Selasa, Jam 7.00 Malam.
"Suri," Chandra berdendang ceria sembari membuka pintu kamar adik perempuannya. Senyum tak lepas bermain di wajahnya, namun raut sumringah itu langsung berganti dengan ekspresi takjub tak percaya begitu Chandra menyadari apa yang sedang Suri lakukan; gadis itu tengah duduk tekun menghadapi meja belajarnya. Keningnya berlipat tujuh, seperti tengah berpikir keras bak Albert Einstein yang sedang mencoba menyingkap misteri teori relativitas.
Suri berpaling galak. "Aku sibuk."
Chandra melongo.
"Abang mau apa?"
Chandra berusaha menguasai diri. "Kamu... lagi ngapain?"
"Beol." Suri menyahut sarkastik, "Menurut abang aja gimana? Aku lagi belajar."
"Suri, kiamat masih jauh."
"Abang, daripada ngomong nggak berfaedah, mending abang pergi aja. Aku sibuk, ngerti nggak?"
Chandra berdecak. "Mau nanya sesuatu."
Suri melirik sekilas pada jam beker di atas meja belajarnya. "Abang punya waktu lima menit."
"Hah? Maksud kamu?"
"Aku cuma boleh teralihkan maksimal tujuh menit, kalau nggak nanti aku kehilangan konsentrasi."
"Segitunya banget. Kamu masih sehat kan?"
"Waktu abang tinggal empat setengah menit."
Chandra menarik napas. "Oke-oke. Jangan ngambek. Abang cuma mau tahu, Siena itu orangnya kayak gimana, sih?"
Suri melotot. "Cari tahu aja sendiri!"
"Suri,"
"Aku mau belajar." Suri mengabaikan wajah memelas Chandra dan menjawab kakak sulungnya itu dengan ketus sebelum kembali memusatkan perhatian pada lembar buku matematikanya. Chandra menatap Suri dengan pandangan terluka, lantas berbalik dengan bahu yang turun dan berjalan gontai meninggalkan kamar Suri.
"Kakak kamu ganteng,"
Ucapan Wati membuat Suri langsung menolehkan kepala dengan kecepatan turbo. Matanya menyipit curiga. "Lo mau pindah hati ke Abang Chandra?"
"Deh. Saya mah nggak kayak kamu. Saya tuh orangnya setia."
"Lo bukan orang lagi. Kan udah mati."
"Hm, bener juga." Wati mengernyit. "Ganteng-ganteng gitu jangan digalakkin dong. Kasihan."
"Ganteng-ganteng gitu juga dia belangsak." Sahut Suri dengan sewot. "Udah. Jangan ganggu gue. Gue mau belajar."
Hanya dengan serentetan kalimat itu, Wati pun dibuat bungkam.
Rabu, Jam 6.30 Malam.
Otak Suri sedang dibuat nyaris pecah memahami sederetan lambang tak lazim dalam rumus matematika di buku ketika pintu kamarnya dikuak tiba-tiba. Spontan, kepalanya tertoleh hanya untuk mendapati kepala Calvin menyembul di sudut ruangan, dengan senyum lebar serupa Spongebob Squarepants yang tiba-tiba nongol di rumah Patrick Star. Racauan latah Mpok Jessica terdengar, terkejut karena kepala Calvin yang muncul tiba-tiba.
"Culiiiiii..." Calvin memanggil dengan nada suara yang dibuat sedemikian rupa supaya terdengar imut.
"Apa sih abang?!" Suri berseru buas, membuat Calvin terperangah dengan ekspresi seperti balita kehilangan boneka.
"Kok galak banget sama abang?"
Suri menghela napas, lelah menyaksikan tingkah abangnya yang dramatis. "Aku lagi belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR
FantasyBook One - Noir [Completed] Book Two - Noir : Tale of Black and White [Completed]