Senin pagi, kau masih bergelung di bawah selimut menikmati kenyamanan kasur empuk. Senin pagi terindah bagimu, karena hari ini kau masih bisa bermalas-malasan sampai cahaya matahari membanjiri balkon kamar hotel yang telah dipesan Namjoon sebelum pernikahanmu yang berlangsung tiga hari lalu. Pasalnya, belum lenyap capek dan pegal setelah melangsungkan pernikahan dengan pria bermarga Kim itu, kau langsung bertolak ke Bali untuk mencicipi manisnya bulan madu. Namjoon menepati janjinya jikalau berbulan madu, ia akan memesankan kamar hotel termewah dan ternyaman untuk kalian berdua, dan akan meluangkan waktunya untuk mencumbuimu. Itulah yang membuatmu terbuai dalam asmaranya.
"Ehngg...???"
Dengan mata masih terpejam kau meraba-raba tempat tidur dan bantal Namjoon yang ternyata sudah kosong, menyisakan selimut yang kau pakai. Pantas saja kau merasa dingin karena tidak ada tangan kekar yang memeluk tubuhmu. Begitu kau membuka pandanganmu, Namjoon sudah tampak sibuk dengan laptopnya di meja seberang.
"Chagiyaa.. kau sudah bangun?" Sapa Namjoon tanpa mengalihkan pandangannya sedetik pun dari layar laptop.
"Nee.. sejak kapan kau bangun?" Tanyamu sambil mengucek-ucek mata.
"Sekitar dua jam yang lalu." Jawabnya singkat seraya menyesap kopinya.
Kau melirik ke jam dinding, jarum pendeknya menunjukkan angka tujuh yang berarti ia telah meninggalkanmu di ranjang sendirian sejak pukul lima.
Kau mulai beringsut dari balik selimut masih dengan pakaian tidur yang minim kain. Kau meraih teapot elektrik yang tersedia di atas nakas beserta cangkir keramik. Lalu menyeduh teh untuk dirimu sendiri.
"Apa yang sedang kau kerjakan?" Kau menghampiri suamimu yang masih sibuk dengan urusannya.
"Aku harus segera mengirimkan lirik lagu yang kemarin aku buat, aku mencoba untuk mengoreksi ulang sebelum dikirimkan. Dan ternyata aku melakukan beberapa kesalahan. Butuh waktu untuk beberapa saat lagi. Aku akan mencoba sebaik mungkin." Jelasnya sambil mengusap-usap punggungmu.
"Baiklah.. aku akan menunggumu, tapi kau jangan lupa untuk menepati janjimu. Meskipun sebenarnya kau seperti ini telah melanggar janjimu." Ungkapmu sedikit kecewa.
"Mianhae, Chagi. Aku pasti akan menuruti kemauanmu, nanti kita berbelanja dan menikmati sunset di pantai."
Kau hanya mengangguk-angguk seperti anak kecil yang bisa dibujuk dengan permen kapas. Kau menunggu Namjoon sembari mandi lalu menyantap menu sarapan yang telah kau pesan.
"Yeobo, kau tidak sarapan? Nanti sakit, sama saja kau mengingkari janjimu." Kau menggerutu sambil mengunyah.
"Ehm.. sebentar lagi."
Sangat membosankan bagimu untuk menunggu sesuatu yang berakhir tidak pasti. Tapi kau juga tidak mau mengganggunya yang sedang berkonsentrasi mempersiapkan comeback-nya. Akhirnya kau memutuskan untuk mencari angin di balkon dengan bersantai di kursi malas. Dengan keberadaannya di atas bukit, dari balkon hotel ini kau bisa melayangkan pandangan ke segala penjuru arah. Karang-karang pemecah ombak berada tidak jauh dari bawah hotel. Semilir hembusan angin dan suara debur ombak yang menghantam daratan mampu membiusmu dan melupakan penantian yang menjemukan.
Tiba-tiba saja kau rasakan kecupan mesra di bibirmu. Hal itu berlangsung lama sampai matamu benar-benar terbelalak.
"Yaa.. kau membuatku terkejut!"
Namjoon terbahak melihatmu menyembunyikan merah padamnya wajahmu karena malu.
"Rupanya aku memiliki istri seorang putri tidur. Mudah sekali tertidur, huh? Apa masih kurang nyenyak tidurmu semalam?"
"Aniya, ini semua karena aku lelah menunggumu." Jawabmu dengan memanyunkan bibir.
"I'm sorry, Honey. Aku melakukan itu semua juga untuk kebahagiaan kita, percayalah. Lihatlah alam yang cantik ini sudah menunggu kita. Tapi kecantikannya tak bisa menandingimu." Namjoon mulai melontarkan ungkapan-ungkapan gombalnya, meskipun demikian kau tetap saja tersipu dengan rayuan murahannya.
"Hmm.. aku sudah bosan dengan rayuan seperti itu." Ujarmu meninggalkan kursi malas dan menuju ke railing balkon, bersandar di sana dan memanjakan mata bersamanya.
"Kau tahu, setiap aku membuat lagu, aku menciptakannya sesuai dengan suasana hatiku saat ini. Meskipun berbagai macam tema yang diangkat oleh produser, tapi tetap saja terselubung tentang bisikan relung hatiku."
Tangannya melingkar ke pinggang dan perutmu, memelukmu mesra, serta bibirnya yang tidak mau menganggur mulai menjelajahi kulit lehermu hingga kau bisa merasakan deru napasnya yang membuatmu sedikit bergidik.
"Jinjja? Kukira semua itu telah diatur oleh pihak agensi. Lalu bagaimana dengan lagu 'Blood Sweat Tears' apa kau juga ikut membuatnya?" Tanyamu sembari melepas pelukannya dan berbalik menghadap dirinya.
"Nee, lagu itu merefleksikan perasaanku waktu itu. Aku yang mulai mengenal cinta dan gemerlap dunia, mulai merasakan gelora jiwa yang membara, mendambakan sentuhan dari kenikmatan duniawi, dan aku mulai tergoda dengan bisik rayuan setan dalam batin. Aku sangat ingin mengikuti keinginan jiwaku untuk memuaskan kebutuhan birahi. Namun semuanya aku tahankan hingga kini aku tidak perlu menyembunyikan kehausanku untuk meruahkan gejolak dalam dada."
Terangnya dengan kedua tangan yang tetap mendekap tubuhmu erat, menepis jarak di antara kalian. Ia menghirup dalam-dalam aroma tubuhmu. Kali ini Namjoon sungguh-sungguh menggodamu.
"Aku masih tidak begitu paham dengan maksud lagu itu." Kau tidak mau kalah dengannya.
"Kau ingin aku menunjukkan apa itu 'Blood Sweat Tears'?" Matanya yang semula serius kini berubah menjadi binal. Tak lama kemudian, tubuhmu diangkatnya masuk ke dalam kamar dan ditutupnya pula seluruh tirai jendela kaca.
THE END
Udah ya jangan diterusin, hehe..
Gak baik buat yang belom punya KTP 😆
Jangan lupa vote dan kasih komentar deh..
Makasih buat para Army yang cakep-cakep, imut yang udah kasih vote dan komen, Xenon doain supaya cepet ketemu Oppa.. (meskipun dalam mimpi gapapa kan?) 😂😂
Xenon juga udah sering kok ketemu Oppa.. #dalammimpi
Thankisseu😘
By Xenon😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangtan Short Stories
FanfictionBagaimana rasanya jika kau menjadi bagian dari hidup mereka? Suka, senang, bahagia, terharu, hingga sedih dan memilukan.. Simak ceritanya..