"A-aww.. benar-benar sakit."
Kau merintih sendiri sambil memegangi perutmu. Nyeri haidmu tidak bisa diajak kompromi dan sangat mengganggu, tidak tahu situasi dan kondisi. Kau susah payah melawan rasa sakitmu, karena sebentar lagi adalah saatnya untuk boarding pesawat.
Namun sakit yang kau rasakan semakin menjadi, dan tak tertahankan lagi, hingga akhirnya kau memutuskan untuk pergi keluar dari boarding lounge dan mencari obat pereda nyeri haid ke minimarket terdekat.
"Kurang lima belas menit, tidak apalah kalau aku tinggal sebentar." Gumammu dalam hati sambil melirik jam digital yang menempel di dinding ruang tunggu.
Kau menitipkan ransel pada teman-temanmu dan berangkat sendiri mencari minimarket. Hanya ponsel, dompet dan boarding pass yang kau bawa, hal itu agar mempercepat proses saat security check yang terkadang harus mengantre lama dan memakan waktu banyak.
Kau menengok kanan kiri, berharap menemui minimarket. Lalu kau bertanya pada petugas di sekitar situ. Ternyata minimarketnya masih cukup jauh, tapi rasa sakitmu sudah benar-benar tidak bisa ditahan lagi. Jadi satu-satunya cara adalah berjalan cepat menuju minimarket tersebut.
Sambil meringis kesakitan, kau bernapas lega karena telah mendapatkan obat tersebut dan langsung meneguknya. Meskipun rasa nyeri itu belum hilang sekejap, namun sugestimu berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah mengkonsumsi obat tersebut.
"Hmm.. kurang tujuh menit, waktu yang cukup untuk kembali ke boarding lounge tanpa harus terlambat." Gumammu sembari menatap jam ponselmu.
Sambil berjalan pelan, kau keluar dari minimarket itu. Tiba-tiba saja dari belakang seseorang bertubuh tinggi besar menabrakmu, hingga tubuhmu terjungkal ke depan. Ponselmu terlempar jauh di depanmu. Kau khawatir kalau-kalau seseorang menginjaknya, karena situasi saat ini benar-benar cukup padat. Mungkin karena sekarang jadwal kedatangan penumpang dari luar negeri. Banyak sekali orang asing berlalu lalang.
"Aa-aaww.. lututku.." kau meringis kesakitan. Kau benar-benar mengutuk seseorang yang telah menabrakmu tadi, ia tidak menolongmu bahkan tidak juga meminta maaf.
"Belum hilang nyeri di perut, sekarang malah ditambah sakit lutut, huh!" Kau menggerutu dalam keluhan.
"Dasar, orang tidak bertanggung jawab!!" Kau mengumpat kesal, namun kemudian seseorang datang membantumu berdiri.
"Are you ok?" Suara berat itu menyapamu. Tangan kekarnya masih memegangi lenganmu.
Kau menatap wajah namja itu, dia mengenakan masker, sehingga yang tampak hanyalah mata indahnya saja.
"Aah.. terima kasih, aku baik-baik saja." Ucapmu sambil memegangi lututmu yang sakit.
"Tapi kau tidak tampak baik-baik saja. Eh iya, ini ponselmu yang terjatuh. Sepertinya tidak ada yang lecet." Ia menyodorkan ponselmu.
"Terimakasih." Kau mendapatkan ponselmu kembali, beruntung karena ponselmu tidak rusak.
"Kau seorang ARMY, ya?" Tiba-tiba ia menanyakan hal itu.
"Eh.. benar sekali, dari mana kau tahu?"
"Ponselmu." Ia menunjuk ponsel yang sedang kau genggam. Mungkin karena dia melihat wallpaper yang kau pasang saat ini, foto V BTS.
Ia menarikmu ke tepi keramaian.
"Jangan banyak bicara, lihat aku.." kemudian dia membukakan maskernya. Dan sangat mengejutkan sekali."Omo! Ta - Taehyung! Bagaimana bisa?!" Kau histeris sambil menutup mulutmu, tidak percaya dengan ini.
"Ssst.. jangan berisik." Dia berbisik sambil menempelkan telunjuk ke bibirnya.
"Yaa, ini bandara. Bukan rumahmu. Tapi kau salah satu ARMY yang beruntung hari ini." Dia mengenakan kembali maskernya.
