunkan tubuhmu dan memberimu segelas air putih.

Kau menerima dan meneguknya sejenak. Kemudian memeluk erat tubuh Jimin yang sedang duduk di hadapanmu.

"Wae, Chagi? Kau mimpi buruk ya?"

Kau hanya mengangguk sambil tetap memeluknya erat. Jimin pun membalas pelukan eratmu. Mengelus punggung serta rambutmu dengan lembut sehingga mampu mengembalikan rasa nyamanmu.

"Aku bermimpi. Kau ingin meninggalkanku. Sendiri di tempat gelap. Aku benci itu!"

Kau mulai membuka suara, bercerita. Kau berharap agar mendapatkan simpati dari Jimin, namun ia hanya tertawa ringan menanggapi cerita yang dianggapnya konyol itu.

"Y/n-ah, itu hanya mimpi. Mimpi hanya bunga tidur. Jangan terlalu dimasukkan hati." Ujarnya sambil mengelus kepalamu.

"Aku takut kau akan meninggalkanku. Kau bilang kau akan pergi dan menyuruhku untuk tetap tinggal. Tapi tidak ada kepastian kau akan kembali." Kau kembali terisak.

Jimin kembali memelukmu erat. Ia menciumi keningmu sembari menidurkanmu kembali ke ranjang empuk. Kau merasa sangat nyaman berada dalam dekapannya.

"Aku tidak akan bisa meninggalkanmu begitu saja. Percayalah. Aku sangat mencintaimu. Dan jangan pernah meragukan itu."

"Aku tidak meragukanmu. Tapi kau percaya adanya takdir, kan? Terkadang aku takut akan takdir yang akan terjadi pada kita."

"Sudahlah. Biarkan waktu menjawabnya. Yang penting sekarang kau berada dalam pelukanku. Benar, kan?"

Kau telah menjalin hubungan dengan namja terkasihmu itu baru setahun ini. Kau mencintai namja yang tidak memiliki orang tua ataupun keluarga itu. Kau mengenalnya semenjak ia menyelamatkanmu dari usaha penculik yang ingin memanfaatkanmu untuk memeras orang tuamu. Meskipun kau tidak begitu mengerti dari mana asal usul namja tampan itu. Yang kau tahu hanyalah kau mengagumi dan mencintai dirinya, sementara kedua orang tuamu tidak pernah mengetahui hal itu.

Kau tidak mengetahui latar belakang kehidupan Jimin yang sesungguhnya. Karena jika kau mengungkit masalah pribadinya, ia akan segera mengalihkan pembicaraan atau bahkan terkadang membungkam mulutmu dengan bibir sensualnya itu. Jadi hingga saat ini kau masih belum tahu mengenai keluarganya. Bahkan kau pun belum tahu tentang pekerjaannya yang sebenarnya. Ia seringkali berpindah-pindah pekerjaan, menjadi pramusaji di sebuah restoran, menjadi kasir sebuah minimarket, dan bahkan menjadi penjaga toko buku.

Jimin adalah seorang pria yang tidak pernah lepas dari komputer. Baginya, komputer ataupun sejenisnya adalah bagian dari kehidupannya. Bahkan di saat kencan denganmu, ia masih menyempatkan membuka laptopnya. Tapi ia tidak pernah memberitahumu mengenai kesibukan apa yang dilakukannya dengan laptop. Hal tersebut mampu memupuk rasa penasaranmu. Terkadang terlintas dalam benakmu untuk memeriksa isi laptopnya di saat ia lengah. Namun kemungkinan itu hanyalah hal yang mustahil. Ia selalu menjaga benda berharganya tersebut dari jangkauan siapapun termasuk dirimu.

Bangtan Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang