"Ini hari Sabtu. Tumben banget kamu sibuk waktu kutelepon." Itu yang Kat ucapkan setelah mereka saling bertukar kata halo. Refleks, Sebastian mendengus dibuatnya. Sebastian menelepon balik Kat sesuai janjinya sesaat setelah dia tiba di rumah pasca memulangkan Suri kepada ketiga kakaknya—yang telah bersiaga menunggu di depan pintu pagar kala Sebastian tiba. Cetta dan Cslvin bahkan sempat melakukan inspeksi ala mereka sebelum benar-benar melepas Sebastian pergi. Di luar dugaan, Kat langsung menjawab pada deringan pertama. Sesuatu yang benar-benar tidak biasanya, menurut Sebastian. Sejak mereka masih SMA hingga menjadi sepasang kekasih, Kat adalah mantan pacar Sebastian yang paling sulit dihubungi.
"Aku memang selalu sibuk."
"Sibuk tidur, maksudnya?" Kat berseloroh. "Bas, aku tahu kamu itu orangnya gimana. Nggak usah bohong sama aku. Nggak ada siapapun yang bisa bikin kamu sibuk di hari Sabtu, selain aku. Bahkan Mami kamu pun nggak akan kamu hiraukan meski beliau bangunin kamu."
"Menurutku, kamu harus berhenti merasa istimewa."
Kat tertawa. Manis. Dan Sebastian benci itu. Sejak dulu, teman-temannya sesame anak cowok selalu berkata jika Sebastian memberikan hatinya pada orang yang salah. Dia mencintai gadis itu sepenuhnya, sedangkan Kat mencintai Sebastian seperlunya. Kadang, Sebastian ingin sekali membuat Kat sakit hati. Meski hanya satu kali.
"Galak banget sih, Bas."
"Aku nggak ada waktu. Apa yang mau kamu omongin sebenarnya?"
"Soal aku dan Alvaro."
Sebastian hampir menggeram begitu mendengar nama laki-laki itu disebut. Alvaro Hamid. Bagaimana dia bisa melupakan nama itu? Kat bisa saja bilang jika bukan salah Alvaro ketika hati seorang Cathleena Nirwasita teralih begitu saja dari Sebastian padanya. Sebuah kisah klasik yang telah usang dan pasaran karena terlampau sering diangkat sebagai premis cerita sinetron. Kat bilang Sebastian terlalu sibuk. Lantas dia bertemu dengan Alvaro, seorang eksekutif muda yang juga putera pengusaha kaya Syahrir Hamid. Sebastian ditinggal begitu saja, dengan hati retak yang sesak oleh rasa sakit.
"Aku nggak peduli."
"Kamu masih marah sama Alvaro?" Tanpa melihat wajahnya pun, Sebastian bisa membayangkan bagaimana ekspresi Kat terlihat saat ini. Pasti ada kerutan diantara kedua alisnya. "Grow up, Dawala. Ini semua bukan salahnya."
"Iya, ini salahku."
Salahku karena nggak pernah bisa menyalahkan kamu. Salahku karena nggak pernah bisa benar-benar membenci kamu. Salahku karena menuduh kamu selingkuh adalah sesuatu yang menurutku terlalu jahat untuk kulakukan.
"Bas,"
"Kamu mau ngomong apa? Mending omongin sekarang. Waktuku nggak banyak."
Kat berdecak. "Minggu depan aku dan Alvaro akan menikah. Kamu sahabatku, Bas. Aku pernah sangat bahagia sama kamu. Aku ingin kamu hadir di hari pernikahanku. Itu saja."
Cathleena Nirwasita mungkin adalah salah satu gadis paling jahat yang pernah tercipta.
"Bas?" Kat bergumam kala dia tidak mendengar Sebastian menjawab.
"Aku bingung." Sebastian mengakui.
"Bingung kenapa?"
"Apa kamu memang tulus mengundangku untuk berbagi bahagia atau hanya kamu mendapat kepuasan tersendiri setiap kamu menyakiti aku?"
"Bas, jangan terlalu dramatis. Kalau kamu nggak bisa datang, it's okay. Aku ngerti. Aku merasa punya kewajiban aja untuk ngasih tau kamu."
Sebastian tersenyum sedih. "Aku akan datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR
FantasyBook One - Noir [Completed] Book Two - Noir : Tale of Black and White [Completed]