"Ooh.. mianhae, aku akhir-akhir ini sibuk sekali, jadi jarang menstalking kesibukan BTS. Aku tidak tahu kalau kau ada perlu di bandara."
"Tidak perlu meminta maaf."
Taehyung yang baru saja keluar dari toilet, tidak sengaja menyandung ponselmu. Lalu ia menemukanmu yang telah terjatuh di sekitarnya, sehingga dia langsung menghampirimu. Taehyung tidak berada dalam penjagaan, karena ia sedang ingin ke toilet sendirian, tanpa ditemani oleh siapapun.
Kau masih tercengang, tidak percaya. Terpukau akan ketampanannya yang benar-benar seperti malaikat yang jatuh ke bumi. Lebih tampan dari foto-foto dan video-videonya yang selama ini kau lihat.
"Bisakah kita berfoto?" Kau menatapnya dengan penuh kekaguman. Bahkan rasanya kau sulit untuk berkata-kata.
"Boleh, sebentar saja ya." Ia mengambil ponselmu, kemudian ia bingung dengan nomor pin ponselmu.
"Ehm, nomor pinnya 1230. Artinya Desember tanggal 30." Paparmu.
"Mwo? Tanggal lahirku?" Tanyanya.
"Lebih tepatnya, calon suamiku." Kau mengangguk mengiyakan.
Taehyung hanya tertawa mendengarmu. Lalu ia mengusap-usap kepalamu.
"Kajja, kita berfoto." Serunya.
Setelah beberapa jepretan, ia mengenakan kembali maskernya. Takut kalau-kalau banyak orang yang menyadari keberadaannya.
"Kau tidak bawa kertas?" Tanyanya.
"Ah, sebentar." Kau mengambil dari saku dalam jaketmu.
"Ini. Kenapa aku tidak kepikiran dari tadi, hehe." Notes kecil kau berikan padanya. Kemudian ia menuliskan tanda tangannya di atas kertasmu.
"Ini untukmu. Aku harus pergi sekarang." Taehyung beranjak dari tempatnya sambil menepuk-nepuk bahumu.
"A-ah.. kamsahamnida." Kau membungkuk-bungkukkan badan menatapnya yang semakin jauh.
"Omo! Aku harus boarding sekarang!" Pikiranmu baru tersadar, seakan tadi terhipnotis oleh wajah Taehyung.
Kau berlari memecah kerumunan dan keramaian orang di bandara. Waktu menunjukkan kurang dua menit lagi. Kau berjuang keras untuk cepat sampai, berlari sekuat tenaga agar tidak terlambat. Kau bahkan lupa dengan perut dan lututmu yang masih sakit. Mungkin kau lupa keduanya sejak kau bertemu dengan Taehyung, idolamu itu."Kumohon, waktu berhentilah!"
Kau mengatur napasmu, mengambil minum lalu memasang sabuk pengaman dan pesawat mulai lepas landas.
Kau teringat dengan notes tadi dan mengeluarkannya.
"Hah??? Apa-apaan ini?" Kau terkejut dengan adanya nomor telepon di bawah tanda tangannya. Dengan tulisan 'call me maybe'.
"Whoa, hah.. gila, ada apa dengannya? Padahal aku tidak meminta, aku tidak akan sekurang ajar itu."
Kemudian kau mendengar seseorang memanggilmu.
"Y/n! Y/n!"
Tiba-tiba kau merasakan guncangan yang hebat. Bahkan kau hampir terjatuh karenanya.
"Y/n! Kau tidak mendengarku?!" Temanmu berteriak tepat di telingamu, memekakkan gendang telinga sehingga membuat teliangmu berdenging.
"Selama perjalanan ke bandara kau tertidur pulas. Sekarang sudah sampai, ayo turun!" Seru temanmu. Rupanya guncangan hebat yang kau rasakan tadi adalah ulah tangannya.
Kau masih belum sadarkan diri seratus persen. Berjalan saja mengekori teman-temanmu.
Sampai di boarding lounge, perutmu sakit, terasa nyeri di perut bagian bawah. Kau teringat bahwa kau sedang haid, dan lupa membawa obat pereda nyeri haid.
"Apa ini??? Aku sudah mengalami hal seperti ini sebelumnya."
THE END
Jawab sendiri ya endingnya 😁😁
Thanks buat yang udah baca, like dan komen di cerita Xenon.. Xenon tunggu like dan komen lainnya🙌🙋By Xenon
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..